36. Diusir


Sudah seminggu sejak Regan mengajak ku makan siang saat aku selesai sidang. Aku bersyukur , dia tidak menggangguku lagi. Kini waktuku hanya dihabiskan untuk menonton kartun kesukaan ku. Entahlah , beberapa minggu ini aku sangat suka dengan kartun. Biasanya , aku lebih tertarik dengan drama Korea yang membuat baper.

Bu Jum datang ke ruang tengah tempatku sedang menonton , ia membawakan jus alpukat pesananku. Kini aku tidak menyukai jus strawberi lagi. Entah kenapa , tetapi justru Mario yang kini sangat menyukai jus strawberi tanpa susu , seperti aku dulu.

"Makasih Bu Jum." Ucapku setelah Bu Jum menaruh gelas jus ku.

Tiba-tiba terdengar bel pintu berbunyi. Bu Jum segera kedepan untuk membuka pintu.

"Non , ada yang nyari. Namanya Pak Regan"

Aku kaget. Kenapa dia berani sekali datang kesini.
Aku segera menghampirinya didepan.
Kulihat dia sudah duduk di kursi halaman depan.

"Ehem , Pak Regan?" Sapa ku

Dia bangun dari duduknya dan tersenyum padaku.

"Ada apa Pak?" Tanyaku to the point

"Kamu benar-benar ya! Saya enggak disuruh masuk dulu.?" Dia tersenyum

"Suami saya lagi enggak ada dirumah , lancang kalau saya mempersilakan tamu pria dewasa masuk ke rumah saya."

"Kamu memang wanita terhormat. Menghormati suamimu. Saya rasa , saya enggak salah telah menyukaimu. Hanya saja , waktunya yang salah." Ucapnya

Bu Jum datang membawakan minuman sirup dingin untuknya. Kami diam beberapa saat.

"Saya kesini hanya ingin pamit." Ucapnya setelah Bu Jum sudah masuk kembali kedalam.

Aku menatapnya dengan heran.

"Saya mau ke Kanada , menjenguk orang tua saya. Dan saya memutuskan untuk berhenti mengejar mu."

"Terus?"

"Jujur saja , belum bisa 100% untuk saya melupakan kamu Mika. Tapi saya bisa apa? Kamu memang mencintai dan menghormati suamimu. Jika saja saya lebih dulu mengenalmu , mungkin kamu akan saya jadikan istri. Kamu benar , saya tidak akan merendahkan diri saya untuk merebut milik orang lain , terlebih Mario teman saya."

"Saya harap , kedepannya saya bisa mendapatkan wanita sepertimu"

"Saya hargai perasaan Pak Regan. Saya juga minta maaf untuk hal yang telah terjadi. Saya yakin Bapak akan mendapatkan istri yang lebih baik dari saya." Aku

Dia memberikan sebuah kotak yang dari tadi ia pegang.

"Ini hadiah perpisahan dari saya. Kamu tetap menjadi wanita termanis yang pernah singgah dalam hidup saya." Ujarnya

Aku menerima kotak tersebut dan kubuka. Isinya jam tangan wanita yang mewah sekali.

"Saya harap kamu enggak menolaknya. Ini benar-benar hadiah perpisahan dari saya." Lanjutnya

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih Pak"

Lalu kami berdiri , aku menemaninya sampai ia berdiri disamping mobilnya. Ia berbalik kearahku.

"Boleh saya minta pelukan perpisahan?" Ucapnya

Aku mengangguk. Dan dia pun memelukku lalu ia berkata "jika butuh bantuan , jangan sungkan hubungi saya. Begitupun buat Mario."

Dia melepas pelukannya.

"Akan saya ingat. Terima kasih. Dan hati-hati ya Pak" ucapku.

Dia tersenyum. Segera ia memasuki mobilnya dan pergi dari rumahku.

Satu lagi masalah selesai. Aku tenang. Aku masuk kembali kedalam dan melanjutkan acara menonton kartunku.

Sekitar tiga puluh menit kemudian , ada suara orang memasuki rumah. Aku yang sedang memegang ponsel , segera bangun dan melihat siapakah yang datang?

Belum sampai aku berjalan , ternyata Tante Selvi dan Angel yang datang.
Ada apa lagi ini?

"Hooo , nyonya besar sedang menikmati harinya" sindir Tante Selvi

"Ada apa Tante kesini?" Tanyaku

"Kamu enggak persilahkan kami duduk dulu?" Tante Selvi

"Duduklah Tan , enggak ada yang larang kok." Ucapku sudah malas menanggapi mereka.

"Jangan sombong kamu! Sebentar lagi kamu akan saya depak dari rumah ini" Tante Selvi

"Saya enggak akan pergi dari sini kalau suami saya tidak menginginkannya." Aku

"Dasar sombong. Jangan sok menguasai Mario ya" Tante Selvi

Brakk!

Tiba-tiba saja kami bertiga kaget mendengar suara pintu dibuka dengan kasar. Ternyata Mario lah yang masuk. Dia datang dengan tergesa dan terlihat dari raut wajahnya , ia sedang menahan amarah.

"Ada apa , by?" Tanyaku saat ia mendekat

Ia menyodorkan ponselnya padaku.
Aku mengambilnya. Dan aku terkejut melihat foto-foto ku bersama Regan.
Ada foto lama yang saat Regan datang pada saat aku sedang sidang skripsi. Dan di restoran mewah itu saat Regan memelukku.
Ah bukan memeluk! Tapi saat aku tersandung kaki meja dan Regan menangkap tubuhku.
Dan foto terbaru.
Ya , yang baru saja Regan datang kesini. Memberikanku kado perpisahan dan saat Regan sedang memelukku pada saat terakhir.

"Kaget kamu?!" Mario

"Tapi ini enggak seperti yang terlihat di foto , by." Aku mencoba menjelaskan

"Udahlah Mario , kamu jangan tertipu dengan wajah polos sok manisnya itu. Semua kan terbukti dan yang terpenting , ada buktinya kalau ternyata dia selingkuh!" Tante Selvi

"Enggak! Aku enggak pernah selingkuh! Berpikiran seperti itupun enggak pernah! By , tolong percaya aku." Aku menggenggam tangannya

Ia menepis kasar tanganku.

"Aku sudah sangat sering memaklumi hal seperti ini. Tapi ini kamu sudah dua kali terlihat berpelukan dengannya , bahkan ia berani datang ke rumah ini!!!" Nada suara Mario meninggi

"Usir aja dia Mario. Dia enggak layak buat kamu!" Tante Selvi. Angel menyeringai sinis melihatku yang ingin menangis.

"Tante , tolong pergi dulu. Saya mau menyelesaikan ini dulu!" Perintah Mario pada Tante Selvi

Tante Selvi terlihat kikuk , ia segera pergi bersama Angel keluar dari rumah ini. Meninggalkan kami yang sedang bersitegang. Sebelumnya Tante Selvi sempat melirik ku sekilas dengan senyuman sinisnya. Ia terlihat senang melihatku dibentak oleh Mario.

"Ini hadiah darinya?!" Tanya Mario seraya mengambil kotak jam tangan hadiah dari Regan.

"Iya. Katanya , itu hadiah perpisahan."

"Oooh, jadi kalian sudah berpisah?! Sejak kapan kalian memproklamirkan hubungan gelap kalian?" Mario salah tangkap omonganku

"Enggak! Bukan gitu. Aku ENGGAK SELINGKUH!!" Aku berteriak sambil mengeluarkan air mata yang sudah kutahan dari tadi

"Cih! Jangan pikir selama ini aku selalu percaya sama kamu , kamu menganggap ku enteng. Memang ya , ternyata wanita cantik itu terbiasa selingkuh. Sama seperti mantan istrinya Andri." Mario memandangku rendah

"Aku harus gimana? Biar kamu percaya. Aku enggak melakukan hal rendah itu." Aku sudah tidak tahan lagi , dituduh seperti itu sangat melukai hatiku.

"Pergi!"

"Apa?!"
Aku enggak salah dengar kan?

"Aku bilang PERGI!!" Dia menekankan kata terakhirnya.

Hatiku mencelos mendengar kata itu keluar dari mulutnya. Sungguh tidak pernah terpikirkan olehku , ia akan mengusirku.

"By  __ kamu sungguh-sungguh?" Kupastikan lagi

"Sekarang aku minta kamu pergi dari sini. Sekarang juga , hari ini juga __ untuk saat ini aku benar-benar enggak mau lihat kamu dulu."

Ya Tuhan!

Tubuhku lemas mendengarnya , air mataku mengalir dengan lancar.

"Baik. Karena kamu yang memintanya." Aku segera pergi meninggalkannya.

Keluar rumah ini tanpa membawa apapun. Hanya ada ponsel digenggaman ku. Aku mampir ke pos satpam perumahan ini dan aku meminjam uang dari salah satu satpam yang disana. Mereka semua mengenaliku , karena aku sering memberikan mereka makanan. Jadi mereka sangat sopan dan baik terhadapku. Aku meminjam uang dari mereka , dengan alasan mau ke minimarket namun lupa membawa dompet.
Aku segera berlari keluar komplek perumahan ini. Entah aku bingung mau kemana.

Tidak mungkin aku kerumah ibu. Aku tidak mau membuat ibu khawatir. Dan juga tidak mau beliau mengetahui Masalah kami.

Akhirnya aku memberhentikan taksi dan segera menuju tempat yang akan aku tuju. Tidak ada tempat lain. Tidak mungkin aku meminta bantuan teman kampusku. Kami tidak sedekat itu. Dan ini masalah rumah tangga , terlalu rumit.

Taksi membawaku ke sebuah rumah mewah , dengan pagar menjulang tinggi. Aku berhenti didepan rumah tersebut.

Aku hanya memakai celana pendek dan kemeja lengan pendek serta sendal jepit punya Bu Jum. Aku tidak melihat lagi tadi aku memakai sendal siapa.

Aku menekan bel rumah tersebut. Keluarlah seorang satpam yang bertugas.

"Cari siapa neng?" Tanya Pak satpam tersebut

"Pak , kak Mikonya ada?"

"Eneng siapa?"

"Mika"

"Sebentar ya neng." Pak satpam terlihat sedang menelepon dan berbicara pada seseorang.

Tak lama kemudian.

"Mari neng masuk" ajak Pak satpam setelah membuka gerbang tinggi itu.

Pak satpam menatapku aneh yang memakai sendal jepit ini.
Aku diantar sampai masuk kedalam.
Lalu aku disuruh menunggu dan duduk diruang tamu.

Aku melongo melihat isi rumah si bule ini. Mewah , besar dengan pilar-pilar yang tinggi.
Kerja apa si bule , sampai sekaya ini? Atau mungkin ini harta warisannya  yang ternyata dia adalah seorang bangsawan.

"Cutie pie!!" Teriak antusias si bule

Aku langsung menoleh kearahnya. Dan tanpa aba-aba , aku langsung berlari dan memeluknya. Dan menangis didadanya.

"Hei , what's wrong?"  Tanyanya bingung

Aku tidak menjawab, malah semakin kencang aku menangis di pelukannya.
Dia tidak bertanya lagi , malah memelukku semakin erat.
Setelah puas menumpahkan segala perasaan ku. Aku baru melepas pelukanku.

"Maaf. Jadi basah deh." Ucapku saat melihat pakaiannya basah akibat air mataku

"Ayo" Miko mengajakku ke salah satu ruangan

Saat kami masuk , ternyata perpustakaan. Ini lebih besar dari milik Mario. Bahkan sangat besar.

"Kak Miko punya perpustakaan sebesar ini?" Aku merasa takjub melihatnya

Sangat tidak disangka , seorang Don Juan , suka mengoleksi buku sebanyak ini.

"Kenapa? Terkejut , huh? Tapi tentu saja ini semua buku wanita telanjang. Ha...Ha...Ha...." Dia tertawa

Aku penasaran.
Aku mengambil beberapa buku , namun isinya bukan wanita telanjang. Semua tersusun rapi sesuai tema buku. Ada buku ekonomi , politik , bisnis , cara menaikkan penjualan dan bahkan ada buku tutorial mengenai segala jenis senjata api.

"Enggak ada buku wanita telanjang" ucapku polos

Miko tertawa kembali.

"Kamu nih , polos banget
Ya enggak mungkin lah buku wanita telanjang sebanyak itu. Daripada hanya melihatnya dibuku , lebih baik melihat langsung dan bisa disentuh." Dia mengerling genit.

"Dasar , otak tetap aja isinya selangkangan" Aku mencibir

"So , wanna talk?"  Akhirnya ia menanyakan setelah kami duduk di sofa.

"Hmm , aku diusir Mario." Aku menunduk

"Why? Bukannya dia cinta mati sama kamu?" Miko tidak percaya dengan pernyataan ku.

Aku menjelaskan kejadian tadi. Miko hanya manggut-manggut tidak jelas. Entahlah , ia benar-benar mendengarkan atau hanya mengangguk , agar aku tenang.

Sebodo amat. Yang penting unek-unek ku sudah kukeluarkan.
Aku kesal , marah dan benci. Mario sampai bisa mengusirku. Selama ini dia tidak pernah kasar padaku. Oh sungguh! Ini menyakitkan.

"Kamu tinggal disini saja sementara. Aku sudah menyuruh pelayan menyiapkan kamar mu" ucap Miko

"Please , jangan beri tahu Mario."

"Iya. Tenang saja. Sekarang mandilah. Wajahmu sudah jelek."

"Iya emang aku jelek! Enggak usah dipertegas lagi!"

"Iya sejelek-jeleknya kamu , tetap saja mirip bidadari. Semakin kamu menangis , malah semakin cantik"

"Ooh kak , please deh! Kalau mau bohong jangan kelewatan. Mana ada orang menangis cantik." Aku memutar bola mataku jengah

Dia tertawa puas sekali. Lalu mengajakku ke lantai dua untuk menuju kamar tamu yang sudah disiapkan oleh pelayannya.

"Malam ini pakai bajuku dulu , nanti malam aku keluar , akan ku belikan pakaian baru." Ucapnya seraya memberikan pakaiannya padaku yang baru saja diantar oleh pelayannya.

"Oiya , nanti Bi Tika akan mengantarkan underwear and your bra. Baru kok. Dia lagi keluar beli sebentar."
Lanjutnya

"Ooh , aku enggak salah menumpang dirumah Don Juan. Semua perlengkapan sampai ke bra pun sudah dipikirkan." Aku meledeknya

"Ooh , kamu lebih milih enggak pakai sama sekali? Dengan senang hati kalau begitu"

"Aargh! Jangan resek yah kak!"

Dia terkekeh dan meninggalkanku. Aku langsung menutup pintu kamarku dan segera membersihkan diriku.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top