37. Already Miss You
Saat malam menjelang , aku sendirian di sini. Miko pergi entah ke mana. Ya , dia memang setiap malam selalu berkelana entah kemana.
Selesai makan malam tadi , Miko pamit. Dia sebenarnya berat meninggalkan ku sendiri disini. Ya tidak benar-benar sendiri. Ada Bi Tika dan seorang satpam. Namun , jika ada Miko kan paling tidak aku bisa mengobrol , menghilangkan rasa rinduku pada suamiku , Mario.
Ya Tuhan , aku merindukannya. Bahkan ini belum satu hari aku pergi. Aku sudah rindu. Sangat.
Apa Mario merindukanku juga?
Apa dia menyesal telah mengusirku?
Apa dia sudah mengetahui yang sebenarnya , bahwa aku tidak berselingkuh darinya?
Atau dia memang tidak peduli lagi?
Kamar sengaja kubuat gelap , semua lampu ku matikan. Aku duduk dekat jendela kaca besar dengan tirai tipis. Dari dalam sini masih bisa terlihat pemandangan diluar.
Aku memeluk kedua lututku dan membenamkan wajahku. Aku menangis lumayan keras. Dadaku sesak. Mengingat perlakuan Mario tadi sore.
Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?
Sampai kapan aku terus bersembunyi begini?
Rasanya beban dihatiku semakin menjadi.
Hatiku sepi. Rasanya tidak enak.
Aku berada di tempat asing. Sangat tidak nyaman.
Walaupun ini rumah mewah , namun perasaan sepi meliputi. Sungguh tidak enak rasanya.
Tuhan , tolong lindungi suamiku.
Tolong bukakan pintu hatinya , agar ia bisa mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Tuhan , aku minta biarkan dia hadir dalam mimpiku.
Aku rindu.
Aku menangis terus hingga lelah. Aku tertidur di sofa panjang ini sambil meringkuk.
*
*
*
Aku terbangun karena pendar mentari membias melalui celah-celah gorden kamar ini.
Aku membuka mataku perlahan. Masih menyesuaikan dengan sinar matahari yang sangat terang.
Aku duduk dan bersandar pada kepala ranjang.
Oh ranjang? Rasanya semalam aku tidur di sofa itu? Kulihat sofa dekat jendela.
Tapi sekarang aku terbangun diranjang ini.
Ah , mungkin saja Kak Miko yang memindahkan ku.
Kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan ini. Kamar ini besar , mewah. Padahal baru kamar tamu. Aku yakin kamar kak Miko lebih 'wah' lagi dari ini.
Tok...Tok...Tok...
"Non , apa sudah bangun?" Tanya suara dibalik pintu tinggi itu
Itu suara Bi Tika.
"Iya sudah Bi." Aku segera membuka pintu kamar ini. Karena kamar ini kedap suara.
"Sarapan sudah siap Non , mau bibi antar kesini atau makan dibawah saja?"
"Saya akan ke bawah aja."
"Baik Non." Bu Tika pergi meninggalkanku
Aku menutup pintu kembali dan segera beranjak pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahku dan menggosok gigi saja.
Rasanya malas mau mandi.
Setelah selesai bercermin , melihat tampilan ku , aku melihat dari pantulan cermin ada beberapa paper bag besar di meja bundar kecil.
Aku ambil paper bag tersebut dan membukanya.
Aku tersenyum. Isinya dalaman wanita , pakaian lengkap atas dan bawahannya.
Sungguh , Miko selalu lebih paham apa yang ia butuhkan. Ah bukan! Dia memang ahli soal wanita. Hehehe...
Aku keluar kamar segera dan turun menuju ruang makan. Aku duduk dimeja makan , Bi Tika masih sibuk dengan kegiatannya.
Aku lihat dimeja telah tersedia roti tawar polos , selai cokelat hazelnut , aneka selai buah dan selai kacang. Bahkan ada telur mata sapi dan aneka sayuran untuk membuat sandwich.
Semua tersedia.
"Bi , kak Miko belum bangun?" Tanyaku
"Belum Non. Sebentar lagi mungkin."
"Biasanya Kak Miko sarapan apa?"
"Morning cutie pie! Kenapa , kamu mau membuatkan ku sarapan?" Tiba-tiba saja suaranya menggelegar diruang makan ini
"Morning. Kak Miko mau sarapan apa? Aku buatkan."
"Hmm , aku lagi mau roti selai kacang saja." Ucapnya seraya duduk disampingku.
"Kamu sudah mandi?" Tanyanya kembali saat aku sedang mengolesi selai ke roti.
"Belum"
"Kenapa?"
"Malas"
"Tapi tetap cantik ya? Terlihat segar seperti sehabis mandi" godanya
"Please , kak Miko jangan ngegombal terus. Ini masih pagi." Aku meletakkan rotinya didepan
Ia mengambilnya dan memakan roti tersebut. Bi Tika datang membawakan kami susu cokelat untukku dan kopi hitam untuk Miko.
Aku memakan roti isi selai cokelat hazelnut dengan diam. Tak ada percakapan lebih lanjut. Aku hanya memperhatikan Bi Tika yang tengah sibuk memasak untuk menu makan siang. Cekatan sekali gerakannya. Persis seperti Bu Jum dirumah.
Ah rumah ya?
Sedang apa Mario? Apa dia sarapan juga pagi ini?
Apa pekerjaannya lancar.? Apa dia tidak berniat mencari ku?
Apa segitu bencinya ia padaku? Seyakin itu ia kalau aku memang selingkuh?
"Hei..!" Miko mengguncang tubuhku dan aku tersadar dari lamunanku. Aku segera menoleh kearahnya.
"Hmm , apa kak? Ngagetin aja ich!" Ucapku
"Dari tadi diajak ngobrol , malah bengong.! Kenapa? Kangen sama Mario?"
"Enggak! Aku hanya lagi merhatiin Bi Tika yang gesit banget."
"Ponselmu mati?" Tanyanya lagi
"Iya , sengaja. Aku hanya ingin menenangkan diriku sebentar."
"Kamu enggak mau Mario mencarimu?"
Aku diam. Iya aku mau!!
"Biarlah dulu kak seperti ini. Aku juga ingin dia mencari tahu dulu kebenarannya. Aku enggak mau tetap menjadi tertuduh"
"Aku mau keluar. Kemungkinan aku pulang sore. Kamu mau aku bawa apa?"
"Kakak mau kemana? Kerja?"
"Ya semacam itulah."
"Jawaban apa itu?" Aku berdecih
"Aku boleh ikut?" Lanjutku
"Enggak! Ini urusan para pria dewasa. Wanita tidak bisa ikut"
"Pekerjaan macam apa itu? Kakak enggak melakukan kriminal kan?" Aku menyelidik sambil telunjukku menunjuk ke arah wajahnya.
"Ini hanya bisnis." Dia memalingkan wajahnya
Aku ragu dengan jawabannya.
"Kamu mau aku bawakan apa?" Tanyanya kembali
"Hmm , aku mau tim pangsit udang jamur , wanton dan Hakau , yang banyak ya. Kakak banyak kan uangnya?"
"Ha...Ha...Ha... Tenang. Nanti restorannya kubeli juga buatmu"
"Uh , sombong!"
" Kalau bosan , pakai laptopku yang ada di perpustakaan. Atau berkeliling lah dirumah ini , kamu kan belum melihat sampai kebelakang." Miko beranjak berdiri , sebelumnya ia mengusap pucuk kepalaku dan mengecup keningku.
"Hati-hati ya kak bule" Aku nyengir.
Dia hanya tersenyum.
Setelah ia menghilang dari balik pintu depan , aku beranjak mengelilingi rumah ini.
Aku baru sadar , rumah ini penuh dengan bodyguard. Tiap pintu di belakang , ada dua orang berjas hitam , bertubuh kekar , berwajah datar yang menjaganya.
Halaman belakang pun begitu , ada sekitar empat orang yang mondar mandir mengelilingi pagar tembok tinggi di halaman belakang. Seakan-akan seperti takut ada penyusup.
Padahal kulihat CCTV pun terpasang banyak tiap sudut.
Entah apa pekerjaan si bule tajir ini , sampai penjagaan rumah ini dibilang luar biasa.
Aku berjalan santai , melihat kolam renang luas. Dan aku duduk dipinggiran kolam renang , sengaja kakiku dimasukkan kedalam kolam. Aku sedikit bermain dengan air. Menatap langit yang cerah sekali sinarnya , namun mendung untuk hatiku.
Ah , ini sia-sia saja. Aku beranjak dan ingin menemui Bi Tika. Aku tidak mau terus larut dalam kesedihan mengingat Mario. Aku ingin menyibukkan diri.
❤️❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top