●BUSTER BROSS!◇Ketika Mereka Pulang Bekerja

Hypmic Shortlisted Part
©King Record, Otomate, Idea Factory

.

Note: Jadi cerita ini isinya cuma kumpulan kisah Reader bersama chara Hypmic yang berupa adegan pendek atau mungkin skenario sekali habis. Tapi bisa juga random Hypmic, sih. Terimakasih bagi yang sudah mampir (っ'-')っ=͟͟͞♡

.

.

.

.


. Yamada Ichiro

"Tadaima (ただいま)..."

Kau langsung bangkit dari sofa di kediaman Yamada begitu suara berat Ichiro menyapa indera pendengaranmu. Memang sengaja menunggu. Begitu terkantuk mengingat ini sudahlah pukul 10 malam. Hampir menutup mata sepenuhnya di sofa ruang tamu, kalau saja suara Ichiro tidak menginterupsi. Tidak ingin menunggu lagi, kaki melangkah dengan terburu membukakan pintu.

Menyambutnya begitu pintu telah terbuka, "Ah, okaerinasai (おかえりなさい)." Ia yang sedari tadi kau tunggu.

Senyum hangat terpatri meski tersirat guratan lelah di parasnya. Rongga dada menghangat melihatnya. Kau membalasnya dengan senyum lembut. Sosoknya selalu mengagumkanmu padanya. Ia adalah seseorang yang luar biasa.

"Oh iya, masuklah." Suaramu kembali menghiasi setelah berkelana dalam pikiran sejenak.

Usapan lembut kau rasakan ketika tangan besar mengusap puncak surai [HairColour]. Nyaman sekali. Kau menyukainya. Belaian halus membuat senyummu semakin mengembang. Memejam mata menikmatinya.

"Kok belum tidur?" Ichiro masuk dan kembali menutup pintu yang terbuka. Kau dengannya berjalan beriringan sambil membawa tas yang sudah berpindah tangan kepadamu. Tangan pria itu masih setia di kepalamu, meski telah berhenti mengusapnya.

"Aku menunggumu, Ichiro-kun."

Tersenyum kecil. Helaan nafas berat terdengar. Secara tiba-tiba Ichiro memelukmu dari belakang. Tangannya melingkar, dengan kepala bersurai hitam yang tenggelam dalam ceruk lehermu. Menyamankan posisi di sana. Kau cukup terkejut dan terdiam sejenak.

Mulut hendak terbuka ...

"Biarkan sejenak seperti ini, [Name]."

"Baiklah," katamu pada akhirnya.

Pelukkannya semakin lama terasa begitu menghangatkan. Senyum kecil tidak bisa kau tahan. Di sela itu, kau tidak tahu harus apa selain menggenggam tangan besar yang masih melingkar di area perutmu. Mencuri-curi pandang kepada sang adam yang hanya terlihat surai hitam dan sedikit bagian dari dahinya, kadang mengalihkan perhatian ke arah jam dinding yang terus bergerak memutari poros.

"Sudah makan malam di luar? Karena khawatir kau belum mengisi perutmu, maka aku sudah berjaga-jaga untuk menyiapkannya. Perutmu tidak boleh kosong."

Istri siaga. Itulah dirimu.

"Ahh ... apa ini?" Ichiro menatapmu.

"Apanya?" balasmu.

"Gawat sekali." Pria itu memalingkan wajah, kembali bersembunyi di bahu dari tatapan matamu.

Alismu mengerut. "Apanya, Ichiro-kun?" tanyamu terheran sekali lagi.

"Yamada [Name], kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu untuk kesekian kalinya, Istriku."

▅▅▅▅▅

二. Yamada Jiro

Kau tersentak tiba-tiba.

"Ah, Jiro!" Menolehkan kepala, dan refleks tidak sengaja memukul lengan pria itu menggunakan sekop berkebun penuh tanah.

"Aduh, aduh! Aku baru saja pulang bekerja lho, [Name]. Masa kau pukul pakai sekop?" Buru-buru ia mundur dua langkah. Tangannya mengibaskan tanah supaya berjatuhan dari pakaiannya akibat ulahmu.

Kau menyilangkan tangan di depan dada. Telapak kaki kanan menghentak pelan berirama. Wajah mengerut. "Kau memelukku tiba-tiba. Aku sedang fokus menanam Habbatusauda." Dirimu menghela nafas. "Jelas aku terkejut bukan?"

Jiro tertawa ringan. "Maaf deh, maaf." Tangan tetap membersihkan tanah yang masih menempel.

"Ditambah lagi, kebiasaan burukmu yang lupa mengucap salam."

Jiro memuat data di otaknya.

"Oh, tadaima (ただいま), [Name]!"

Kau kembali berjongkok memunggunginya. Fokus pada pot yang baru berisi setengah tanah gembur dan plastik berisi benih bunga di sisi. "Hmm ... okaeri (おかえり), Sayang."―Hahahaha. Kau sengaja memanggilnya begitu dengan niat menggoda Jiro yang pasti sedang memerah di belakangmu. Mau tertawa kencang sebenarnya, tapi kau tahan saja.

Tuh 'kan, dia menggaruk tengkuknya malu-malu. Kau tersenyum geli meliriknya. Puas. Setelahnya, kau memilih fokus melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

Pria itu memerhatikanmu terus yang sedang berkonsentrasi. Tapi, kau tidak memedulikannya. Ia memegang kedua bahumu dari belakang dan ikut berjongkok. "Kau ini sedang apa, sih?" tanyanya.

"Jelas saja sedang berkebun."

"Kau ini, lebih baik diam di dalam rumah. Duduk di sofa dan menonton televisi saja seharusnya. Berkebun akan membuatmu lelah," ujarnya. Pelan-pelan Jiro memijat kedua pundakmu. Barangkali kau membutuhkannya. Dan percayalah, sangat nyaman rasanya.

Enak sekali punya suami seperti Yamada Jiro.

Meski banyak minus-nya juga.

"Ini hanya berkebun, bukan angkat beton. Sudah sore juga, jadinya tidak panas. Justru berada di dalam rumah terus-menerus membuatku bosan sekali. Ini bukan hal berat, kok," Kau membela diri.

"Keras kepala. Tapi, Yamada kecil di dalam perutmu baik-baik saja, kan?"

▅▅▅▅▅

三. Yamada Saburo

"[Name]-chan, tadaima (ただいま)."

Saburo hanya mendapati rumahnya yang sunyi ketika baru saja pulang bekerja. Ia melangkahkan kaki ke dalam rumah sambil menarik dasi supaya longgar. Mata melirik ke penjuru ruang tamu.

Ia tidak menemukan keberadaanmu yang dicarinya. Jam tangan yang melingkar dilirik. Nampak belum terlalu malam, sebab masih menunjukkan pukul 20.15. [Name] mungkin saja tidur lebih awal. Saburo hanya menghela nafas dan memutuskan untuk memasuki kamarnya.

Begitu membuka pintu kamar, hanya ada gelap. Saburo mengerutkan dahi. Tangan terulur menggapai saklar lampu di dinding. Begitu terang, ia dapat melihat jelas bahwa dirimu tengah tidur terduduk di lantai dengan bertumpu pada sisi ranjang. Matamu memejam dengan wajah yang begitu damai.

Sampai Saburo menemukan gunting yang sedang kau genggam ...

"[Name]!" teriak Yamada bungsu panik. Tergesa ia berlari menuju ke arahmu yang masih menutup mata. Sampai di sampingmu, ia berkata, "Hei, [Name]-chan. Bangun―"

Potongan kertas putih di atas bedsheet sewarna membuatnya facepalm. Membuat kliping. Hampir saja ia berpikir yang tidak-tidak. Pasalnya, kalau kau pergi meninggalkannya ia akan menjadi duda muda. Maaf, Saburo sudah terlanjur menyombongkan diri kalau ia berhasil mendapatkan istri idaman tersayang seperti dirimu. Lupakan itu. Sepertinya menatap komputer terlalu lama membuat kesehatan matanya menurun.

Dibanding hal itu, Saburo memilih menjauhkan gunting yang ada di tanganmu dan meletakkannya di atas nakas. Ia duduk di lantai, tepat di sisimu. Mata dwiwarna melihat dan tangan segera mengambil hasil karya kliping apa yang kau buat. Cukup penasaran karena kau bukanlah orang yang rajin membuat kliping, selain untuk tugas.

Di karya kliping itu dihiasi sedemikian rupa dan disusun begitu rapi olehmu. Tapi, yang membuat Saburo tertarik adalah halaman terdepan yang ditempel foto pernikahan kalian saat 5 tahun yang lalu. Judulnya juga, ditulis dengan diksi lama. Namun, tentu saja bukan hal sulit baginya untuk memahami deretan kata-kata lama tersebut. Ia semakin penasaran, dan membuka lebih banyak lembaran berikutnya.

Fokus sejenak, tiba-tiba saja ia tertawa pelan. "Dasar Helene-nya diriku. Apakah aku sangat beruntung layaknya Menelaos putra Atreus? Meski aku tidak akan sanggup membawa 60 kapal dari Sparta ke Troya. Tapi ..." Saburo menutup kliping itu. Ia menopang dagu di tepi ranjang memandangmu lamat. Tersenyum lembut.

Tangan tanpa aba-aba terulur menyibak poni rambutmu yang cukup menghalangi paras. Ia mengecup bibir singkat, dan mengelus pipimu sayang. Ia yang melakukannya, namun jujur Saburo merasa malu sendiri. Untung saja kau sedang tertidur.

"―Meski begitu, kau adalah Yamada [Name], anugerah terindah Tuhan padaku. Tidak peduli secantik apapun Helene dari Sparta. Terimakasih, atas hadiah kecil ini dan happy 5th anniversary of our marriage."

▅▅▅▅▅

・Sumber Wikipedia: Helene, atau lebih dikenal dengan nama Helene dari Troya atau Helene dari Sparta, adalah tokoh perempuan yang terkenal dalam mitologi Yunani.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top