Bab 4

SUDUT PANDANG ALICE

Setelah rusuh mengantri di koperasi dan hampir memecahkan kaca ruang koperasi, seluruh anak di kelas kami akhirnya kebagian seragam khusus (jaket almamater dan baju olahraga). Kami semua langsung lari full speed ke kamar mandi untuk mengganti seragam kami.

Devi, si hybrid kucing panikan yang ternyata sahabat sd nya Lintang, sempat membuat ekornya tersangkut dicelana olahraganya (jangan tanya gimana bisa jadi begitu. Kita semua juga bingung).

Risa, si hybrid merpati berbadan.... Ehm... Besar... Sempat-sempatnya nyanyi di saat kritis seperti ini. Sepertinya dia gak keberatan disuruh jalan jongkok keliling lapangan. Atau mungkin dia sudah bosan hidup(?).

Tia, hybrid kucing tetangga dekat Devi, cukup sabar dalam menghadapi kegilaan teman-teman barunya. Ya... Termasuk gua sih. Tadi gua sempat terpeleset dan hampir nyebur ke lubang toilet ._.

Setelah sirkus dalam toilet itu selesai, kami semua langsung kembali ke kelas, melempar seragam kami yang lainnya ke meja kami (kayaknya sih mendaratnya di meja kita), dan langsung lari kecepatan kilat ke arah lapangan. Bel sudah bunyi 10 menit yang lalu. Kalau sampai telat, mati kita.

"SAMPE YEY" Seru Lintang melompat dari tangga sebelum menghempaskan dirinya ke atas bangku panjang di lapangan.

"cape juga ya ternyata lari dari ujung sekolah ke ujung yang lain" komentar Devi yang minta ditampol sendal swellaw

"hey kalian yang baru datang! Cepat buat barisan!!" seru guru yang tadi memulai kerusuhan di pagi hari yang (seharusnya) tenang ini

"baik bu" ucap gua pasrah

"siapa nih di depan?" tanya gua ke yang lain

Devi ngehitung daun di pohon, Tia bantuin Devi menghitung daun yang sudah jatuh, Risa pura-pura gak dengar, dan Lintang pura-pura mati di bangku panjang.

Gua menghela nafas panjang, "ya udah deh gua aja"

" OKE" seru Devi tiba-tiba berhenti menghitung daun

"lu temen yang sangat baik, Alice" ucap Risa emosional

"Alice.... Pengorbananmu akan kami kenang selalu, kawan" ucap Lintang sebelum dia hormat ke gua diikuti dengan yang lainnya

"what the..." gumam gua ilfeel. Mahluk macam apa mereka ini? Otaknya pada gak beres semua

"HEH KOK MALAH HORMAT GAK JELAS?? BARIS CEPET ATAU PANJAT TIANG BENDERA!!" Seru si guru horror

Kami langsung ngacir ke pinggir lapangan untuk membuat barisan. Bertepatan dengan itu, Ace, Ray dan anak-anak kelas yang lain sampai ke lapangan. Ace berdiri membuat barisan di samping gua.

" psst "bisiknya entah untuk apa. Guru killer itu masih membereskan kertas-kertas yang dibawanya

" apa? "tanya gua bingung

" baju lo tadi nyasar ke meja gue tau "bisiknya dengan nada bete

" HAH?! "

" SSSSSTTTTTTT!!! "

Gua langsung menutup mulut gua yang mendadak menjadi toa itu. Untung si guru killer cuma memberikan gua tatapan tajam sebelum kembali ke kertas-kertasnya.

" sorry, Ace. Gak sengaja gua. Abis tadi buru-buru bareng Lintang sama yang lain supaya gak di hukum jalan jongkok keliling lapangan sepuluh kali dan gua gak kuat secara fisik jadi gua gak mau banget disuruh jalan jongkok dan gua-"

"heh gua cuma mau isengin lu aja kok bukan minta lu nge rap soal kenapa lu  gak mau jalan jongkok" kekeh Ace membuat muka gua berubah menjadi semerah saus sambal.

Sial. Mulut gua kenapa jadi toa bin ember gini sih?

"s-sorry" ucap gua pelan, memalingkan wajah gua dari Ace agar dia tidak bisa melihat muka kepiting rebus gua ini

"santai aja" ucapnya dengan cengiran lebar

"yak! Karena lapangan ini akan dibersihkan terlebih dahulu, kita akan olahraga di lapangan warga di dekat sini" ucap guru killer

"oh dan nama saya Rosalie. Panggil saja saya bu Rosa. Jika kalian telat datang di pelajaran saya, saya pastikan hukuman saya akan kalian ingat selama kalian hidup" lanjutnya membuat kami semua bergidik ngeri

"mengerti?" tanyanya

"M-MENGERTI BU!!" Seru kami kompak

"BU ROSA!" protesnya

"MENGERTI BU R-ROSA!!" Seru kami lagi

"bagus. Sekarang ikuti ibu ke lapangan. Jangan mampir kemana-mana! Ini pelajaran olahraga bukan piknik!" perintah bu Rosa

"BAIK BU!" seru kami sebelum kami berjalan mengikuti bu Rosa layaknya anak itik mengikuti induknya. Hanya saja induk yang satu ini......

Horror tingkat dewa!!

---------------------------------------------

"Alice! Lari lebih cepat!" seru bu Rosa

"baik bu!" ucap gua disela napas gua

Sesampainya di lapangan warga, kami langsung disuruh lari 7 putaran. Jarak antara sekolah dan lapangan ini saja cukup jauh. Lapangan ini juga jauh lebih luas dari lapangan sekolah.

Mati aja gua =_=

"heh lu ngapa?" tanya Ace yang tiba-tiba nongol di samping gua. Ini hybrid apa jailangkung sih?? Datang tak diundang pulang gak di antar gini.

"capek aja... Baru putaran ke 5 udah capek. Biasa sih gua kayak gini" jelas gua jogging santai di samping Ace

"kuat gak lo?" tanya nya dengan nada khawatir

"kuat lah! Gue gitu lho" cengi gua meyakinkan hybrid naga itu. Jujur gua sendiri sih gak yakin

"CIE PACARAN BERDUA" ledek Devi dari belakang kami

"ACIA ACE SAMA ALICE TERNYATAAAA" Seru Ray yang berlari menyusul kami

"heh bocah" geram Ace

" hmmm.... Lu berdua kompak banget ngeledekinnya. Jangan-jangan jodoh lagi lu berdua? Ya emang serasi sih.. Sama-sama gila" ledek gua dengan cengiran jahil terukir di wajah gua

Sebelum mereka berdua bisa protes, gua menambah kecepatan gua dan kabur. Di sela suara angin gua bisa denger suara Devi dan Ray yang sedang protes.

"eh siapa tuh?"

"warga ya?"

"kok bajunya lusuh?"

"mukanya aneh gak sih?"

bisikan anak-anak terdengar jelas di telinga serigala gua. Gua mendongak dan melihat beberapa anak kelas sedang bergerombol di belakang tiang basket.

"ada apa?" tanya gua ke Lintang. Berbarengan dengan anak itu menoleh, Ace, Devi dan Ray sampai di samping gua.

"itu.. Ada mas-mas muka aneh ngeliatin kita terus dari sejak awal kita kesini. Awalnya dia liatinnya dari jauh. Di depan rumah di samping warung itu" ucapnya menunjuk ke arah warung di luar area lapangan. Warung itu agak jauh dari tempat kita berdiri.

"tapi lama kelamaan dia makin deket kesini. Ekspresinya aneh. Agak-agak horror jadinya" jelasnya lagi

Gua dan yang lain menatap pria yang dimaksud Lintang itu. Rambut coklatnya acak-acakan, giginya tak terawat seperti anggota tubuh lainnya. Kukunya panjang, bajunya lusuh dan sobek di beberapa tempat, dan dia pun tidak memakai alas kaki sama sekali. Dari bentuk kupingnya, sepertinya dia hybrid anjing. Entahlah jenis apa. Dia berdiri tidak jauh dari kami. Lebih tepatnya di pintu samping lapangan (lapangan di kelilingi pagar tinggi agar bola gak kemana-mana. Di setiap sisi ada satu pintu)

"khe..." gumam pria itu tiba-tiba membuat semua perhatian kami terfokus ke arahnya

"KHEEHEHEHEHEHEHEHEH" tawanya membuat kami mulai takut

"AYO MAIN SAMA AKUUUU KHEHEHEHEHEEHEHEHEH" Serunya tiba-tiba berlari kencang ke arah kami

"O-ORANG GILA!!!" seru Ray panik

"LARIIIIII!!!!"

"KHEHEHEHEHEEHEHEHEHEHEHE"

Kenapa hari pertama bisa jadi seperti ini sih??

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top