34. Hari Pertama di Rumah


Ini sudah seminggu berlalu sejak kedatangan tiba-tiba Pak Regan ke kantor. Dan dalam seminggu itu , sudah lima hari ini dia rutin datang ke kantor. Secara mendadak , tanpa membuat janji terlebih dulu dengan Mario.
Kedatangannya terkadang hanya sebatas mengajak makan siang bareng , tentunya aku dan Mario.
Namun , sejak lima hari itu pula , wajah Mario selalu ditekuk. Entah ada apa. Sepertinya dia malas menemui Pak Regan. Tidak seperti biasanya.

Dan , selama lima hari itu pula , Pak Regan selalu memberikan ku buah tangan. Entah makanan seperti kue dan cokelat atau benda seperti ballpoint cantik bertahta berlian kecil. Kurasa harganya juga enggak main-main. Sejujurnya, aku takut melihat sikap Pak Regan padaku akhir-akhir ini.

"Ballpoint nya sini!" Mario meminta ballpoint dari Regan yang sedang ku putar-putar.
Lalu aku memberikannya.

"Kenapa Regan sekarang sering banget datang ke kantor?" Aku

Mario hanya diam. Tak menjawab.

"Mulai besok kamu enggak usah datang ke kantor lagi. Surat pengunduran dirimu akan aku buat." Mario memberikan keputusan mendadak.

"Tapi kerjaan aku siapa yang handle nanti.?"

"Apa gunanya Debby ?"

"Dia lagi banyak kerjaan"

"Gajinya kunaikkan , Debby akan dengan senang hati menerimanya."

"Tapi by....."

"My territory , my rules! That's the point!"

Okay! Tak dapat dibantah lagi. Aku diam hanya melihatnya.

"Please! Jangan tatap aku seperti itu" Mario memelukku

"Aku hanya ingin melindungi milikku" lanjutnya

"Kamu jangan khawatir, by. I'm yours" Aku balas pelukkannya lebih erat.

Aku mengerti kekhawatirannya.

"Kamu jangan pernah sekalipun pergi dariku!" Mario

"Aku enggak akan pergi dari sisimu , kecuali kamu yang memintanya"

"Enggak! Aku enggak bakal nyuruh kamu pergi. Bisa mati aku , kalau itu sampai terjadi" Mario lekas mencium bibirku dengan lembut. Penuh isyarat cinta , ketulusan dan ketakutan.

Kami tidur saling berpelukan. Merasakan satu sama lain , kalau kami saling membutuhkan. Beginilah rasanya dicintai sebesar ini. Bahkan tidak pernah terlintas dipikiran ku , akan mendapat seorang suami yang sempurna dimataku.

Tuhan , terima kasih. Aku bahagia.

*

*

*

Mulai pagi ini aku sudah dilarang datang ke kantor oleh Mario. Dia akan membuat surat pengunduran diriku. Semua pekerjaanku yang belum beres akan dialihkan ke Debby.
Semoga Debby kuat Disana. He...He...

"Hati-hati ya my lovely hubby" ucapku setelah memasangkan dasinya.

"Peluk sini!" Mario menarik tubuhku dan mendekap ku erat.

"Ouh suami-able banget sih kamu , by" Aku meremas bok*ngnya itu

Dia kaget dan tertawa.

"Nakal yah. Diajarin siapa itu?"

"Kamu!"

Dia mencium ku tanpa aba-aba. Lama-lama pagutannya semakin liar dan panas.

"Hahhh, by , udah telat nanti kamu"  Aku memaksakan diri melepas dari pagutannya. Napasku mulai memburu

"Yuk?" Manik Mario menggelap , penuh kabut gairah.

"Kamu udah rapi dan nanti telat"

"Enggak ada meeting hari ini. Jadi enggak apa-apa telat sedikit."

Mario menelpon Pak Rustam yang sedang ada di depan menunggunya , agar sarapan dulu dibawah. Karena ia ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda lagi.
Begitulah katanya.
Mario mengajakku ke ruang kerjanya yang bersebelahan dengan kamar utama kami.

"Kok diruang kerja sih?" Tanyaku bingung

"Kan emang mau ngerjain kamu"

Kami masuk dan Mario mengunci pintunya.
Aku langsung diangkatnya bagai anak koala ke atas meja kerjanya. Dia memagutku dengan penuh gairah.
Aku membalasnya.
Dan tangannya mulai bergerilya kesana kemari dengan tidak sabar melepas semua bajuku. Sedangkan jas Mario sudah tergeletak dilantai , kemeja putihnya sudah kulepas. Yang tersisa hanya celana panjang dan sabuknya. Dadanya yang polos , kuusap lembut. Dia mengerang nikmat. Aku menatapnya dalam. Dia tersenyum sensual seraya melepas sabuk celananya.

"Kenapa setiap kali aku melepas sabuk , kamu terus menatapnya ?" Tanyanya

"Aku suka" Aku mencium dadanya dan menggigitnya

"Kamu sexy" lanjutku

Aku masih menikmati pemandangan indah didepanku. Suamiku sedang melepas sabuk celananya dan ia terlihat dua kali lipat sexy nya.

Dia menurunkan sedikit celananya dan mulailah pekerjaan yang tidak bisa ditunda ini.
Pagi yang panas.

*

*

*

Setelah membersihkan diri kami berdua , kami segera turun.

"Morning sex is always great" Bisik Mario pelan ditelinga ku saat kami menuruni tangga.

"Lain kali , kita lakukan di dapur. Sepertinya seru" Mario mengutarakan ide gilanya

"Kamu nih , ada Bu Jum"

"Kita suruh cuti saja dia. Pasti dia senang"

"Ya ... Ya .. whatever" Aku memutar bola mataku dengan malas.

Sesampainya di halaman depan , Mario mengecup pucuk kepalaku dengan lembut.

"Kalau ada apa-apa , hubungi aku segera ya, love" ucap Mario

Aku melambaikan tangan disertai senyuman paling bahagia setelah mobil Mario melaju.
Aku langsung masuk kembali ke dalam dan menghampiri Bu Jum yang sedang berada di dapur. Beliau sedang menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak.
Aku ikut membantunya. Sekali-kali memasak untuk suami.

Kami selesai memasak , aku langsung duduk di sofa ruang tengah dan menonton TV. Kunikmati beberapa makanan ringan yang ada didalam lemari pendingin.
Baru beberapa jam dirumah saja sudah mulai membosankan.

Akhirnya aku putuskan , ke ruang kerja Mario dan membaca buku di sana.
Di ruangan ini , terdapat lemari buku yang tertata rapi. Seperti perpustakaan kecil. Sebelum aku tinggal disini , ruangan ini hanya berisi buku bisnis dan keuangan saja.

Kini sebagian sudah kucemari dengan beberapa novel romantis , horor hingga detektif. Bahkan lumayan banyak komik.
Ternyata , aku dan Mario suka dengan komik 'Slam Dunk' dan 'Flame of Recca'.
Tentunya ada juga beberapa komik remaja dan percintaan.

Setelah kuputuskan akan membaca buku apa , aku duduk di sofa panjang empuk. Menyamankan diriku.
Mulai kubaca novel tersebut.

Drrrtttt...

Ponselku berbunyi. Kulihat nama penelepon.
Ternyata Jenika.

"Halo Jen?"

"Halo Mika. Emm , kamu ada waktu enggak? Aku mau ketemu."

"Hmm , belum tahu deh. Hari ini aku enggak bisa keluar. Nanti aku kabarin ya Jen"

"Oh oke , tolong segera kabarin ya Mika. Pengen ketemu soalnya. Kangen"

"Siap!"

Sambungan telepon terputus.
Ah iya , aku memang ingin menanyakan pada Jenika perihal Pak Regan. Kenapa dia bisa ada di pesta Jenika?

Aku lanjutkan kembali kegiatan membaca ku.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top