I(A)MPERFECT | 13. CAPTURE RECAPTURE

Laura. Nama itu yang disebutkan oleh Kak Nilam ketika Shilla bertanya siapa yang sebelumnya bertanya hal yang sama pada mahasiswi tingkat akhir itu. Mendengar satu nama itu cukup membuat mood Shilla menjadi berantakan. Maka, begitu Kak Nilam dan Kak Aci berpamitan pulang setelah menyelesaikan urusan mereka, Shilla juga tidak lama ikut menyusul pulang.

Shilla juga tidak mengatakan apapun pada Galaksi. Dia keluar dari kafe begitu saja dan berjalan dengan langkah gontai menuju ke halte.

Entah mengapa, perasaannya menjadi tidak nyaman jika itu menyangkut Laura.

"Lo gapapa?"

Shilla terkejut dan melihat Galaksi yang tiba-tiba sudah berjalan di sampingnya. "Lo nggak pulang?"

"Lo belum jawab pertanyaan gue," ujar Galaksi, mengabaikan pertanyaan Shilla.

Shilla mendengkus. "Gapapa," sahut Shilla. Namun, Shilla adalah pembohong yang buruk. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa dengan wajah cemberut.

Shilla pun terus berjalan menuju halte, berniat duduk di sana sambil memesan ojek online. Namun, Galaksi, cowok dengan hoodie hitam oversize itu masih mengikutinya sampai dia duduk di samping Shilla.

"Lo masih mikirin ucapan Kak Nilam, kan?" tanya Galaksi. Cowok itu memang senang sekali membuka pembicaraan tanpa basa-basi.

Kali ini Shilla tidak mengelak. Dia mengangguk seraya mengembuskan napas dengan berat. "Apa gue ganti topik aja, ya?"

"Kenapa lo berpikir buat ganti topik?"

Ditanya balik seperti itu, membuat Shilla akhirnya menjelaskan kekhawatirannya. "Ya ... gue pikir, gue kalah start. Laura yang duluan ambil topik itu. Gimana kalau gue dikira niru dia?"

"Lo ngerasa niru dia?" Lagi-lagi, bukannya memberikan tanggapan dan menenangkan Shilla dengan kalimat-kalimat positif, Galaksi kembali bertanya pada Shilla.

"Enggak, lah. Ya kali," ujar Shilla, sedikit kesal dengan pertanyaan Galaksi.

"Kalau gitu, ya udah. Nggak usah ganti topik," tukas Galaksi. Cowok itu kemudian membawa tas ranselnya yang semula disampirkan di salah satu pundaknya menjadi disimpan di depannya, hanya untuk membuka resletingnya dan mengeluarkan sebungkus jelly berbentuk bintang. Galaksi pun mengangsurkan jelly bintang itu pada Shilla.

"Keanu beli jajanan buat adiknya, kebetulan ada promo juga, buy one get one," ucap Galaksi sambil mengusap bagian belakang lehernya dengan gerakan canggung. Setelah memberikan jelly bintang itu, Galaksi kemudian berdiri dan berkata, "Tunggu di sini, gue ambil motor dulu."

***

Setelah mengetahui bahwa Laura akan mengkaji topik yang sama dengan Shilla, akhirnya Shilla meminta pendapat Reynaldi meskipun sebelumnya Galaksi mengatakan bahwa Shilla tidak perlu mengubah topiknya jika gadis itu tidak merasa bahwa dia meniru ide Laura.

Ternyata, Reynaldi juga memiliki pendapat yang sama dengan Galaksi. Hanya saja, ketua klub sains itu menekankan bahwa out put berupa karya tulis mereka tentunya harus orisinil. Maka dari itu, Shilla pun memutuskan tidak mengubah topik mini risetnya.

Karena mini riset Shilla cukup kompleks, maka dia pun memutuskan untuk membantu kegiatan lapangan Galaksi terlebih dahulu. Tentu saja niatnya tidak sekadar akan membantu Galaksi, dia juga akan mengawasi Galaksi. Siapa tahu ada hal yang membahayakan di sekitar cowok itu?

Jangan lupa, Shilla sudah bertekad melindunginya apapun yang terjadi.

Maka, malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, Shilla dan Galaksi melakukan zoom meeting untuk membahas kegiatan mereka pada besok pagi. Sesuai yang dijelaskan oleh Kak Nilam, mereka akan melaksanakan kegiatan lapangan dalam dua waktu yaitu pagi dan sore.

"Kegiatannya cukup sederhana. Selama satu jam ke depan, kita bakal nangkap capung di sawah. Setelah satu jam, kita hitung luas area tangkapan, jumlah capung yang tertangkap, dan tandain capung yang udah tertangkap pake cat warna putih," jelas Galaksi pada saat melakukan zoom meeting kemarin malam.

"Abis itu?" tanya Shilla penasaran.

"Capungnya dilepasin lagi. Nanti sore, sekitar jam empat, kita balik lagi ke lokasi dan nangkap capung selama satu jam ke depan. Kita lihat, apakah capung yang kita tandai bakalan ketangkap lagi atau enggak. Dari sana kita bisa hitung kerapatan populasinya."

Shilla mengangguk-angguk, mulai memahami penjelasan Galaksi. "Oh, karena capungnya ditangkap, dilepas, terus ditangkap di waktu yang berbeda dan dilepas lagi makanya disebut capture recapture method ya?"

"Iya," ujar Galaksi. "Lo nggak apa-apa 'kan harus bangun pagi banget besok?"

Shilla mendengkus dan menatap tajam Galaksi dari layar laptopnya. "Lo mikir gue tuh kebo, ya?"

Galaksi hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Shilla barusan. "Ada yang mau ditanyain lagi nggak?"

"Oh, iya. Kita cuma butuh wadah buat ngumpulin capung yang udah ditangkap, insect net, sama cat aja? Tapi gue nggak punya loh insect net-nya."

"Gue ada. Kita juga perlu meteran buat hitung luas area tangkapan," ucap Galaksi sambil memperlihatkan meteran gulung sehingga Shilla bisa melihatnya di layar.

"Wuidih, gercep banget." Shilla tersenyum lebar melihat Galaksi yang memperlihatkan peralatan untuk besok pagi. Padahal cowok itu baru berdiskusi tadi siang dengan Kak Nilam tapi dia dengan cepat memahami setiap tahapan kegiatan bahkan sudah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

"Kalau nggak ada yang ditanyain lagi, gue tutup zoom-nya," ucap Galaksi. Cowok itu benar-benar hanya bicara seperlunya, tidak ada basa-basi apapun.

"Udah, nggak ada."

"Ok."

Shilla baru saja hendak meng-klik leave meeting, tetapi suara Galaksi menghentikannya.

"Shil," panggil Galaksi.

"Hm?"

"Jangan tidur kemaleman. Besok juga jangan lupa sarapan dulu," ujar Galaksi. Tanpa menunggu Shilla menjawab, cowok itu tiba-tiba sudah mengakhiri zoom meeting.

Shilla tahu, ucapan Galaksi itu hanyalah sebuah pesan supaya kegiatan besok berjalan lancar. Namun, entah mengapa detak jantungnya tiba-tiba menjadi lebih cepat.

***

Sesuai yang rencana, pagi hari ketika matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya, mereka sudah tiba di lokasi yang telah ditentukan. Setelah Galaksi memberikan salah satu insect net pada Shilla, mereka pun langsung turun ke sawah dan menangkap capung selama satu jam ke depan.

Awalnya, Shilla merasa kesulitan dan kesal sendiri ketika tidak bisa menangkap capung yang sudah ditargetkan akan dia tangkap. Namun, setelah mencoba berkali-kali dan berhasil, dia jadi sangat bersemangat.

Sawah yang dijadikan lokasi kegiatan mereka sangat luas dan sudah memasuki masa panen. Beberapa bagian sawah tampak sudah dipanen sehingga menyisakan tanah sawah yang cukup padat dan tidak membuat mereka terperosok saat menginjaknya. Sisa-sisa potongan tanaman padi juga tampak di area sawah yang sudah dipanen sedangkan sisanya tampak padi-padi sudah mulai menguning.

Shilla dan Galaksi menangkap capung di area sawah yang sudah dipanen. Kondisi ini cukup menguntungkan mereka karena dengan begitu pergerakan untuk menangkap capung menjadi lebih luas. Galaksi dan Shilla tidak terbatas untuk berjalan hanya di jalan setapak dan takut merusak tanaman padi.

"Galaksi, gue dapat sepuluh capung!" teriak Shilla dari kejauhan. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya kemudian dengan bersemangat gadis itu berlari menghampiri Galaksi.

"Lo dapet berapa?" tanya Shilla dengan wajah berseri-seri.

"Dua puluh satu," jawab Galaksi.

"BUSET." Shilla yang tadinya berseri-seri kini menjadi cemberut. Dia sudah sangat senang karena mengira menangkap banyak, ternyata hanya separuh dari hasil tangkapan Galaksi.

"Lo kayaknya nemu bakat baru," ujar Shilla sambil mengamati wadah yang Galaksi pegang, memperhatikan capung-capung yang tertangkap itu.

"Kita tandain dulu capungnya." Galaksi pun mengajak Shilla ke sebuah pondok yang berada di tengah sawah, karena lokasinya juga cukup dekat dari mereka berdiri daripada mereka harus kembali ke titik awal. Shilla pun menyetujui dan mengikuti Galaksi dari belakang.

Sesampainya di pondok, Galaksi dan Shilla pun mulai menandai punggung capung dengan cat air berwarna putih. Mereka tidak harus mewarnai capung dengan banyak, cukup satu titik saja sebagai tanda bahwa itulah capung yang mereka tangkap pagi hari.

Mereka melakukan pekerjaan dengan hening. Karena terlalu canggung jika mereka saling diam, jadi Shilla pun berinisiatif untuk membuka pembicaraan.

"Gue penasaran deh. Ini sawah siapa?" tanya Shilla. Tangannya fokus mengoleskan cat warna putih pada capung.

"Kakeknya Keanu," jawab Galaksi.

Shilla pun mengangguk. Dia ingin bertanya Keanu di mana tapi itu agak aneh. Mereka tidak se-akrab itu, bahkan ketika bertemu di sekolah pun enggan, karena Shilla masih selalu menganggap teman Galaksi itu menyebalkan.

Pukul 7 pagi berada di tengah sawah bersama Galaksi tidak begitu buruk. Suasananya segar dan menenangkan. Cahaya matahari yang lembut jatuh pada tanaman padi yang sudah menguning dan belum sempat dipanen. Embun pagi masih tersisa di udara, memberikan rasa sejuk yang menenangkan. Burung-burung tampak terbang dan berkicau riang. Beberapa capung juga tampak terbang dan hinggap pada tanaman padi yang berada di dekat pondok, membuat Shilla yang melihatnya gemas sendiri dan ingin menangkapnya lagi tetapi ini sudah lewat batas waktu yang ditentukan.

Keheningan di antara mereka tidak begitu buruk. Sampai suara perut yang keroncongan membuat fokus mereka terpecah. Galaksi hanya menoleh sebentar kemudian mengeluarkan sebungkus roti dan sekotak susu UHT dari dalam tasnya. Tanpa mengatakan apapun, Galaksi memberikan roti dan susu itu pada Shilla.

Shilla menatap Galaksi sejenak. Cowok itu sudah fokus kembali menandai capung bahkan mengambil sisa capung hasil tangkapan Shilla yang belum sempat ditandai. Sikap cowok itu, entahlah, Shilla agak kesulitan mendefinisikannya.

***



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top