35. Regan (Masalahku)

Sudah beberapa bulan ini aku disibukkan dengan kuliah. Aku sekarang mengambil kuliah pagi sejak mulai tidak bekerja lagi.

Dan , hari yang menegangkan untukku tiba.
Semalam bahkan rasanya tidak bisa tidur nyenyak. Bahkan Mario pun ikut tidak bisa tidur. Semalam sepertinya ia menyadari kegelisahanku , sehingga semalaman ia memelukku erat hingga pagi dan terus saja membisikkan kata 'kamu pasti bisa , yakin aja'.

Pagi harinya , aku benar-benar blank! Sudah enggak konsen untuk melakukan segala hal. Seperti otak yang isinya entah pergi kemana.
Mario menyuruhku untuk diam saja , sedangkan ia memasang dasinya sendiri. Ya , dari tadi Mario meminta mengambilkan dasi warna biru , aku ambil yang warna ungu.
Mario meminta mengambilkan kaos kaki , kuambil sabuk celana.

"Sayang, tenang aja. Kamu pasti bisa kok. Atau aku temani dikampus aja ya?" Tawar Mario

"Enggak usah. Kerjaan kamu banyak banget , bukannya hari ini kamu mau ke lapangan?"

"Iya , tapi kan bisa aku undur setelah kamu selesai sidang"

"Enggak. Aku enggak apa-apa kok." Aku menenangkannya
Yah , walaupun sebenarnya jantungku enggak karuan. Rasanya mual menghadapi pagi ini.

Kulihat Mario berlari ke kamar mandi dan terdengar suara orang sedang muntah. Aku menghampirinya dan segera memijat tengkuknya.

Ia membilas wastafel dengan air keran yang mengalir untuk membersihkan sisa-sisa muntahannya.

"Udah sana! Ini menjijikkan" Mario mengusirku dengan kasar , karena malu jika aku harus melihatnya yang mengeluarkan muntah yang menjijikkan.

"Aku bantu kamu!"

"Ini bakal bikin kamu jijik!"

"Kamu suami aku , enggak ada hal yang menjijikkan dari kamu"

Aku masih saja memijat tengkuknya dan ia masih mengeluarkan sisa-sisa isi perutnya.
Oh ya ampun, isi perutnya banyak sekali.

Setelah ia rasa tidak akan muntah lagi , ia mencuci wajahnya dan segera keluar menuju ruangan lemari pakaian. Dan ia mengganti bajunya.

"Kamu udah enggak apa-apa?" Tanyaku saat Mario sedang mengancingkan kemejanya.

Ia menggeleng.

"Mau muntah lagi?"

"Enggak , udah kok." Jawabnya

"Padahal aku loh yang eneg dari tadi karena gugup , kenapa kamu yang muntah ya?" Aku

"Mungkin karena aku merasakan apa yang kamu rasakan."

Aku tersenyum mendengar kata-katanya.
Aku memeluknya.

"Ayo berangkat. Beneran telat nanti." Ucapnya

Kami menuruni tangga dan menuju halaman depan , dimana Pak Rustam sudah menunggu Mario.

"Mobilnya sudah saya panasin ya mba Mika." Pak Rustam

"Iya Pak , makasih ya."

"By, kamu belum sarapan. Nanti di kantor minum teh hangat saja ya." Aku

"Udah tenang aja. Aku enggak apa-apa kok. Kamu pasti bisa hari ini. Semoga sidangnya berhasil ya love." Mario mengecup pucuk kepalaku.

Aku segera memasuki mobilku dan memasang seatbelt. Sebelum kujalankan mobilku , Mario menghampiriku.

"Jangan nakal ya!" Mario mencium bibirku dari kaca pintu mobilku yang masih terbuka lebar.

"Dasar posesif." Aku mengerucutkan bibirku.

Dia hanya terkekeh.

Mobil segera kulajukan menuju kampusku dengan hati-hati.

*

*

*

Kini aku sudah sampai didepan ruang sidang bersama beberapa teman. Ya , sekarang aku sudah memiliki beberapa teman. Walau tidak terlalu dekat , namun mereka lumayan bisa membantu dalam menghadapi perkuliahan ini. Mereka menyemangatiku.

Akhirnya aku masuk ke ruangan yang sedari tadi membuatku gugup.

Di dalam, aku mendapat banyak pertanyaan dan skripsiku dikupas tuntas oleh dosen penguji. Walaupun dibeberapa point aku sedikit terbata. Namun akhirnya sidangku sukses.

Aku keluar dari ruangan tersebut. Teman-teman menyambutku penuh senyum dan mereka memelukku.

"Eh , itu ya suami Lo?" Diana tiba-tiba saja berkata

Aku menoleh mengikuti arah pandangnya.

"Eh anjirr , beneran suami Lo? Ganteng banget , romantis pula. Hidup Lo beruntung banget si , Ka" Eni nyerocos enggak berhenti

Seorang pria tegap sedang berjalan dengan tenangnya , memakai jas lengkap , menambah semakin manly-nya pria itu. Dan jangan lupakan senyum itu.
Dan ia membawa sebuket mawar.
Ia menghampiri kami berdiri.

"Berhasil kan?" Tanyanya saat ia sudah berada di depanku.
Teman-temanku masih bengong melihat pria ini.
Aku hanya mengangguk.

"Selamat ya. Ini buat kamu." Ia menyerahkan buket mawar itu padaku.

Aku menerimanya "Terima kasih"

"Ayo kita rayakan kecil-kecilan." Ajaknya

Aku menoleh ke teman-teman ku dan aku berpamitan pada mereka. Mereka tahu aku sudah menikah. Ya tentu saja aku yang menceritakan pada mereka. Tapi mereka belum tahu wajah suamiku.

Aku dan Pak Regan berjalan menuju tempat parkir. Ya , pria yang datang dan memberikan buket mawar adalah Pak Regan.

"Pak Regan , saya harus pulang. Terima kasih sudah datang ke sini" Aku menunduk hormat dan beranjak pergi meninggalkannya.

"Kita makan siang sebentar!"

"Maaf , saya...." Ucapanku langsung dipotong olehnya

"Anggap saja ini ucapan terima kasih kamu , karena saya sudah kesini dan memberikan buket mawar cantik untuk kamu."

Oh ya ampun! Kenapa pria-pria di sekitarku semuanya pamrih?
Aku memutar bola mataku dengan malas.

"Saya kan enggak minta Bapak kesini?" Aku mulai jengah dengan sikapnya

Dia hanya tersenyum "Ayo!"
Dia langsung menarik tanganku memasuki mobil jaguar hitamnya yang mengkilap banget.

"Tapi mobil saya?"

"Supir saya yang bawa mobil kamu. Mana kuncinya?"

Aku memberikannya.
Dia memanggil supirnya dan menyuruhnya mengikuti kami dengan mobilku.
Dia masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku kemudi.

"Pakai sabuk pengamanmu. Atau mau saya yang pakaikan?" Ucapnya setelah ia memakai sabuk pengamannya.

Aku langsung memakainya. Aku enggak mau dekat-dekat dengannya.

"Bapak enggak bisa gini. Memaksa saya."

"Tentu saja saya bisa. Kamu mau proyek Mario saya batalin ditengah jalan?" Dia menoleh kearahku

Aku langsung melotot menatapnya.

"Itu namanya ancaman. Kenapa bawa-bawa masalah kantor.? "

Dia segera menjalankan mobilnya.

"Makanya , saat ini turuti saya" Dia fokus melihat ke depan.

Mobil berhenti disebuah restoran mahal. Interiornya cantik dan romantis. Kalau saja aku kesini bersama Mario , tentu saja ini akan jadi makan siang yang romantis.
Tapi saat aku melihat kesampingku , kenapa malah Regan yang ada disampingku.

"Kenapa melihat saya seperti itu?" Tanyanya dan langsung menoleh kearahku dengan menyeringai

Aku langsung buang muka. Kami duduk di kursi yang ia pilih. Ia langsung memesan makanan dari buku menu yang sudah pelayan beri.

"Kamu makan apa?" Tanyanya

"Samain aja." Jawabku singkat

Dia hanya geleng-geleng kepala saja dan berbicara kembali pada pelayan yang sedang mencatat pesanannya.

"Jujur saja , sejak saya lihat kamu di kantor Mario , saya sudah tertarik dengan kamu" ucapnya sesaat pelayan tersebut pergi.

"Saya lihat kamu acuh pada saya saat saya datang ke kantor."

"Memangnya Bapak berharap saya seperti apa? Menggoda Bapak ?" Aku jengah mendengarnya

"Biasanya wanita yang melihat saya seperti itu. Mereka pasti menggoda saya , berusaha keras untuk bisa mendekati saya."

"Ooh , sepertinya anda jangan terlalu berharap untuk saya melakukan itu."

Makanan pun datang. Kami diam , menunggu pelayan menaruh makanan kami dimeja.

"Ayo makan dulu." Ajaknya

Aku mengambil sendok dan garpu , siap melahap ikan salmon panggang didepanku. Terlihat menggiurkan.

Kami makan dengan diam. Dia melihatku terus menerus disaat kami sedang makan. Dan aku hanya acuh. Menganggap didepanku tidak ada orang.

"Saya harus pulang Pak Regan." Setelah kami menyelesaikan makan kami.

"Setelah kejadian di pesta Jenika , saya terus kepikiran kamu Mika." Ucapnya tanpa memedulikan perkataan ku.

Ya , aku merutuki pesta itu. Jenika adalah salah satu sepupu jauh Regan. Aku tahu dari Jenika , beberapa Minggu yang lalu kami bertemu. Dan berbicara mengenai Regan.

"Saya mohon maaf untuk itu. Itu kesalahan saya dan sayapun enggak tahu kalau ternyata teman dansa saya adalah Bapak. Tolong anggap kejadian itu enggak pernah terjadi."

"Saya tidak bisa melupakannya. Justru kejadian itu terus berputar di kepala saya. Lekuk tubuh kamu saat saya rengkuh , aroma tubuhmu. Kamu telah meracuni saya Mika" Dia menekan kalimat terakhirnya.

Jujur , aku takut mendengarnya. Aku harus apa?

"Jadi , apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan itu?"

"Hmm, saya mau kamu pisah dengan Mario. Dan menikahlah dengan saya"

"Bapak enggak ada otak ya?! Bapak orang terpandang dan terhormat , tapi malah meminta hal rendahan seperti ini. Seharusnya Anda malu , karena menginginkan yang jelas-jelas sudah milik orang lain. Tolong anda segera sadar." Aku berdiri dengan kasar. Saat melangkah aku tersandung kaki meja dan dengan sigap Regan menangkap tubuhku dari depan.

Aku segera melepas dekapannya. Kutepiskan tangannya dengan kasar.

"Terima kasih atas makan siangnya dan buket mawarnya." Ucapku dan segera ku tinggalkan ia sendiri.

Aku menghampiri supirnya yang ada diluar dan kuminta kembali kunci mobilku. Tanpa basa basi lagi , aku segera memasuki mobilku dan kulajukan menuju rumah.

Setelah sampai dirumah. Aku langsung masuk menuju kamarku.

"Non, makan dulu. Saya sudah masak." Bu Jum menyapaku saat aku sudah berada ditangga.

"Nanti saja Bu , saya sudah makan siang tadi. Saya capek banget , mau istirahat." Aku langsung menuju kamarku.

Ya ampun, mood ku sudah hancur.
Setelah membersihkan diriku , aku merebahkan diriku diranjang yang besar ini. Rasanya lelah menghadapi manusia seperti Regan itu.
Enggak tahu malu! Menyuruh aku dan Mario bercerai. Memangnya pernikahan seperti sebuah ikatan kerja?.

Karena lelah dengan pemikiran yang berkelana di otakku. Akhirnya aku terlelap.

*

*

*

Aku mengerjap merasakan pundakku yang berasa dingin dan geli. Saat kubuka mataku , aku menoleh kebelakang , ternyata Mario.

"Ini jam berapa? Kamu udah pulang?" Tanyaku yang masih setengah sadar

"Ini udah jam tujuh sore sayang. Kamu enggak apa-apa? Kata Bu Jum , kamu dari pas pulang dari kampus langsung ke kamar. Selama itu , kamu enggak turun sama sekali."

"Ya ampun , selama itu aku tidur?"

Aku menghadap ke Mario , ia mengusap wajahku dan merapikan rambutku yang berantakan.
Mario mengelus pundak ku yang sudah tersingkap. Aku belum memakai bajuku tadi sehabis mandi. Aku masih memakai kimono handukku.

"Gimana tadi sidangnya?" Tanyanya

"Lancar dan aku berhasil" Aku tersenyum

"Bagus. Aku yakin kamu bisa , kamu kan pintar." Dia mencium ku

Setelah ia melepas ciumannya , ia berniat beranjak dari kasur.

"Mau kemana?" Aku cegah dia dengan memegang tangannya

"Mau mandi dulu"

"Nanti aja." Aku melepas kancing kemejanya dan terlihatlah dadanya yang menggoda.

"Hmm, kamu mau apa sayang?" Tanyanya menyeringai sambil membuka semua kimono handukku

"Mau kamu"

Aku melepas kemejanya dan ku usap lembut dadanya. Dia mencium bibirku dengan rakus. Aku membalasnya dan menikmati. Tanganku segera melepas sabuk dan celananya.

Aku membalikkan tubuhnya, kini aku berada diatasnya. Mario merem*s kedua payu*daraku dengan sedikit kencang.
Aku melenguh menikmati tangannya saja.
Aku menggesek-gesekkan vag*naku diatas juniornya.
Dia mengerang kencang.

"Arrggh , kamu mau main-main terus sampai kapan love?" Tanyanya

Aku terkekeh dan senang mempermainkannya seperti ini. Sebenarnya akupun ingin cepat memasukkan juniornya ke intiku. Hanya saja , ingin sekali-kali mengerjainya.

Lalu aku memulai permainan ini. Dia melenguh penuh nikmat saat aku memasukkannya. Aku terus melakukan gerakan naik turun dari ritme pelan hingga cepat.

Ouh! Aku sudah tidak tahan. Dan akupun terkulai lemas setelah kucapai klimaks ku.

Mario menyeringai dan membawa tubuhku berdiri bersandar pada dinding dekat jendela kamar. Dia memutar tubuhku , sehingga aku sekarang menghadap Kedinding. Dia memasuki ku lagi. Gelenyar dalam tubuhku bergetar.

Mario terus melenguh , begitupun aku.

"Selesai sidang tadi ___ ahh __ kamu pergi kemana , sayang?" Tanya Mario disela-sela permainan bercinta kami.

Aku kaget dia menanyakan itu.
Aku diam.

"Jawab!" Dia hentakkan diriku dengan kencang dan menggigit bahuku.

"Ahh __ akuhh __ pergihhh" jawabku

"Dengan siapa , huh?" Dia menarik rambutku dan terus memompa ku. Dia berbicara tepat di telingaku.

"Ahh __ pelan by" ucapku

"Jawab!" Dia menghentak kembali dengan kencang. Dan kembali menggigit punggungku.

"Ahh __ Regan" aku langsung menjawabnya

"Shit!!" Umpatnya

Mario melepas penyatuannya dan memutar tubuhku, sehingga kini aku berhadapan dengannya.
Dia menatapku dengan __ marah , mungkin.

Dia memasukiku kembali. Mengangkat dan menopang kaki kiriku dengan tangannya.

"Jangan sebut namanya saat sedang mendesah!" Mario membuat kissmark didadaku.

"Kan __ kamuhhh yang __ ahh tanyahh"

Mario terus menghentak. Lama-lama , ia mendekati pelepasannya.
Aku dan Mario meraih pelepasan bersama-sama. Disaat meraih pelepasan , kami saling memanggil nama kami bersama. Napas kami masih memburu. Tubuhku ditopang oleh tangannya. Aku sudah lemas.

Dia menggendongku ala Brydal. Dan membaringkan tubuhku di kasur.

"Aku mandi dulu." Dia mengecup keningku yang penuh keringat.
Dan bergegas ia membersihkan dirinya.

Setelah ku atur napasku dengan baik dan kembali normal. Aku berdiri dan segera mengganti seprai yang kami pakai tadi sehabis bergelut.

Selesai mengganti seprai , pintu kamar mandi terbuka. Mario keluar dari sana dengan menggunakan handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya saja.

"Kok seprainya diganti? Baru kemarin kamu ganti" Mario bertanya seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Rasanya udah kotor dan lengket , enggak enak dibadan." Aku berjalan ke kamar mandi tanpa sehelai benangpun.

Mario menepuk bokong ku "ini kenapa sekarang kamu porno gini sih?"

"Enggak apa-apa , toh yang lihat kamu kok." Aku segera menutup pintu kamar mandi

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top