41. Rumah Sakit

Perlahan kucoba membuka kedua mataku. Silau , tapi bukan sinar matahari. Sepertinya sinar lampu. Aku mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan pandanganku.
Kulihat samar-samar , aku berada diruangan serba putih , bau seperti alkohol dan obat. Ini bau rumah sakit.
Kenapa aku bisa disini? Tanganku diinfus. Aku bangun dan memposisikan diriku duduk.

Ku arahkan pandanganku ke pintu toilet yang dibuka oleh seseorang.

"Love , kamu udah sadar?" Mario dengan cepat menghampiriku dan menekan tombol disebelah ranjang.

Ia menangkup rahangku, tatapannya lembut. Ia tersenyum manis.
Manis sekali. Aku rindu wajah ini. Aku mengusap wajahnya.

"Ini bukan mimpi kan?" Tanyaku

Ia menggeleng.

"Ini nyata aku." Mario

Aku menangis. Kupejamkan mataku , air mata mengalir lancar. Mario mengusap pipiku yang basah.

"Sstt.... Jangan menangis." Mario

Dokter dan perawat masuk ke kamar , Dokter tersebut langsung memeriksaku dan Mario mundur beberapa langkah. Memberi jarak untuk Dokter dan perawat.

Setelah Dokter dan perawat selesai memeriksa , Mario mendekat ke ranjang.

"Ayo makan dulu." Mario mengambil makanan khas rumah sakit.

"Aku mau buah saja."

Mario mengambilkan buah apel dan pisang yang tersedia di meja. Lalu memotongnya setelah ia mencuci terlebih dulu.
Aku mengambilnya dan memakan apel tersebut.

"Buah-buah ini dari Andri dan Nathan." Mario

"Mereka datang? Kak Miko mana?" Aku

"Datang semua termasuk Miko. Tadi siang mereka pulang. Kamu belum sadar."

"Aku sudah merepotkan kak Miko." Aku

"Tidak usah merasa tidak enak pada Miko , biar itu jadi urusanku. Itu semua karena salahku. Maafkan aku. Karena telah meragukanmu." Mario menggenggam tanganku

"Aku __ semalam dengan __ kak Miko __ ." Aku terbata

"Sudah. Jangan bahas soal semalam. Itu semua salah paham. Aku tidak akan menyalahkanmu perihal semalam dengan Miko. Aku yang salah dari awal." Mario memotong ucapanku

"Maaf , aku enggak tahu ada apa sama aku." Aku menunduk malu dan takut menatap Mario.

"Jangan minta maaf sayang. Kamu enggak salah."

"Tolong , maafkan aku. Jangan pergi lagi dari sisiku." Lanjut Mario seraya mengecup kedua punggung tanganku

"Aku enggak akan pergi dari sisimu , kecuali kamu yang memintanya. Aku sudah pernah katakan itu." Aku mengingatkan Mario akan ucapanku yang pernah ku katakan padanya.

Flashback
"Kamu jangan pernah sekalipun pergi dariku!" Mario

"Aku enggak akan pergi dari sisimu , kecuali kamu yang memintanya"

"Enggak! Aku enggak bakal nyuruh kamu pergi. Bisa mati aku , kalau itu sampai terjadi" Mario lekas mencium bibirku dengan lembut. Penuh isyarat cinta , ketulusan dan ketakutan.

Ya , Mario mengingatnya dan menyesalinya sekarang.

"Iya , aku akan mati. Mati menahan rindu denganmu." Mario

"Besok kamu bisa pulang. Hari ini tenangkan pikiranmu. Jangan membahas apapun lagi. Jangan terlalu banyak pikiran."

"Terima kasih sayang." Lanjutnya

"Untuk ?" Aku

"Menjadi ibu dari anak kita." Mario mengusap perut ku dengan lembut

Aku diam dan melihat ke arah perutku.

"Maksud kamu __"

"Aku __ hamil?" Masih tidak percaya

Mario mengangguk.

Aku terharu mengetahuinya. Aku pegang perutku yang masih rata itu dengan mata berkaca-kaca.
Mario memelukku.

"Sebentar lagi kamu jadi ibu. Kita akan jadi orang tua." Mario mengusap lembut rambutku

Akhirnya aku menangis. Terharu , sedih , bahagia , entahlah semua perasaan melebur jadi satu.

Pintu kamar terbuka dan muncullah Kak Miko Disana.

"Hai cutie pie! Sudah siuman?" Tanyanya sambil mendekat ke ranjang ku.

Mario melepas pelukannya. Aku mengusap air mataku.

"Ck! Kenapa selalu elo jadi perusak suasana sih?!" Mario

Miko tidak menggubris ucapan Mario.

"Ini , aku bawakan dimsum kesukaanmu." Miko meletakkan makanan tersebut di nakas samping ranjang ku dan membuka bungkusnya.

Aku tersenyum senang. Mario kesal melihat kepedulian Miko.

"Terima kasih kak." Aku langsung memakannya dengan lahap

"Belum makan? Se-lapar itukah?" Miko mengernyitkan dahinya

"Iya aku belum makan , barusan makan buah saja." Aku masih dengan lahap menyuapi dimsum itu kedalam mulutku.

"Makanlah yang banyak , biar nanti Mario junior tumbuh sehat diperutmu." Miko berjalan dan mendudukkan dirinya di sofa bersama Mario.

Aku hanya tersenyum.

"Enggak usah berlebihan perhatiannya! Gue suaminya bakal jaga dia." Mario memutar bola matanya dengan malas.

"Ya , tenang saja Mika. Kalau dia mengusirmu lagi , rumahku terbuka kapan saja." Miko menyindir Mario

"Sialan!" Mario

"Sudahlah. Jangan bertengkar , ini di rumah sakit." Aku

Terdengar suara dering ponsel. Mario mengangkatnya dan berjalan keluar untuk membicarakan proyek.

Miko berjalan mendekati ranjang ku setelah melihat Mario menghilang dari balik pintu kamar.

"Kak , untuk semalam aku __"

"Sstt ..... Sudahlah , itu salahku juga menaruh minuman sembarangan. Kau jaga kesehatan , jangan telat makan , okay?"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

"Lusa aku akan ke London." Lanjutnya

"Ada apa? Kenapa mendadak.?" Tanyaku

"Biasa. Hanya perjalanan bisnis. Ini tidak mendadak. Sekarang aku tenang pergi , kamu sudah berbaikan dengan Mario." Miko tersenyum seraya mengusap rambutku.

"Peluk" aku rentangkan tanganku agar ia mendekat padaku.
Dan ia tersenyum jahil lalu mendekat dan membiarkan aku memeluknya.

"Nanti Mario cemburu." Ucapnya seraya membalas pelukanku. Ia mengeratkan pelukannya.

"Terima kasih ya kak , selama aku menumpang sering merepotkan."

Aku melepaskan pelukanku.

"It's okay cutie pie. Aku senang bisa membantumu."

"Jangan sungkan jika butuh bantuan apapun padaku , okay?" Lanjutnya.

Aku mengangguk.

"Hati-hati kak , selalu berkabar ya" Aku

"Kamu mau kubawakan apa dari London.?"

"Enggak. Aku mau kakak balik kesini lagi dengan selamat dan mendapatkan wanita baik-baik." Aku

Miko tertawa. Dia mengacak pucuk rambutku dengan lembut.

"Baiklah. Akan ku usahakan." Miko

Lalu Mario masuk , Miko beralih melihat Mario.

"Gue lusa ke London. Jaga Mika dan keponakan gue ya." Miko berkata pada Mario.

"Mendadak?" Mario

"Enggak. Seperti biasa."

"Lusa , siapa yang antar Lo ke bandara.?"

"Nathan"

"Okay. Hati-hati" Mario

"Sehat-sehat ya , jangan sering menangis. Bye and see you again, cutie pie." Miko mengecup pucuk kepalaku dan keluar.

Mario menyusulnya keluar.

*
*
*

Mario

"Thanks , ko." Ucapku saat kami sudah berada di luar kamar perawatan Mika.

"Nevermind. Selama emang gue bisa bantu , gue bakal bantu. Jangan bikin di nangis , man. Gue udah anggap Mika adik gue." Miko

"Ya , gue berusaha enggak bodoh kayak kemarin lagi."

"Gimana? Udah dapat hasil siapa yang kirim foto itu?" Miko

"Sudah."

"Bagus! Cepat bereskan! Jangan kasih ampun."

Aku hanya mengangguk. Miko pergi setelahnya.
Aku segera masuk ke kamar Mika.

"Kamu mau apa?" Tanyaku saat ku masuk , Mika sedang turun dari ranjangnya.

"Aku mau pipis."

Aku segera menghampirinya dan menyeret tiang infus , menuntunnya menuju toilet.
Aku mengelap dudukan toilet dengan tissue basah yang kubawa.

"Udah sana!" Mika , saat ia akan membuka celananya.

"Ya aku tunggu disini , jaga-jaga."

"Enggak mau! Kamu di luar aja. Aku mau pipis."

"Kenapa sih?"

"Malu tahu!!" Wajah Mika sudah memerah malu.

Lucunya , wajah meronanya membuatku semakin gemas dengannya. Aku terkekeh melihatnya.

"Buat apa malu? Semalam saja kamu mendominasi ku diranjang, kamu enggak malu."

"Aahhh sayang! Jangan bahas itu! Udah didepan pintu aja deh tunggu aku." Mika dengan nada manja seperti anak-anak.

"Okay. Kalau butuh sesuatu , panggil aku ya."

Mika mengangguk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top