40. I Want You So Bad!


"Ya Tuhan Mika!! Maafkan aku sayang." Mario mendekatiku

"Sayang ... maaf ... hhh" Aku menangis , dia menangkup daguku dan melihatku dalam. Dimatanya tersirat rasa rindu.

"Sakiithhh...tolong akuhh ... ahh" Aku menarik kerah kemejanya yang sudah berantakan akibat pergulatannya tadi dengan Miko.

Mario langsung menarik tengkukku dengan kasar dan memagut bibirku dengan rakus. Aku langsung membuka kancing kemejanya dengan tergesa. Kulemparkan begitu saja kemejanya , entah kemana. Mario membuka semua jubah tidurku , aku direbahkannya perlahan. Dia berada diatasku , menatapku dengan penuh gairah. Begitupun aku , aku sangat menginginkannya. Kulihat ia melepas sabuk dan celananya. Aku menggigit bibirku.

"Kamu suka kan melihatnya?" tanyanya dengan sesimpul senyum di bibirnya.

"Akuhh ... kangen"

"Kangen yang mana? Aku atau ini?" Ia mendekatkan juniornya yang tegang itu ke dadaku. Menggeseknya diseluruh payudara ku.

"Ahhh ... please" Aku sudah tidak tahan dengannya.

"Miss you so badly." Dia menciumi leherku , telingaku digigit kecil olehnya. Lalu turun ke leher dan pundakku. Aku mendesah terus-menerus karena perlakuannya.

"I want you so bad" Aku

Lalu kurasakan sesuatu memasukiku dengan cepat , aku membelalakkan kedua mataku. Kulihat Mario sudah menggerakkan pinggulnya maju mundur perlahan dan lembut. Aku hanya bisa menikmatinya. Hanya ini yang aku butuhkan sekarang. Rasa sakit yang tadi kurasakan berubah menjadi rasa penuh kenikmatan.

Sampai saat pelepasan kami menyerukan nama kami dengan penuh rindu. Ya , kami berdua merasakan kerinduan yang hebat. Semua disalurkan lewat penyatuan kami. Tanpa kata-kata lagi , kami lakukan semuanya diatas ranjang ini. Dari ritme lembut hingga ritme kasar. Kami salurkan semua emosi kami.

*

*

*

Mario

Sekitar pukul 07.00 pagi , aku segera keluar dari kamar menggendong Mika yang sedang tak sadarkan diri. Dia sudah ku pakaikan baju. Kami bergelut sejak dini hari sampai beberapa menit yang lalu , tiba-tiba saja Mika langsung tak sadarkan diri. Mungkin ia kelelahan , mengingat semalam ucapan Miko bahwa Mika meminum obat berdosis tinggi.
Sialan!

Saat aku turun , kulihat Miko sedang merokok di ruang tengah. Ia menoleh ketika mendengar langkahku.

"Kenapa?" Raut cemas terlihat diwajahnya

"Pingsan , mungkin lelah. Gue mau ke rumah sakit." Aku

"Gue anter." Miko mengambil kunci mobil yang ada diatas nakas.

Lalu seorang wanita muncul dari balik pintu ruang tengah.

"Hai , sayang. Mau kemana?" Tanyanya dengan nada sexy menggoda dan jangan lupakan , ia hanya berbalut selimut. Terlihat pundak putihnya dengan nyata.

Miko menoleh ke wanita tersebut.

"Pakai bajumu! Cepat pergi dari sini. Urusan kita sudah selesai." Ucap Miko

"Urus dia!" Miko melanjutkan perintahnya pada pengawalnya yang sedang berdiri dekat pintu.

Lalu kami berjalan keluar segera , menuju mobil Miko.

Aku duduk dibelakang dengan Mika yang sedang kubaringkan di atas pahaku. Aku mengusap keningnya , penuh keringat. Kami sudah melaju menuju rumah sakit terdekat.

"Siapa wanita tadi?" Aku

"Hadiah"

"Gila! Masih aja Lo jalanin bisnis Lo?"

"Mau apa lagi? Ini uang cepat , besar nilainya."

"Jadi semalam Lo main sama dia?"

"Iyalah. Setelah bini Lo bikin gue high , gue harus melampiaskan ke seseorang yang bisa lakuin itu lah. Masa gue harus kerja sendiri?"

"Sialan Lo! Gara-gara Lo bini gue jadi harus minum obat sialan itu. Sekarang kecapekan dia. Belum tidur dia dari semalam. Gila , itu dosis tinggi banget. Gue aja susah ngimbangin dia. Obat itu emang buat siapa?"

"Tadinya buat wanita yang tadi Lo lihat. Eh , enggak tahu gimana , si Mika yang minum" Miko

"Gila , tenaga Lo tenaga kuda? Nyuruh wanita panggilan itu minum obat Dengan dosis setinggi itu?"

"Ha...Ha...Ha.... Gue susah buat cepat keluar , entahlah gue enggak terlalu tertarik dengan mereka."

"Cepat cari wanita yang baik-baik , biar enggak jelas gini. Cepat nikah Lo!"

"Gue belum bisa move on dari bini Lo." Ucapnya santai tanpa beban

"Anjing  mulut Lo! Santai banget Lo ngomong gitu."

"Ha...Ha...Ha... Sorry Man , emang gue belum bisa move on dari dia. Tapi tenang aja , gue nyentuh dia baru semalam doang. Itu juga gue masih mikirin Lo. Makanya semalam gue langsung telpon Lo."

Akhirnya kami sampai disebuah rumah sakit. Segera kukeluar dan menuju IGD dengan menggendong Mika.
Setelah di IGD , aku menunggu diluar. Mika langsung menerima pertolongan dokter yang menanganinya.

Dokter itupun keluar tak lama kemudian.

"Bagaimana Dok?" Tanyaku

"Sebaiknya Nona Mika dialihkan ke bagian Obgin. Biar nanti suster antar." Jawabnya

Aku hanya mengangguk. Miko diam.

Setelah kami diantar ke ruangan Dokter Obgin , Mika langsung diperiksa. Mika masih tak sadarkan diri , dia masih terbaring di Bankar. Suster membawanya dengan bankar.

"Bapak suaminya?" Tanya Dokter wanita itu yang bernama Susan padaku

"Iya"

"Kapan terakhir kali Ibu Mika haid?"

"Saya kurang tahu Dok, kenapa? Ada yang salah?" Aku cemas

"Saya cek dulu ya."

Dokter tersebut melakukan pemeriksaan dengan USG. Suster yang membantu mengoleskan gel bening ke atas perut Mika. Dan menggerakkan benda diatas perutnya dengan berputar-putar.

"Benar perkiraan saya. Ibu Mika sedang mengandung" Dokter itu berucap sambil tetap melihat layar didepannya.

"Apa? Hamil?" Aku belum percaya

"Istri saya hamil Dok?" Aku bertanya lagi. Ada perasaan membuncah. Bahagia , senang dan penyesalan. Mengingat terakhir sikapku pada Mika.

"Iya Pak Mario. Selamat ya. Ini masih enam Minggu. Masih sangat lemah. Janinnya pun terlihat lemah. Jangan sampai Ibu kelelahan , stress. Asupan makannya pun tolong dijaga. Usahakan makan yang sehat."

"Tapi setahu saya dia enggak muntah-muntah Dok , malah saya beberapa Minggu ini setiap pagi selalu muntah"

"Iya memang suka ada yang seperti itu. Tidak apa. Dan tolong bersabar saja jika Ibu Mika moody-an. Karena hormon wanita hamil tidak stabil."

"Baik Dok , akan saya ingat."

"Ah Dok , istri saya ini baru meminum obat perangsang dosis tinggi , dia pingsan tadi."

"Iya , Ibu Mika harus rawat inap dulu. Biar dia diinfus dulu , untuk menetralisir darah yang terkontaminasi dengan obat tersebut. Tolong lain kali jangan meminum obat perangsang lagi ya Pak." Dokter tersebut tersenyum penuh arti

"Ah itu , karena salah paham Dok" Aku salah tingkah

"Baik saya mengerti , nanti suster akan mengantar Ibu Mika ke ruang perawatan. Selanjutnya nanti suster yang urus."

"Baik Dok , terima kasih"

Sekarang kami sudah di ruang perawatan VVIP. Aku segera membasuh wajahku yang masih berantakan. Aku belum tidur sejak semalam. Ya kami bergelut sepanjang malam hingga pagi hari.
Saat ku keluar dari toilet , Miko , Andri dan Nathan datang.

"Hei , gimana keadaannya?" Tanya Andri

"Kelelahan" Aku

Kami duduk di sofa yang tersedia dikamar rawat Mika.

"Mika hamil" Lanjutku saat kami sudah duduk

Semua kaget dan tersenyum senang.

"Gila Lo bro , tokcer juga" Nathan

"Hmm , untung semalam gue enggak tidurin bini Lo . Kalau sampe terjadi , bingung deh itu anak bakal mirip gue apa elo ?" Miko dengan santainya tetap berkata hal gila

"Anjirrr! Maksudnya apaan nih?" Andri penasaran

Miko menceritakan semua yang terjadi pada kami semua.

"Bangsat Lo! Jadi selama ini Mika dirumah Lo?" Aku tidak terima

"Iyalah. Dia mau minta tolong kesiapa lagi? Gue doang yang dekat dan bisa ngertiin dia." Miko

"Pantesan Lo tiap malam rajin balik ke rumah Lo. Bawa makanan pula." Nathan berkata

"Gue pikir tadinya dia nyimpen simpanan baru." Andri

"Ha...Ha...Ha... Ternyata Lo simpan bininya Mario" Lanjut Andri.

Aku langsung menendang kakinya Miko.

"Bangke! Sakit nyet!" Umpat Miko sambil mengusap tulang keringnya

"Sialan! Lo selama ini diam aja , pura-pura mau bantu gue,tapi ternyata dalangnya elo sendiri" Aku

"Makanya Lo harus pintar menilai situasi. Lain kali Lo begini lagi , gue pastiin Mika enggak bakal balik sama Lo. Walaupun dia udah punya anak nanti , anaknya tetap gue urus. Inget itu! Gue juga enggak main-main sama dia." Ancam Miko

"Setan Lo! Frontal banget. Dia bini gue , enteng banget mulut Lo masih bilang mau ngerebut dia"

Miko hanya mengangkat bahunya acuh.
Andri dan Nathan hanya tertawa.

"Udahlah Mik , lepasin si Mika. Makanya Lo cepetan nikah deh , biar enggak ganggu bini orang" Nathan

"Setan! Gue enggak pernah ganggu bini dia. Dia aja bego , percaya omongan orang yang fitnah si Mika. Padahal dia lebih lama kenal Mika daripada gue. Tapi malah dia yang ragu sama bininya sendiri. Elo pada enggak lihat keadaan Mika pas datang kerumah gue. Udah kayak gembel. Ya walaupun tetap cantik. Tapi kasian aja melihatnya kayak gitu. Selama dirumah gue , elo tahu enggak?! Tiap malam dia nangisin orang bego kayak elo. Gue sering lihat ke kamarnya. Nangis dekat jendela sampe ketiduran ngeringkuk. Gila , sakit banget hati gue lihat dia kayak gitu." Miko mengatakan dengan penuh emosi sambil menunjuk-nunjuk aku.

Aku tertegun mendengar kata-katanya. Ya , aku salah. Sudah termakan omongan orang luar mengenai istriku. Aku hanya menatap Miko. Kami diam semua. Aku merasa bersalah.

"Udah-udah. Sarapan dulu deh. Nih gue bawa bubur , siomay dan mie ayam." Nathan memecah kecanggungan kami

Kami segera mengambil makanan tersebut dan memakannya dalam diam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top