I(A)MPERFECT | 5. RENCANA LANJUTAN

Shilla berjanji pada dirinya sendiri, kelak di masa depan dia tidak akan pernah mempercayai rencana konyol Rhea. June lagi! Cowok itu mendorong Shilla dengan tenaga yang tak terkira. Terkadang, Shilla benci dengan kemampuannya sendiri. Shilla bisa membaca masa depan orang lain sehingga dia bisa memberitahu mereka hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sementara dirinya? Pemilik kemampuan itu tentu saja tidak bisa membaca masa depannya sendiri.

Shilla bahkan sering bertanya-tanya apa gunanya kemampuan itu untuk dirinya. Seolah kemampuan ini hanya digunakan untuk orang lain, sama sekali tidak ada benefitnya bagi dirinya sendiri. Benar-benar sial.

Meskipun demikian, Shilla masih tidak menyerah. Dia sudah bertekad ingin menyelamatkan Galaksi meskipun cowok itu adalah rivalnya yang sangat tidak dia senangi keberadaannya. Namun, jika Galaksi harus mati dan Shilla sudah tahu karena memang masa depannya tak terbaca, Shilla akan sangat menyesal. Maka dari itu, sekali lagi, hanya sekali saja Shilla ingin memastikan apakah waktu itu ada yang salah dengan dirinya atau Galaksi, karena kemampuannya sudah jelas dan terbukti masih bekerja pada orang lain seperti Rhea dan June.

Ugh, mengingat dua nama itu rasanya Shilla ingin kembali mengamuk sampai berubah menjadi Godzilla dan mengacak-acak seisi kota. Gara-gara mereka Shilla dipermalukan bahkan fotonya yang tercebur ke kolam ikan sampai masuk akun lambe-lambean sekolah.

Diduga stres belajar, Shilla Agista Florentina memilih nyemplung di kolam ikan. Begitu caption yang ditulis admin akun lambe sekolah itu. Shilla bersumpah, semoga admin akun itu jari kelingking kakinya tersangkut di kusen pintu!

Kegagalan rencana yang tercetus dari Rhea kemarin membuat Shilla akhirnya merencanakan sendiri cara supaya dia bisa memastikan kemampuannya bekerja atau tidak pada Galaksi. Kebetulan hari ini pelajaran olahraga kelas 12 IPA 3 dan 12 IPA 1 mendadak digabung karena guru olahraga 12 IPA 1 sedang ada keperluan di luar sekolah.

Shilla kini sedang melakukan gerakan pemanasan sebelum melakukan olahraga. Namun, tatapannya tidak pernah lepas, terus tertuju pada Galaksi. Cowok yang irit senyum dan irit bicara itu memimpin pemanasan di depan. 

“Cih, orang sakit sok keren banget,” gumam Shilla.

Setelah selesai melakukan gerakan pemanasan, selanjutnya mereka lari sebanyak dua putaran mengelilingi lapangan. Ini kesempatan Shilla. Sudah terlanjur malu, demi bisa menyentuh tangan Galaksi, sekarang Shilla akan melakukan cara apapun asal bukan nyemplung ke kolam ikan.

Shilla mempercepat larinya supaya bisa sejajar dengan Galaksi. Namun, cowok itu berlari terlalu cepat. Hingga akhirnya Shilla bisa bersisian dengan Galaksi bukan karena Shilla yang berhasil menyusulnya melainkan karena Galaksi yang sudah memasuki putaran kedua sementara gadis itu baru setengah putaran.

“Galaksi, bentar, bentar. Gue mau ngomong sebentar!” seru Shilla dengan napas terengah-engah. Gadis itu tersenyum ketika Galaksi memperlambat kecepatan berlarinya.

“Malam itu lo bilang nggak akan sebarin username maxim gue tapi lo belum janji. Gue mana bisa percaya sama lo, jadi lo harus janji dulu.” Sambil berlari-lari kecil Shilla mengulurkan tangannya pada Galaksi. “Janji sambil berjabat tangan. Ya?”

Galaksi menatap Shilla dengan salah satu alis yang terangkat. Tatapannya seolah mengatakan, “Nih cewek gila, nggak jelas banget.” Kemudian, cowok itu mempercepat kecepatan berlarinya, meninggalkan Shilla yang berjabat tangan dengan angin yang membawa berbagai polutan.

Rencana kedua. Gagal!

Saatnya menjalankan rencana ketiga. 

Selesai berolahraga, Shilla langsung lari ke kantin demi membeli air mineral. Kemudian secepat kilat dia kembali lagi ke lapangan olahraga hanya untuk menunggu Galaksi yang selesai bermain sepak bola dan memberikannya minuman.

Sepuluh menit menunggu, akhirnya Galaksi selesai bermain sepak bola. Dengan keringat yang membasahi pelipisnya dan wajah yang memerah kepanasan, cowok itu berjalan ke sisi lapangan. Shilla langsung mengejarnya dan menghadang langkahnya.

“Galaksi, Galaksi!” teriak Shilla.

Galaksi menghentikan langkahnya begitu mendapati Shilla menghalangi jalannya. Gadis yang rambut panjangnya kini diikat dengan pita merah itu mendadak mengangsurkan sebotol minuman.

“Gue bawain minum. Lo pasti haus ‘kan habis lari-larian ngejar bola? Nih, gue bawain minuman yang seger,” ucap Shilla. Dalam hatinya dia berteriak-teriak, “Ayo ambil! Ambil! Biar tangan gue kena sama tangan lo!”

Namun, lagi-lagi Galaksi hanya menatap Shilla dengan ekspresi datar.

“Gue nggak minum minuman dingin habis olahraga,” tolak Galaksi kemudian berjalan melewati Shilla begitu saja.

Rencana ketiga, gagal!

Argh, Shilla mau gila rasanya.

***

Di kelas sepulang sekolah, Shilla menjeduk-jedukkan kepalanya ke meja. Dia berpikir keras, apalagi yang harus dia lakukan demi bisa memastikan bahwa benar kemampuannya tidak bekerja pada Galaksi. Jika hal itu sudah benar-benar terbukti, baru Shilla bisa mengambil keputusan apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan Galaksi supaya dia tidak memiliki penyesalan atau taruma apapun lagi seperti sepuluh tahun lalu.

Karena memiliki penyesalan itu menyesakkan dan selalu mengingat memori yang menyebabkan trauma itu sungguh membuatnya menderita.

“Shil, lo kapan pulang? Gue lagi piket nih, bangku lo belum diangkat,” ujar Luthfi, ketua kelas 12 IPA 3.

Mendengar teguran itu, Shilla mau tidak mau bangun. Dia pun mengangkat bangkunya ke meja. “Tuh udah gue angkat sendiri,” ujarnya dengan wajah cemberut.

Shilla pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Dia tidak langsung pulang karena hari ini ada pertemuan perdana klub sains setelah libur panjang. Lagi pula ini semester terakhir dia menjadi anggota klub sains, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu hanya karena pikirannya sedang terganggu oleh hal lain.

Namun, setelah Shilla ingat-ingat kembali, Galaksi juga bergabung dengan klub sains. Tiba-tiba Shilla merasa bersemangat lagi. Ya, hari ini Shilla masih mempunyai kesempatan untuk memastikan hal itu.

Begitu tiba di laboratorium fisika, Shilla langsung menemukan keberadaan Galaksi yang duduk sendirian di dekat jendela. Shilla langsung menghampirinya dan duduk di sampingnya. Galaksi yang tadi sedang memandang ke arah luar jendela menatap Shilla dengan ekspresi yang sedikit terkejut.

“Apa liat-liat?” Shilla mendengkus. “Kursi di sebelah lo masih kosong dan gue bebas ‘kan duduk di mana pun? Kalau lo nggak mau duduk sebelah gue, lo aja yang pindah,” ujar Shilla sambil membuang wajah dengan kesal. 

Sejujurnya, dia kesal sekali pada Galaksi yang kemarin hanya menontonnya ketika jatuh ke kolam ikan, hari ini juga menolak dirinya dua kali. Namun, Shilla mengesampingkan rasa kesal itu demi tujuannya.

Pertemuan perdana klub sains pun dimulai dengan Reynaldi, ketua klub sains yang memimpin dan menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama satu semester ke depan sekaligus menjadi semester terakhir di mana dia menjabat. 

“Jadi, kita simpulkan bahwa semester ini kita akan melakukan mini riset. Laporan hasil mini riset ini dikumpulkan dua minggu sebelum UTS dalam bentuk karya tulis ilmiah yang harus dikerjakan secara individu untuk melatih skill kalian dalam menulis kita. Tetapi dalam pengerjaannya kalian lakukan secara berkelompok maksimal 3 orang. Silakan kalian tentukan dulu siapa yang akan menjadi partner kalian,” ujar Reynaldi. Dia segera mengambil spidol dan menuliskan urutan kelompok di papan tulis.

“Oh, ya. Karena jumlah anggota kita 32 orang, kemungkinan dibagi menjadi sebelas kelompok dengan salah satu kelompok hanya beranggotakan dua orang. Nggak masalah, kan?” Semuanya kompak mengatakan tidak keberatan dengan hal itu tetapi langsung ribut mencari partner supaya pas beranggotakan tiga orang. 

Reynaldi yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. “Okay, kelompok satu hanya untuk dua orang. Siapa yang kelompoknya cuma dua orang?”

Otak Shilla seketika memunculkan ide baru yang akan melancarkan rencana Shilla selanjutnya. Dia pun segera mengangkat tangannya. “Saya. Kelompok satu Shilla dan Galaksi,” ujarnya dengan kewarasan yang tersisa setengahnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top