I(A)MPERFECT | 27. TERBANTAHKAN

Pintu ruang laboratorium fisika dibuka. Ruangan yang semula redup mendadak terang. Cahaya matahari sore masuk melalui pintu yang terbuka lebar itu, bersamaan dengan tiga orang laki-laki yang melangkah masuk ke dalam ruangan.

Shilla mengenali seseorang yang memimpin langkah. Itu Galaksi, orang yang sangat dia harapkan dapat membantunya karena Galaksi menjadi saksi perjuangannya dalam melakukan mini riset selama hampir tiga bulan. 

“Rey, bisa-bisanya lo mulai diskusi sebelum ‘semua’ anggota klub sains hadir,” ucap Galaksi dengan nada yang dingin dan tatapan ketus. 

Shilla menatap Galaksi. Dia bisa memahami mengapa Galaksi ada di sini karena memang perannya sangat penting di sini, tapi apa yang dilakukan oleh Keanu dan Aruna? Mereka bahkan bukan anggota klub sains.

“Gue Galaksi, dari departemen biologi.” Seluruh atensi kini tertuju pada Galaksi yang terlambat hadir ke pertemuan. “Argumen dari setiap departemen nggak harus diwakilkan sama satu orang, kan?” tanya Galaksi. Dia mengetahui teknis diskusi pertemuan ini karena sebelumnya Reynaldi juga menjelaskan secara singkat di grup umum saat mengumumkan agenda ini.

Reynaldi mengangguk. “Iya,” jawabnya, lantas menatap Aruna dan Keanu yang masing-masing berada di sisi kanan dan kiri Galaksi. “Tapi, kenapa siswa yang bukan klub sains ada di sini?”

“Kita gabut aja sih, pengen jadi operator,” ujar Keanu seraya menggaruk belakang kepalanya dan menyeringai tengil. “Eh, ini nyala ‘kan proyektornya?”

“Basa-basi banget lo. Uang bulanan sekolah kita mahal gini masa proyektor doang nggak nyala,” sahut Aruna sarkas. Dia berjalan menuju meja yang biasa ditempati oleh guru, kemudian mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.

Kebetulan meja guru itu dekat dengan tempat di mana Fina dan Geisha yang merupakan anggota departemen fisika berada. Aruna menatap sekilas Fina dan Geisha yang tampak sangat terkejut sekaligus takut karena keberadaannya yang mungkin tak terduga bagi mereka.

“Cemas kau, dek?” bisiknya jahil, kemudian terkekeh kecil.

“Sebagai partner Shilla selama project mini riset, gue jadi saksi gimana perjuangan dia nyelesain tugas ini. Memang, ini bukan tugas akademik yang punya prioritas lebih tinggi, tapi gue tahu, Shilla ngerjain tugas ini sepenuh hati di tengah segala keterbatasannya,” ujar Galaksi. 

Semua orang di ruangan itu memusatkan fokus pada Galaksi, termasuk Aruna dan Keanu. Sebagaimana yang lainnya, hari ini akan menjadi hari di mana mereka mendengarkan Galaksi bicara cukup banyak, selain saat dia sedang presentasi di kelas.

“Gue juga udah kaji bukti-bukti dari Shilla dan Laura. Tapi itu nggak cukup buat membuktikan mana yang salah dan mana yang benar. Sebagian besar pasti berpikir kalau lebih logis Shilla meniru laporan Laura karena Laura yang ngumpulin itu lebih dulu,” ujar Galaksi, menjelaskan pemikiran yang sama dengan pemikiran-pemikiran sebelumnya. “Tapi, spekulasi itu cuma bisa diterima dengan logis kalau kita sama sekali nggak tahu ‘kejadian lain’ yang terjadi.”

Kejadian lain.

Kali ini giliran Laura yang merasa cemas dan terdesak. Entah apa yang akan direncanakan oleh Galaksi dan dua temannya yang bukan anggota klub sains itu, tetapi apapun itu, Laura rasa dia harus menghentikannya.

“Galaksi, kita bicara tentang klub sains di sekolah–”

 “Laura, jangan memotong penjelasan dulu,” tegur Reynaldi. Cowok itu menatap Galaksi dan mengangguk. “Lanjutin.”

Galaksi melanjutkan, tetapi bukan dengan ucapan lagi, melainkan dengan sebuah tayangan video yang ditampilkan di proyektor.

Dalam tayangan itu, tampak sebuah ruang inap VIP. Seorang gadis duduk di ranjang, ditemani dua orang gadis lainnya. Sedangkan di sebuah sofa, duduk seorang laki-laki yang sibuk dengan laptopnya.

“Itu kayak Laura,” bisik salah satu anggota.

“Iya, kayaknya itu abis kecelakaan ya. Dijenguk Galaksi juga ternyata.”

“Mereka deket?” tanya yang lain.

“Kata orang sih temen dari kecil.”

“Eh, eh, apaan tuh?” tunjuk salah satu anggota departemen biologi ketika video itu menayangkan Galaksi yang bergegas keluar ruangan setelah menerima telepon dan menyimpan laptopnya di sofa. Kemudian, tidak lama setelah Galaksi keluar, Fina mengambil laptop Galaksi dan memberikannya pada Laura.

Semua orang terkejut dan menatap tidak percaya pada Fina, Geisha, dan Laura. 

“Gila,” bisik mereka.

“Hari itu, tangga 8 September. Gue lagi zoom meeting sama Shilla buat diskusi dan saling koreksi laporan kita. Waktu itu laporan Shilla udah 80% jadi, sempat tertunda karena kesibukannya yang lain. Sialnya, Shilla kirim draf laporannya ke gue biar gue enak kasih komentar di dokumennya, tanpa pernah berpikir, akan ada orang yang dengan lancang akses laptop gue tanpa izin,” jelas Galaksi.

Hari itu, Galaksi sempat menaruh curiga karena posisi laptopnya saat dia tinggalkan tiba-tiba berubah. Namun, Galaksi tidak terlalu memikirkan hal itu karena saat itu dia mendapatkan telepon dari pamannya yang menyuruhnya ke ruangannya untuk membahas kesehatan mental ibunya yang memburuk.

“Wah, jadi gimana tuh? Maksudnya, ada kemungkinan kalau draf laporan punya Shilla yang ada di laptop Galaksi itu Laura curi gitu?”

“Lihat deh. Ngapain dia masangin flashdisk ke laptop Galaksi?”

“Astaga. Apa dia juga sengaja upload duluan biar dikira Shilla yang niru dia padahal yang terjadi sebenarnya itu sebaliknya?”

“Terus dia ngaku-ngaku sebagai korban? Playing victim banget. Ngeri.”

Mendengar kegaduhan dan bisik-bisik dugaan dari anggota klub sains membuat Laura merasa terpojok dan kesal. Dia berdiri dan menatap semua orang dengan tangan terkepal kuat.

“Kata siapa? Kenapa kalian ngomong seenaknya? Gue nggak pindahin file draf laporan Shilla ke flashdisk punya gue! Gue nggak nyuri apapun. Shilla yang dari awal nyuri ide gue.”

Galaksi ingin mengatakan kalau mungkin saja sebenarnya Laura yang mencuri ide Shilla, karena saat itu di perpustakaan, ketika Shilla pergi untuk mengambil buku, Galaksi sempat melihat Laura yang bersembunyi di balik rak buku dan sepertinya diam-diam mendengarkan percakapan mereka. Namun, itu hanya asumsi Galaksi dan dia tidak memiliki bukti. Jadi, Galaksi tidak akan membahas itu. 

Galaksi tersenyum tipis mendengar ucapan Laura. Dia memiliki serangan yang jauh lebih baik daripada asumsi itu.

“Gue sama sekali nggak bilang kalau lo pindahin file draf laporan Shilla ke flashdisk punya lo. Waktu lo akses laptop gue tanpa izin, gue lagi di luar ruangan dan aktivitas lo di laptop gue juga nggak bisa dilihat dengan jelas lewat rekaman CCTV ini. Jadi, cuma lo dan dua temen lo itu yang tahu apa yang kalian lakuin. Jadi, secara nggak langsung lo ngaku kalo lo nyuri draf punya Shilla?”

Sial.

Laura menunduk. Keadaan kini berbalik menyerangnya. Tanpa sadar, dia sendiri yang membuktikan kalau dirinyalah yang bersalah.

“Oh, ya. Terkait bukti kemiripan laporan Laura dan Shilla yang gue kirim ke Laura. Gue nggak tahu ada modifikasi pesan di HP Laura atau apa. Tapi, mengingat kejanggalan letak laptop gue yang berubah waktu ditinggal di rumah sakit, gue berbekal asumsi aja, coba menegur Laura dengan bukti itu di chat pribadi biar nggak menimbulkan kericuhan. Ini buktinya.”

Layar proyektor menampilkan chat dari sudut pandang Galaksi yang mana isinya berbeda dengan bukti chat yang dikirim Laura ke grup umum dulu. Ada beberapa bubble chat yang dihapus sehingga seolah-olah Galaksi mengirimkan bukti Shilla meniru laporannya, bukan menegur Laura karena dia meniru laporan Shilla.

Menyaksikan itu, suasana semakin tidak kondusif. Beberapa menyumpah serapahi perangai buruk Laura, Fina, dan Geisha. Karena tidak ingin menimbulkan keributan lebih lanjut dan sudah memahami apa yang sebenarnya terjadi, Reynaldi pun memutuskan mengakhiri diskusi kali ini.

“Kayaknya ini udah cukup,” ujar Reynaldi. Dia menatap Laura, Fina, dan Geisha dengan tatapan tajam. “Udah, nggak perlu ribut.”

“Tapi kita suka ribut-ribut loh,” celetuk Keanu. “Aru, ganti ke tontonan kita berikutnya.”

“Laksanakan!” seru Aruna kemudian memutar tayangan video yang ditampilkan di proyektor.

Kali ini bukan ruang inap VIP lagi yang tampak, melainkan sebuah ruang kelas. 

Shilla menyipitkan matanya. Itu … bukannya kelas 12 IPA 2?

Video itu awalnya menayangkan seorang siswa berkacamata dengan gaya narsis, sedang melakukan vlog mini di sekolah. Beberapa saat kemudian, dia melewati kelas 12 IPA 2.

Nah, ini kelas 12 IPA 2. Eh, eh, kalian anak IPA 2 kan?” tanya cowok itu seraya mengarahkan kamera pada Fina dan Geisha yang berdiri di depan pintu yang tertutup.

Minggir lo. Jangan rekam orang seenaknya!” seru Geisha, didukung oleh Fina. Setelah didorong dan diusir dari depan pintu kelas 12 IPA 2 yang tertutup, cowok berkacamata itu berlalu dengan cemberut.

Yah, gue diusir. Tau nggak, kelas IPA 2 itu termasuk kelas unggulan. Ya meskipun sama sama anak IPA, tapi bukan kelas unggulan, jujur aja gue kadang ngerasa iri karena fasilitas kelas unggulan itu beda. Eh, gimana kalo kita intip dikit-dikit kelas unggulan itu?” 

Kemudian kamera mengarah ke jendela yang setengah terbuka. Tanpa diduga, vlog iseng itu merekam kejadian ketika Laura memukul wajah Shilla kemudian Shilla balas memukulnya karena tidak terima.

Kaget. Cowok berkacamata itu langsung menurunkan kameranya. Karena tidak mau terlibat masalah, apalagi dengan anak-anak kelas unggulan, dia kabur dan menyimpan rekaman tersebut dalam diam meski berita buruk itu sudah beredar. 

Namun, setiap hari dia merasa bersalah karena fakta yang tidak diketahui orang, bahwa Shilla hanya membela dirinya justru dituduh menjadi pelaku kekerasan pada Laura yang berpura-pura sebagai korban. Karena itulah, dia menemui Galaksi karena akhir-akhir ini dia sempat melihat Galaksi sering bersama Shilla.

Kecuali Aruna, Galaksi, dan Keanu yang telah melihat tayangan itu, semua orang tertegun dan menatap tidak percaya vlog amatir tersebut. Lagi-lagi, semua orang melayangkan tatapan penuh amarah dan kecewa pada Laura, Fina, dan Geisha.

Permainan mereka telah berakhir.

Kebenaran terungkap dan semua tuduhan kejam itu telah terbantahkan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top