10.

"Tantangannya, kamu harus berhasil nyari jati diri kamu tepat saat kamu berulang tahun yang ke delapan belas."

"What? Are you kidding me?" tanya Ester gak percaya.

Asha tersenyum lalu mengangguk mantap. "Aunty nggak bercanda kok, Ester," tutur Asha.

"Terus kalo nggak bisa gimana, Aunty?" tanya gadis itu sembari menolak dagu dengan tangannya.

"Kamu nggak bisa kuliah di luar negeri, khususnya Amerika," kata Asha yang membuat Ester menggeleng.

Kuliah di luar negeri adalah salah satu mimpinya. Apalagi kuliah di Amerika. Waktu kecil, dia memang jarang dibawa ke luar negeri karena Ester yang tak betah di tempat orang lain. Namun, ketika kini usianya menginjak remaja, Ester ingin kuliah di luar negeri.

"Oke, aku terima tantangan Aunty," ujarnya mantap.

***

Ester mengambil salah satu novel yang terletak di rak dekat meja belajarnya. Sampul novel tersebut berwarna merah muda. Akan tetapi, gadis itu hanya membuka lembaran-lembaran kertasnya tanpa niat untuk membacanya. Pikiran Ester dipenuhi dengan rangkaian perencaan tentang pencarian jati diri, tetapi dia juga masih bingung dengan rencana di pikirannya yang entah efektif atau tidak.

Ester meletakkan novel tersebut ke sebelah kirinya. Kemudian ia berbaring. Matanya dibuat terpejam.

Meskipun matanya terpejam, pikirannya terus berkelana. "Apa gue biarin semuanya berjalan aja, ya? Gue nggak tau mau nyari jati diri di mana," gumam Ester. Tangannya mengambil novel yang berada di sampingnya lalu menjatuhkan benda itu di wajah.

"Kayaknya let it flow itu satu-satunya cara buat gue yang nggak punya pendirian," lirihnya.

***

Pemandangan hijau yang dihasilkan dari pohon-pohon Tanjung dan pohon-pohon Ketapang membuat sekitarnya enak untuk dilihat. Oksigen yang dihirupnya terasa sangat segar apalagi sekarang masih pagi.

Gadis itu sampai di taman belakang sekolah. Niatnya ke sini untuk menenangkan diri. Namun, dua orang yang sempat dilihatnya beberapa hari lalu ada di sana.

Ester memutuskan mendekat ke arah mereka yang tengah bersandar pada pohon Ketapang. Bau asap rokok jelas tercium oleh hidungnya. Ester mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengusir asap rokok yang mengudara.

"Hai," sapa Ester pada dua lelaki itu. Mendengar suara seseorang, keduanya langsung menoleh.

"Ngapain lo di sini?" tanya lelaki berambut cepak.

"Nyari ketenangan," balas Ester jujur. Mereka saling pandang kemudian kembali memasukkan sebatang rokok yang menghasilkan asap ke mulutnya.

"Gue boleh gabung di sini, kan?" tanyanya yang langsung diangguki oleh lelaki berambut kriting.

"Thanks," balas Ester singkat yang tak dihiraukan keduanya.

Sesekali tangan Ester mengibas-ngibaskan asap rokok ketika keduanya dengan santai meniupkan kepulan-kepulan asap dari mulut. Ester melihat jam tangan yang bertengger di lengan kirinya. Sebentar lagi bel berbunyi, tetapi ia belum menemukan apa yang ingin ia dapatkan.

Ester bingung untuk memulai percakapan, hingga akhirnya titik terang menyapa otaknya. "Hm, gue pengen tanya dong, boleh?"

Kedua orang itu mengangguk. "Boleh aja," balas lelaki berambut cepak yang bernama Ali.

"Rasanya ngerokok itu gimana, sih?" Pertanyaan Ester membuat lelaki berambut kriting terbatuk-batuk.

Keduanya menatap Ester tak percaya. "Rasanya kalo ngerokok apalagi ketika punya banyak masalah enak banget. Masalah kayak terbang gitu aja kayak asap rokok," balas Adli, lelaki berambut kriting.

"Lo mau jadi nakal?" tanya Ali yang membuat Ester terdiam.

***

"Gue mau ke UKS aja," teriak Ester yang langsung pergi meninggalkan Risa sendiri. Gadis itu ingin mencari ketengan di UKS. Bisa rebahan di UKS adalah sebuah kenikmatan.

"Semoga nggak ada Renal," lirihnya. Masalahnya, jika yang bertugas jaga hari ini adalah Renal, ia tak bisa tenang. Yang ada Ester akan pergi agar tak bertemu lelaki itu.

Pandangan Ester menyapu setiap sudut UKS. Dia bernapas lega karena Renal tak ada di sana. Ketika hendak memasuki UKS lengan Ester ditahan seseorang. Dia menoleh ke belakang lalu mendapati Hela.

"Apa?" tanya Ester.

"Nanti anter gue ke mal, ya! Kita udah lama juga nggak shopping," tuturnya yang diangguki Ester.

Setelah mendapat anggukan Ester, gadis berambut sebahu itu pergi. Ester langsung menutup pintu UKS lalu berbaring di brankar setelah menutup gorden dengan benar.

***

"Hey, ladies, kita shopping!" teriak Ester ketika sebagian teman-teman lelakinya telah meninggalkan kelas.

Beberapa teman lelakinya yang mendengar itu hanya menatap sekilas. Kemudian mereka langsung melangkah cepat.

Berbanding terbalik dengan teman-teman perempuan Ester bersorak ria. Mereka sangat senang jika Ester sudah mengajaknya untuk belanja. Apalagi mereka belum pamer barang-barang branded yang kebanyakan dibelikan Ester.

Ester tahu teman-temannya memanfaatkan uang dia, tetapi dia tak peduli. Asalkan mereka tidak membencinya, itu tidak masalah bagi Ester. Pertemanannya seperti di bawah kuasa uang.

***

Di sinilah sekarang mereka dengan pakaian yang belum diganti. Hanya ditutup oleh jaket. Mereka langsung berhamburan saat hawa dingin menyerbunya. Kaki mereka merespons cepat sampai-sampai meninggalkan orang yang mengajaknya.

"Lo jalannya sengaja nyantai, ya?" tanya Risa yang diangguki Ester.

Mereka berjalan beriringan. Membiarkan teman-teman yang lain bebas meski akhirnya dia tahu, tabungan dia akan menipis.

Ponsel Ester berdering. Dia langsung mengangkat telepon itu sembari berjalan ke tempat yang cukup sepi sendirian.

Ester kembali dengan tangan yang tengah mengusap wajah. "Lo nanti nginep di rumah gue, ya!" pinta Ester yang membuat Risa mengernyit.

"Iya, nanti lo nginep di rumah gue. Umi, Abi sama Aunty mau ke Inggris. Kakek gue sakit," tutur Ester sembari mengatur napas.

Risa mengangguk dengan cepat. "Okey, deh."

"Ester!" Ester mencari sumber suara dan mendapati Hela berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ester mendekat ke arah Hela setelah menyuruh Risa agar membeli apa yang ia inginkan. "Apa?" tanyanya setelag berjarak satu langkah dengan Hela.

"Pacar lo ada berapa?" tanya Hela diiringi cengiran.

Ester mengacungkan empat jari tangan kanannya. "Empat. Kenapa emang?"

Hela mengernyit. "Siapa yang lo putusin?"

"Renal," balasnya singkat. Setelah mengatakan itu Ester kembali melangkah.

"Boleh gue jadiin gebetan, nggak?" tanya Hela dengan suara keras yang membuat Ester berdecak. Ia berhenti lalu menatap Hela sembari mengangguk.

Netra Ester menatap orang-orang yang menatap dirinya dan Hela, mereka langsung mengalihkan fokusnya. Ester pun langsung kembali melangkah tanpa tujuan.

***

"Lo mau tahu gimana cara mastiin cowok itu sayang ssma lo dengan tulus nggak?" tanya Risa yang kini mereka tengah berada di kamar Ester.

"Mau. Gimana caranya?" balas Ester antusias. Dia kemudian duduk di karpet lembut nan hangat yang berada tak jauh dari kasur. Dia menyalakan televisi lalu menatap Risa.

"Sini gue kasih tahu," balas Risa diiringi cengirannya.

Ester berdecak sebal. "Lo yang sini, deh!" titahnya.

Maaf baru post jangan lupa vomet

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top