[18] Mafia! Samatoki x Badass! Reader
Dengusan kasar lolos dari bibir gadis bermahkota [Hair colour], alih-alih menaruh atensi pada sekitar mencoba menyari sesuatu atensi menarik. Lantas, ketika berjalan hingga menemukan jalan buntu, dia mengernyit. Mempertanyakan kenapa hidup sungguh membosankan, seperti jalan buntu, tidak ada lagi jalan, tak tahu lagi arah. Dia mengambil langkah, membalikkan badan mendapati beberapa pria menghadang jalan.
"Nona cantik yang nakal, kenapa berkeliaran di malam hari? Yuk, main sama kami," ucap salah seorang pria terdepan, melepas senyuman jenaka.
[Name], gadis itu menjauhkan rokok dari bibir, mengetuk pelan dengan jemari guna menjatuhkan abu rokok. Raut wajah netral dipasang, membuktikan tiada rasa takut dalam diri. Tampak tidak mempermasalahkan kumpulan orang tidak sehat berkumpul di hadapannya. "Malas, kalian membosankan," ucapnya, mendengus.
"Apa--"
Gadis itu menguap pelan, sukses memancing emosi lawan bicara. Dilihat secara instan, tindakan itu memang bermaksud untuk menghina mereka. Mengingat mempunyai kemampuan bela diri, dia tak merasa perlu takut dengan cecunguk. "Bisa aku pergi sekarang?"
"Keparat!" Emosi terpancing, tindakan kekerasan hendak dimulai berhenti begitu saja ketika suara berat seorang pria menghentikan aksi.
"Mendekat ke dia, kalian akan berlutut di bawah kaki ore-sama."
.
HypMic (c) KINGS RECORD; Otomate; IDEA Factory
Story (c) Swanrovstte_11
Request by zenorys
.
.
.
Kelopak mata tertutup, menikmati alunan musik disco, mendengar sorak-sorai meriah. Sesekali ada beberapa pria datang untuk mengajak berbincang tetapi sang wanita tak menghiraukan sedikitpun. Tangan kembali mengangkat segelas champagne pesanannya, menyesap pelan.
"Hmm, enak," pujinya pada bartender. Meskipun raut wajah datar masih senantiasa menghiasi wajah.
"Terima kasih untuk pujiannya, Nona," balas sang bartender, jemari tengah sibuk mengusap gelas dengan kain. Sesekali melirik ke arah sekitar guna mengetahui apakah ada pelanggan datang untuk ditawarkan minum.
[Name] menopang dagu dengan telapak tangan, kembali melihat ke arah samping. Meskipun sudah terbiasa dengan suasana klub, tetap saja rasa menjijikkan muncul ketika mendapati pasangan bercinta di lokasi. Bulu kuduk berdiri sesaat, kemudian beralih ke tempat lain; tidak hanya ada pasangan bercinta, wanita-wanita berbaju minim seperti tidak pakai baju, lelaki-lelaki mencoba menggoda wanita untuk ditiduri.
Ya, menginjak klub bukan berarti semua sama. Seperti [Name] memakai pakaian tidak terlalu terbuka masih dalam takaran normal di luar. Pasti, sih, karena memakai sweater dan jeans model sobekan sepaha. Untuk apa dia berdandan, nyatanya dia hanya ingin menikmati vodka atau champagne.
"Hmm, membosankan. Tidak ada yang seru. Si Samatoki entah mati ke mana," gerutu [Name], mengangkat gelas kembali dan meneguk sekaligus. Gelas kembali ditaruh, melirik ke arah bartender dan meminta untuk menambah gelas lagi. Jemari mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus rokok, mendekatkan ke bibir dan mengapit; dinyalakannya dengan mancis.
"Kuso Onna, mulutmu perlu dijaga," ucap seorang pria bermahkota putih tepat di belakang [Name].
Sang wanita menoleh, mempertemukan pandangan, melepas seringai halus. Tak menyangka orang yang disebut sudah muncul langsung dalam sekejap. Jangan-jangan dia punya kekuatan untuk summon orang seperti pokemon? "Sama kasarnya denganmu, Goblok," balas [Name], melepas tawa sinis.
"Kadang kumempertanyakan kalian musuh bebuyutan atau kekasih," ucap Jyuto, melepas kekehan geli tertahan pada leher.
Hening, tidak ada yang menjawab dari Samatoki dan [Name]. Benar bahwa status mereka adalah kekasih; entah bagaimana jalannya, beginilah mereka sekarang. Samatoki meraih bungkusan rokok di dekat [Name], mengeluarkan satu batang; menggigit pada bagian ujung dan menarik keluar dari bungkusan. Kemudian dia apitkan dengan jari seraya mendekatkan ujung rokok ke arah ujung rokok yang menyala di bibir [Name].
"Haha, kalian menyebar kemesraan di sini?" gurau Jyuto, mengambil duduk di bangku dekat bartender. Kemudian disusuli oleh Rio yang tak mengeluarkan suara sedari tadi.
"Huh? Si keparat ini miskin mancis," gerutu [Name], melempar tatapan tajam ke arah Samatoki.
Yang ditatap melepas seringai lebar kembali. "Ore-sama tidak kekurangan apapun, ya, kecuali sekarang. Membutuhkanmu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top