[16] Ramuda x Imouto! Clumsy! Reader
Cairan merah mengalir dari bagian lutut, membuktikan pembuluh darah pecah, mengalirkan darah kotor. Sosok gadis berusia 14 tahun itu melepas isakan kecil, air mata berusaha ditahan gagal total. Dalam hati merutuki kecerobohan diri sendiri, karena kecerobohan itulah membuatnya harus merasakan kesakitan pada kedua lutut. Memang, kejadian seperti ini sudah biasa, akan tetapi terus terluka hanya akan merusak tubuh.
"[Name]? Kau tidak apa-apa?" Sang gadis menoleh, mendapati eksistensi lelaki berkepala 2 dengan mahkota merah jambu menatapnya bingung. Ekspresi bingung tak berlangsung lama ketika mendapati linang air mata berkumpul serta cairan merah mengalir di kedua lutut.
"O-oniisa---aku tidak apa-apa," balas [Name]. Sebisa mungkin mengukir kurva pada bibir untuk melepas kekhawatiran sang kakak.
Dengusan kasar terdengar, Ramuda, sang kakak berjongkok menyesuaikan tinggi. Kecupan singkat nan lembut mendarat pada kening [Name], "Hati-hati jalan, [Name], niichan akan membelikan obat di toko terdekat."
.
HypMic (c) KINGS RECORD; Otomate; IDEA Factory
Story (c) Swanrovstte_11
Request by Ki_Liya07
Note: Maafkan, agak nyasar ke bullying *mabok pas ngetik*
.
.
.
Bullying atau yang disebut penindasan adalah hal yang paling dihindari. Tentu, sangat berlaku pada korban atau bagi pihak tak ingin mengikut campur. Meskipun begitu, bullying tak pernah hilang, berfaktor atas rasa kemegahan, kesombongan, kekejian, keirian. Tiap kepribadian korban berbeda, sehingga ada kasus di mana korban memutuskan menghentikan jalan kehidupan secara sepihak. Ada juga menahan hingga menimbulkan rasa trauma, bahkan depresi. Ah, setidaknya ada korban melawan tetapi kemungkinan ada terlalu kecil untuk melawan bullying.
Seperti [Full Name], sosok gadis mungil tak pernah melawan ketika diri ditindas. Setiap saat, dia menelan ludah bersamaan dengan penderitaan. Tak tahu, dia harus bertindak apa, di lain sisi dia merasa pantas mendapatkan itu. Hidup tanpa seorang teman, dimusuhi oleh semua orang, karena dia pembawa sial.
"[Name], ada apa dengan wajahmu?" Pertanyaan singkat menyapa gendang telinga [Name], sukses membuat sang gadis menegang. Suara berat itu tidaklah biasa, dia tahu itu suara asli akan tetapi dia merasakan penekanan dalam nada itu. Keringat dingin bercucuran, jantung berpacu cepat merasakan ketakutan dalam diri. Tak hentinya hati mengulangi kata 'homina'.
"A-aku tadi menabrak ti-tiang, niichan!" Kebohonganpun lolos dari bibir [Name], dia sendiri sudah menduga posibilitas jika memberitahu kenyataan pada sang kakak akan menimbulan penderitaan jauh lebih ini. Saat kaki ingin beranjak dari posisi tak sengaja kehilangan keseimbangan tubuh hingga membuatnya jatuh ke arah depan.
"[Name]---" Belum sempat Ramuda -sang petanya- menahan, gadis itu sudah mencium lantai dingin dengan mesra. Kedua mata membelalak ketika mendapati memar pada beberapa bagian tubuh sang adik. Suara tercegat sejenak, kembali mengambil langkah mendekati sang adik. Helaan napas lolos dari bibir Ramuda, "Tidak apa-apa, [Name]?"
"A-ah, i-iya. Maafkan aku," gumam [Name], sekuat tenaga menahan diri untuk tidak cengeng di hadapan. Sungguh, gadis itu merasa tak berguna, bahkan berjalan saja dapat melukai diri sendiri. Sudah sepantasnya dia mendapatkan kebencian dan penindasan itu. Memar tubuh tidak hanya karena penindasan, juga karena kecerobohan sendiri.
Tepukan lembut di puncak kepala [Name], mengelus lembut mencoba menenangkan sang adik yang tengah merutuki diri dalam hati. Ramuda tak perlu menunggu adik berucap, dia sudah tahu segalanya. "Sudah, kakak akan membersihkan luka-lukamu, habis itu istirahat mengerti?"
Dan Niichan akan menghukum orang yang mengganggumu, jadi tenang saja, [Name].
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top