[7] Saburo x Teacher! Reader
Terik mentari menyambut membawa kehangatan bersamanya menandakan cuaca yang sangat mendukung umat manusia melakukan aktivitas. Alangkah baiknya jika seorang Yamada Saburo tidak berdiri di hadapan seorang gadis berkepala dua di hadapannya, [Full Name].
"Kenapa memanggilku ke sini, [Last Name]-sensei, oh— [Name]?" tanya Saburo, tak lupa dengan pembenaran panggilan yang seharusnya tertuju pada sang gadis.
[Name] menjadi seorang guru ketika dia lulus kuliah. Sehingga jarak antar kedua insan hanyalah 5 tahun. Dan karena status sebagai gurulah dia harus menyembunyikan perasaan serta hubungan yang tertuju pada lelaki dengan nama belakang Yamada tersebut.
"Kau tahu? Mulutmu semakin kasar, apa kau tidak bisa lebih lembut lagi? Banyak sekali keluhan mengenai sikapmu itu," ucap [Name] lembut, memiringkan kepalanya sedikit membiarkan helaian rambut jatuh ke samping.
Erangan singkat lolos dari bibir Saburo menandakan bahwa dia cukup kesal mendengar teguran dari sang guru sekaligus kekasih. "Tidak penting, lagian sudah mau lulus," jawabnya.
[Name] kembali menghela napas pelan, tampak sudah menduga itu yang akan diucap oleh Saburo. Tak ingin berdebat lebih jauh, dia mengulas senyuman tipis kembali. "Benar, sebentar lagi kau lulus bukan berarti kau bisa bertindak seperti itu. Bagaimana jika nantinya di komunitas kerja? Apa kau akan berbicara kasar dan pedas? Kau bisa renungin itu nanti, tidak usah sekarang," kata [Name] seraya beranjak dari tempatnya.
Saburo menaruh atensi pada punggung sang kekasih yang perlahan mengecil.
"Ya, nanti. Karena yang sekarang kurenungi adalah tidak perlu menyembunyikan hubungan ini untuk ke depannya, [Full Name]."
.
.
.
Hypnosis Mic (c) KINGS RECORD; Otomate; IDEA Factory
Plot (c) Swanrovstte_11
Request by Meongmuu
.
Lonceng beradu, daun pintu dibuka lebar mempersilakan sang wanita menginjakkan kakinya pada teritorial altar merah. Tepukan tangan meriah menyambut, menyapa gendang telinga mengantarkan sukacita padanya. Bibir senantiasa mengulas senyuman bahagia di balik kain putih yang menutup kepalanya. Dia taruh atensi pada pria paruh baya yang akan memandunya, kemudian tertuju pada pria dengan mengenakan jas hitam disertai dasi kupu-kupu yang sudah siap menyambut tangannya nanti.
"Kau siap, Nak?" tanya pria paruh baya itu, melepas senyuman lembut. Dapat dirasakan kasih seorang ayah darinya, begitu hangat.
[Name], wanita itu mengangguk kecil. Genggaman mengerat sebelum mulai melangkah dengan panduan sang ayah. Tiap langkah dia ambil dengan hati-hati, bukan karena dia takut jatuh, tetapi dia sedang menikmati altar merah itu sendiri. Seumur hidup hanya sekali dia akan berjalan di sini, memulai hidupnya yang baru tidak sebagai seorang [Full Name], tetapi bagian dari Yamada, Yamada [Name].
Uluran tangan datang ke arah [Name]. Tanpa ada rasa ragu, dia terima uluran itu, calon suaminya, Yamada Saburo. Senyuman tipis dia dapati dari sang mempelai pria. Sang pendeta menuntun acara dimulai, keduanya saling mengeratkan genggaman.
"Sekarang kalian bisa berciuman," ucap sang pendeta setelah menuntun kedua mempelai mengucapkan sumpah mereka.
Dengan lembut Saburo mengangkat kain putih itu, mendapati eksistensi wajah yang terpoles akan keindahan. Dua pasang mata indah saling bertemu, menemukan titik kebahagiaan masa depan, bola mata yang begitu indah saling memikatkan sesama. Pria itu sedikit membungkuk, memandang wajah [Name] lebih jelas. Seumur hidup tak pernah dia berpikir akan menginjak di atas merah dengan wanita yang sebelumnya merupakan gurunya.
Aku mencintaimu, [Name].
Tepukan tangan sukacita kembali mengisi ruangan, turut berbahagia untuk pasangan tersebut. Umur hanyalah angka, tak akan menghambat cinta mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top