●麻天狼 MATENROU◇Dirgahayu Indonesia
Hypmic Shortlisted Part
©King Record, Otomate, Idea Factory
.
Note: Awas geli, cringe. Mencoba membuat versi lokal, jadi agak gimana gitu.
.
.
.
.
一. Jinguji Jakurai
Ketika kamu ingin keluar untuk berbelanja sayur di depan rumah, matamu mendapati bendera merah-putih Indonesia yang beberapa hari lalu dipasang nampak terlilit pada batang bambu yang menjadi penyangga. Oh, kamu ingat bahwa semalam hujan angin dan mungkin itulah penyebabnya. Karena penyangga bambu itu nampaknya tidak terlalu tinggi, kau beramsumsi kalau dirimu dapat membenarkan kembali Sang Merah-Putih dengan bantuan kursi kayu.
Alhasil, dengan niat menggebu kamu kembali masuk ke dalam rumah mencari kursi kayu. Setelah didapat, kau mulai naik ke kursi yang tingginya sekitar setengah meter―mungkin lebih tinggi sedikit.
Begitu naik, dan tangan hampir menggapai, kepercayaan dirimu turun begitu mendapatkan kenyataan kalau kain bendera itu belum dapat tersentuh ujungnya. Masih berusaha keras, kaki berjinjit setinggi yang dibisa. Sayangnya, hal itu belum membuahkan hasil. Bahkan karena terlalu memaksa menggapai, kamu bisa merasakan urat-urat di tubuh tertarik merenggang.
Ketika kamu terpikir untuk membenarkan kain yang melilit itu dengan menggunakan semacam tongkat, kamu menepuk dahi. Kenapa hal itu baru terpikirkan sekarang? Maklum saja, namanya juga manusia. Sudah capek padahal. Kamu memilih turun dari kursi.
Setengah telapak kaki tidak menapaki kursi dan...
Brukh!
Hampir saja kamu menyentuh kerasnya tanah akibat gaya gravitasi. Bahkan, mata sudah memejam sangat erat. Pasrah kalau mungkin nanti akan mendapatkan lebam, mungkin yang parahnya keseleo dan patah tulang. Tapi... Jakurai dengan sigap menangkap tubuhmu dengan kedua tangannya.
"Eh... Mas?" Kamu terheran. Masih dengan debar jantung yang kuat karena hampir celaka tadi. "K-kok ada di sini? Oh, makasih, ya. Untung ada kamu." Kamu mengelus dada lega.
Jakurai menghela nafas, menggelengkan kepala. "Aduh, Dek. Kamu 'kan bisa minta tolong saya. Hampir aja kamu celaka. Fungsi punya suami tinggi itu apa kalau bukan buat menolong kamu?" Ia menasehatimu yang masih berada di gendongannya. Mendengar ia yang nampak cemas, kamu hanya bisa tersenyum gigi.
"Hehe. Iya, deh, iya..."
▅▅▅▅▅
二. Izanami Hifumi
"Mah, bendera yang pernah kita pasang di tahun lalu kemana?" Hifumi bertanya dengan suara melengking hingga mengusik kamu yang sedang mencoba kreasi memasak di dapur. Dan hal itu, sukses membuat kamu salah mengukir ketika sedang mencoba menciptakan garnish mawar kuning dari buah lemon. Untungnya tidak kena tangan.
"Pah, tolong jangan berisik. Gara-gara kamu, aku jadi salah, nih!"
Hifumi menegok ke arah dapur dan matanya tertuju pada kamu yang sedang terduduk di sana. Pria itu secara mendadak mengalungkan lengannya di lehermu dari belakang.
"Apa, tuh?"
"Garnish," jawabmu singkat.
Selanjutnya pun, ia hanya memerhatikanmu yang masih fokus. Ia menopang dagunya pada bahumu. Masih dengan posisi yang belum berubah sejak tadi.
"Garnish mawarnya cantik, ya? Sama seperti yang buat," bisik Hifumi dan hal itu sukses membuat kamu terkejut untuk kedua kalinya.
Meski sempat berdebar karena ulahnya, kamu berusaha tenang. Wajahmu mulai menghangat. "Iya, aku emang cantik. Udah sana pergi!" Kau mengusir Hifumi secara terang-terangan.
"Ah, jahat banget," rengek pria yang hampir berusia kepala tiga itu. Ia sempat terdiam sebentar. "Oh iya, bendera yang biasa kita pasang setiap tahun, Mamah taruh dimana? Mau dipasang, nih."
Tangan yang menggenggam pisau ukir berhenti bergerak. Sejenak, wajahmu nampak berpikir. "Di lemari yang biasanya. Selalu aku taruh situ."
"Nggak ada. Udah dicari."
"Ada, kok."
"Nggak."
"Ada, Pah..."
"Nggak ada, Mah..."
"Ada."
"Nggak ada, Mah. Serius. Bantu cariin, dong. Sebentar lagi 17 Agustus, lho."
Dengan agak kesal kamu berdiri menurutinya. Kaki melangkah menuju lemari yang telah disebutkan. Hifumi juga mengikuti di belakangmu. Padahal kamu malas bergerak, dan yakin kalau bendera kain itu memang ada di sana. Setelah mencari sebentar di antara tumpukan kain yang ada, kamu menarik kain bendera yang masih terlipat. Kamu benar-benar menemukannya. Membuat Hifumi sukses melongo di sisi.
"Ini apa?" tanyamu kesal sambil menggenggam lipatan bendera yang kata Hifumi, tidak ada di tempatnya.
"Lho, kok? Tadi bener nggak ada tau," protes suamimu yang terheran-heran. Ia menggaruk kepala berhelai cerah beberapa kali. Antara kesal dan bingung.
"Makanya, kalau nyari itu pakai mata."
▅▅▅▅▅
三. Kannonzaka Doppo
"Mas, hari ini kamu libur, kan?"
"Hmm? Iya libur. Ini tanggal 17 Agustus, kan? Tanggal merah. Kurang ajar banget kalau sampai nggak libur." Doppo menghelakan nafasnya. Ia masih bergelung nyaman dengan selimutnya di atas ranjang. Matanya kembali tertutup, berniat kembali terbang ke alam mimpi.
"Akhirnya libur..." gumam pria itu dengan lirih.
Perlahan kakimu berjalan ke arahnya yang kelihatan setengah terlelap. Begitu duduk di sampingnya, kau mengusap kepala berhelai merah bata itu dengan lembut. "Hari ini ada karnaval 17 Agustus, lho. Mas masih capek? Kalau masih capek yasudah di rumah aja. Tapi, aku izin ikut karnaval bersama warga, ya?" tanyamu dengan penuh harap.
"Nggak apa. Bunda ikut aja. Bareng siapa?"
Kamu tampak berpikir sejenak. "Sebenarnya aku udah janjian sama sahabat kecilku itu, si [BoysName]. Kamu tau, kan? Kalau kamu nggak ikut aku mau bareng dia."
Doppo mengucek matanya cepat. Setelahnya terduduk dengan wajah setengah sadar. "Bareng [BoysName]?" Dan pertanyaan itu kamu jawab dengan gumaman kecil dan anggukan.
Pria itu turun dari ranjang. Pelan-pelan ia berjalan mengambil handuk. Kakinya melangkah menuju kamar mandi. Sebelum itu, ia berhenti dan menoleh tepat ke arah matamu dengan senyumnya.
"Bunda bareng aku aja. Nanti pegang benderanya, ya? Biar aku yang bonceng pakai sepeda."
Tawa kecilmu lolos sebagai reaksi atasnya.
▅▅▅▅▅
Note (2): Ya ampun, apaan ini? Niatnya saya itu mau sekali-sekali bikin cerita khusus Dirgahayu Indonesia. Tapi, malah jadi gini. Karena ini versi lokal, saya coba buat untuk nama panggilan tidak pakai akhiran -kun seperti di Jepang. Jadi akhirnya pakai:
・J. Jakurai: Mas-Adek
・I. Hifumi: Papah-Mamah
・K. Doppo: Mas-Bunda
Info:
・Hiasan atau Garnis adalah penghias hidangan, potongan kecil makanan yang digunakan sebagai hiasanatau dapat didefinisikan sebagai makanan atau bagian dari makanan yang ditampilkan sedemikian rupa untuk meningkatkan penampilan makanan yang disajikan. ( Wikipedia)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top