39. What's Wrong With My Body?

Part ini mengandung kata-kata umpatan. Harap dapat bijak untuk menanggapinya

Once upon a dream OST Maleficent
Cover by Holly Henry

I know you, I walked with you once upon a dream
I know you, that look in your eyes is so familiar a gleam
And I know it's true that visions are seldom what they seem
But if I know you, I know what you'll do
You'll love me at once, the way you did once upon a dream

You love me at once
The way you did once..

.................

"Bagus juga suaramu." Miko mengagetkanku.
Aku menoleh ke arahnya dengan cepat kuseka air mata yang ada di pelupuk mataku.

"Emang suaraku bagus , cuma enggak berani aja nyanyi didepan umum."

"Dapat gitar dari mana?"

"Pinjam sama Ryan, tuh." Aku menunjuk orangnya dengan daguku

Miko mengikuti arah daguku. Dia melihat disitu berjejer rapi semua bodyguard nya sedang menikmati lagu dan petikan gitar yang kumainkan. Lumayan kan mengurangi stress para bodyguard itu.

"Ryan?"

"Bodyguard kakak , yang itu. Masa enggak tahu namanya sih? Payah ah!"

"Hebat kamu. Baru sehari disini , sudah hapal nama bodyguard ku ya."

"Makanya punya bodyguard enggak usah banyak-banyak , repot menghapal namanya."

"Bagaimana hari kalian ? Senang ya? Ada wanita cantik disini!" Miko menyindir para bodyguard nya.

"Jangan galak-galak kak , mereka baik semua. Ryan paling romantis diantara yang lain loh. Pintar ngegombal." Aku terkekeh

Ryan kikuk dan canggung didepan Miko. Ryan biasanya bersikap dingin.

"Mana ponselmu?" Miko meminta ponsel milik Ryan

Lalu ia membukanya dan seperti mencari sesuatu.

"Kirimkan video itu ke nomor saya lalu segera kamu hapus yang ada di ponselmu. Sampai saya lihat masih ada , saya congkel mata kamu!" Ancam Miko

"Sudah, bubar SEMUA! Cukup main-mainnya." Perintah Miko
Dan semua bodyguard nya menempati posisi masing-masing seperti awal.

"Ayo masuk!" Ajak Miko padaku

"Kenapa sih kak? Jangan galak-galak ah!"
Kami berjalan menuju ruang tengah , tadi aku berada dihalaman belakang seperti taman hijau.

"Dia merekam dirimu yang sedang bernyanyi!" Miko menjelaskan

"Ha...Ha...Ha... Sudah biarkanlah. Kenapa sampai mengancam seperti itu. Kakak terlihat seperti mafia lama-lama." Aku memicingkan mataku

"Sudah , ayo makan dulu. Aku sudah belikan semua pesananmu."

Setelah kami mencuci tangan kami di wastafel dapur , aku duduk dimeja makan bersama Miko. Terlihat semua aneka dimsum pesananku sudah dihangatkan kembali oleh Bi Tika.
Aku tersenyum senang melihatnya.

"Makasih kak." Aku langsung mengambil sumpit dan memakan dimsum ini. Sangat menggugah selera.

"Kakak enggak makan?" Tanyaku masih dengan mulut penuh. Kulihat ia hanya melihatku saja tanpa berniat makan.

"Enggak." Dia mengacak-acak rambutku.

"Kalau bukan istri sahabatku , aku sekap kamu disini" lanjutnya

" Terdengar seperti psychopath" Aku memakan kembali dimsum ku.

Dia tertawa terbahak-bahak.

"Tapi , kalau psychopath seperti kak bule , pasti wanita manapun ingin disekap olehmu" lanjutku

"Lalu , kenapa kamu tidak mau?"

"Hei.... Jangan tanyakan itu! Hatiku sudah terpaku pada pria itu yang sudah menuduhku selingkuh!"

Miko tertawa.

"Tenang saja , dia pasti menyesali kejadian ini" Miko

Aku hanya menggumam.

*

*

*

Sudah empat hari aku bernaung di kediaman Miko. Selama empat hari itu juga , aku tidak merasa bahwa Mario sedang mencari ku.
Selama itu pula , setiap malam aku selalu menangis meringkuk didalam kamar.
Sungguh menyiksa keadaan seperti ini.

Seperti malam-malam sebelumnya , sebelum terlelap aku pasti menangis dulu. Menangisi keadaanku , menangis karena rasa rindu yang teramat besar pada pada pria yang meragukan ku.

Karena lelah , akupun tertidur di ranjang besar ini , sendirian.

Pukul 00.12 dini hari , saat ku lihat jam dinding. Aku terbangun dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku mengerjap beberapa kali , memintai seluruh ruangan yang gelap ini.
Sendirian.
Sepi.
Itulah yang kurasakan.
Aku turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar , tenggorokanku kering rasanya.

Aku turun , langsung menuju dapur. Dapur masih terang benderang. Namun sepi , mungkin memang semuanya sudah tidur. Dan kak Miko tidak terlihat. Mungkin ia sedang keluar.

Tujuanku satu. Lemari pendingin.
Aku segera membukanya dan melihat-lihat isinya. Tersedia banyak aneka makanan ringan , buah , yoghurt , susu dan lainnya.

Aku mengambil buah apel dan mencuci sebentar lalu ku gigit apel tersebut.
Aku lihat dimeja makan ada air mineral didalam Tumbler milik kak Miko. Masih terisi penuh.
Berarti belum diminum.

Aku segera mengambilnya dan meminumnya dengan tergesa. Haus sekali rasanya.
Tersisa setengah __ ah tidak __ sisa airnya kurang dari setengah.
Aku menuju kamarku , masih dengan menghabiskan apelku.

Saat didalam kamar , aku merasa tidak mengantuk lagi. Aku bingung mau melakukan apa.
Akhirnya aku memutuskan turun kembali dan menuju perpustakaan. Disana aku bisa melupakan sejenak rasa rinduku pada Mario.

Sesampainya di perpustakaan , aku segera mencari-cari buku yang menarik. Pilihanku jatuh pada cerita mitologi Yunani. Aku duduk disofa panjang dan serius membacanya.

Tak lama pintu perpustakaan terbuka lebar dan kak Miko masuk.

"Kamu belum tidur?" Kak Miko berjalan ke kursinya dan membuka laptopnya

"Tadi kebangun , enggak bisa tidur lagi. Jadi aku kesini aja. Kak Miko ngapain?"

"Aku mau mengirimkan file penting yang diminta klien ku."

"Kok , kak Miko rapi? Mau keluar lagi?"

"Nope. I'm waiting for my gift,tonight." Dia menyeringai

"Hadiah? Wanita?"

"Hmm..."

"Apakah bisnis memang seperti itu jika lancar , wanita dijadikan sebuah trofi?" Aku bertanya

"Tergantung seberapa sulitnya pekerjaan itu." Jawabnya enteng

"Mengerikan!" Aku merasa takut mendengar sebuah bisnis yang dijalankan Miko. Entah apa itu.
Miko hanya menatapku datar dan melanjutkan kembali melihat ke laptopnya.

Aku masih setia membaca buku ini , menarik. Tiba-tiba saja ada rasa aneh dalam tubuhku.
Panas.
Nyut-nyutan dari ujung kepala hingga bagian bawah tubuhku.
Aku gelisah di tempatku.

"Kenapa?" Tanya Miko yang aneh melihatku

"Enggak ___ tahu kak." Aku masih menggeliat tak nyaman

Miko semakin bingung melihatku , ia berjalan menghampiriku. Lalu menyentuh keningku dengan punggung tangannya.

Aku merasa geli dan ada desiran hebat seketika saat ia menyentuh keningku.
Aku merasa mengeluarkan suara desahan pelan.

Tubuhku terus menggeliat tak keruan , hingga jubah tidur sedikit tersingkap. Namun aku tak peduli , aku kesakitan , tak nyaman dan panas. Deru napasku semakin memburu. Berkali-kali aku menggigit bibir bawahku. Menahan gairah tubuh ini yang rasanya ingin meledak.

"Kamu __ minum air yang di meja?" Tanya Miko ragu

Aku tak sanggup menjawab , aku hanya mengangguk lemah.

Miko membelalakkan kedua matanya "Astaga Mika!! Itu bukan air biasa!"
Miko mondar mandir tak tentu arah dan panik melihatku seperti sekarang.

"Kak __ akuhh __gerah" ucapku terbata dan kubuka jubahku

Miko segera menangkis tanganku dan ia menutup kembali jubahku.

"Aku harus apa Mika?? Arrggh!!!" Ia menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Entah ada apa.
Aku sedikit bingung , kenapa dia tidak membawaku ke rumah sakit.
Aku merasa kesakitan.

"Obat! Enggak ada obat apa?! Akuhh ___ enggak kuat kak. Ini kenapa?!"

Kulihat ia mengeluarkan ponselnya dan seperti menghubungi seseorang.

Ia menatapku.
"Cepat Lo kesini , brengsek! Telat dikit jangan salahin gue!" Ucapnya sarkas dengan orang disebrang telepon sana.

"Ahhh __ kak __ tolong. Sumpah ,ini sakit banget"

Ia menutup teleponnya. Lalu segera mengangkat tubuhku Ala Brydal.
Aku mengalungkan kedua lenganku dilehernya. Kuhirup aroma parfumnya yang sangat manly.
Ah , hanya menghirup parfumnya , aku merasa ingin menyentuh tubuhnya.

Ya Tuhan! Ada apa ini?
Oh, jangan! Aku harus tetap berada di garis kewarasan ku. Dia Miko.
Bukan Mario.
Aku tidak boleh menginginkan tubuhnya.

Netraku jatuh pada kancing kemejanya yang sedikit terbuka , namun bisa kulihat dada bidangnya ditumbuhi bulu-bulu halus Disana.
Shit!!
Sexy banget si bule!
Aku pejamkan mataku , namun hasrat ingin melihatnya lebih besar.

Aku langsung mencium dadanya. Dia menoleh padaku dan menggeram tertahan. Kusapukan jemariku ke dadanya.
Ah , kekarnya.

Lalu , ia meletakkan ku diatas ranjang empuk ini.
Ya , dia membawaku ke kamar ku. Dia duduk ditepi ranjang dan masih memperhatikan ku yang terus bergerak.

Aku menatapnya , kudekati dia perlahan. Aku menangis tak kuat menahan gejolak ini. Seperti mau meledak.

"Kak __ tolonghh __ akuuhhh sakit kak__" Aku terisak dan menggenggam tangannya

Ia mengelus pipiku dan mengusap pundakku pelan , jubahku sudah terlepas entah sejak kapan.
Aku pejamkan mataku,merasakan sentuhannya.
Aku tahu ini salah , tapi tubuhku menginginkan disentuh. Kugigit kembali bibir bawahku dengan gemas. Menahan suara desahan agar tidak keluar.

Aku membuka mataku saat kurasakan sentuhannya berhenti.
Kutatap netra cokelatnya dalam , penuh keinginan , penuh harap.

"Fuck!! Mika , maaf."

Ia menarik tengkukku dan membenamkan bibirnya dengan bibirku. Dia pagut bibirku lembut , aku membalasnya dengan penuh minat.
Sesekali lenguhanku keluar. Ciumannya turun ke leherku dan kurasakan basah Disana. Ia menjilati leherku.
Oh aku sudah hilang akal.
Mario , maafkan aku. Hatiku tidak menginginkan ini , namun tubuhku bereaksi sebaliknya.

Miko masih bermain di leherku , namun jemarinya sudah diatas pahaku. Ia mengusapnya pelan. Sesekali kudengar ia mengerang. Tanganku masih bermain didadanya yang sudah terbuka semua , walau kemejanya tidak dilepas.

"Bangsat!!" Terdengar seseorang mengumpat dengan kasar dan menarik Miko dengan kasar.
Suara itu.

Bugh!
Bugh!

"Brengsek Lo ! Bangsat!! Otak Lo kemana?!"
Mario masih memberikan pukulan pada Miko dengan mata menggelap.

Miko jatuh ke lantai , pelipis dan sudut bibirnya berdarah.

"Cih! Dateng juga Lo. Gue cuma kasih yang dia mau." Miko menatap remeh Mario

"Setan Lo !"

"Dia minum air yang ada obat perangsangnya , gue enggak tahu , Monyet!! Gue udah tahan dari tadi biar enggak gue tidurin dia!! Fuck!" Miko berteriak pada Mario

"Lo selesain sekarang , kasian dia. Yang dia minum itu dosis tinggi." Miko memegang bibirnya yang berdarah dan keluar dari kamar seraya membanting pintu dengan keras.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top