33. Namanya Hidup
Seperti biasa , pagi ini setelah kupasangkan dasi di leher Mario , kami berangkat bersama ke kantor.
Sampai hari ini , aku masih bekerja di sini. Entahlah , sampai kapan. Tapi Mario ingin agar aku segera berhenti dan fokus pada kuliah.
Sesampainya di kantor. Kami sudah mulai disibukkan dengan rapat mengenai anggaran dan segala macam perihal pengerjaan proyek di Papua. Terlebih akan ada proyek baru dari PT. Vision , semua harus dihitung seteliti mungkin. Tentunya ini adalah tugas dari divisi keuangan.
Saat telah selesai rapat , aku memasuki ruangan Mario seraya membawa teh manis hangat.
"Kok teh? Tumben enggak bikin kopi?" Tanya Mario
"Jangan terlalu sering minum kopi." Aku duduk di sofa panjang. Sedangkan Mario sedang berada di meja kerjanya.
Aku memeriksa laptop dan mulai mengirim email ke beberapa perusahaan yang akan meminta jasa kami mengenai pengadaan kabel dan sebagainya.
Intercom Mario berbunyi dan ia mengangkatnya.
"Baiklah, suruh masuk saja." Ucap Mario datar
Tak lama pintu ruangan Mario dibuka oleh Debby dan menyusul Pak Regan dari belakangnya masuk.
Aku menoleh kearahnya dan ia sedang menatapku dengan tatapan datar yang biasa dia perlihatkan.
Aku tersenyum mengangguk hormat lalu masih melanjutkan kegiatan di laptop.
Tanpa kusadari , Pak Regan berjalan menghampiri tempatku.
"Mika , semalam saya...." Ucapannya terpotong
"Regan! Kita bicarakan nanti." Mario berdiri dari kursinya dan menghampiriku yang masih duduk di sofa. Aku menoleh bingung ke arah keduanya.
"Love , kamu keluar dulu. Ada yang mau aku bicarakan sama Pak Regan." Mario menuntunku berdiri dan berjalan keluar ruangannya.
"Okay. Mau kubawakan minuman apa?" Aku
"Biar OB saja nanti aku telepon" Mario
Aku mengangguk dan segera menutup pintu ruangannya.
Aku ke meja Debby. Kulihat dia sedang mengetik.
"Deb , tumben hari ini Pak Regan datang? Udah janji?" Tanyaku sesampainya di meja Debby
"Belum ada janji sih. Tapi enggak tahu mendadak Pak Regan datang tanpa konfirmasi. Ada masalah?"
"Enggak tahu. Apa jangan-jangan dia mau batalin proyek baru kita?"
"Jangan dong! Itu proyek lumayan buat nambah nanti bonus akhir tahun gue" Debby cemas
"Yee , nih anak malah mikirin bonus"
"Elo sih enak , boss nya suami Lo. Enggak perlu bonus akhir tahun , yang penting service tiap malam memuaskan. Uang belanja langsung turun deh" Debby mencibir
"Sialan Debby!" Aku memukul lengannya
Aku pergi ke toilet meninggalkan Debby yang sedang meringis kesakitan akibat pukulanku. Yah , hanya akting saja. Aku tidak sejahat itu kok.
Setelah selesai dengan urusan alam , aku bercermin didepan wastafel dan merapikan tampilan. Lalu aku keluar dari toilet. Dan berpapasan dengan Pak Regan yang sedang menunggu lift terbuka.
Toilet dan lift tidak berada jauh.
Pak Regan menoleh dan aku tersenyum seperti biasa.
Langkahku terhenti saat ia tiba-tiba berbicara.
"Kamu enggak ingat semalam Mika?" Tanyanya
Aku berhenti disampingnya dan menghadap kearahnya.
"Maksud Bapak?" Aku masih bingung
"Semalam kita berdansa di pesta Jenika."
"Hah?! Tidak mungkin Pak. Semalam saya sama Mario...."
Dia menyela ucapanku "Yang kamu kira Mario , itu adalah saya."
"Ah, maaf Pak Regan kalau saya lancang" Aku mulai tersadar dan merasa malu
"Tidak perlu meminta maaf , justru saya merasa senang. Yang saya sesali adalah ternyata kamu istrinya Mario."
Apa maksudnya?
"Saya tidak menyesal telah mengecup pipi mulusmu itu. Jadi tidak ada permintaan maaf dari saya." Lanjutnya
Aku memegang pipiku tanpa sadar.
Pintu lift terbuka.
Ting...
Dia melangkah masuk kedalam lift , aku masih melihatnya dan ia mengatakan...
"Semoga kita sering bertemu Mika. Kamu menyenangkan" Dia tersenyum
Pintu lift tertutup berbarengan dengan senyumnya yang menghilang.
Aku masih terpaku didepan lift , mencerna perkataannya.
'Semoga kita sering bertemu Mika. Kamu menyenangkan'
Kata-kata itu masih terngiang. Maksudnya apa?
Semoga maksudnya bukan seperti yang aku pikirkan.
Aku berlari menuju ruangan Mario.
"Love!" Setelah aku berada didalam ruangan Mario.
"Kamu kenapa ngos-ngosan begitu?" Mario heran melihat ku.
"Semalam di pesta Jenika ada Pak Regan?"
Mario diam melihatku.
Ada jeda sebelum menjawabku.
"Hmm.." hanya gumaman
"Oh ya ampun!" Aku menepuk jidatku
"Apa __ dia batalin __ proyek baru kita?" Lanjut ku bertanya. Sungguh aku takut mengecewakan Mario.
"Enggak. Dia malah nambahin beberapa proyek , walau dengan syarat."
"Oh syukurlah" aku lega mendengarnya
"Maaf ya soal semalam. Pasti aku malu-maluin kamu ya di depan Pak Regan?" Aku menunduk malu
"Semalam siapa yang memberikan kamu minuman cola itu?" Mario
"Sekar. Teman sekolahku juga. Tapi aku enggak dekat dengannya. Aku enggak tahu , dari dulu dia benci aku."
"Lain kali , jika memang kamu tahu orang itu membencimu. Lalu tiba-tiba berbuat baik , jauhi dan jangan terima apapun yang berasal darinya."
"Tapi itu kan sudah lama , aku pikir mungkin dia sudah berubah."
"Untuk perempuan macam dia , kamu akan menjadi orang yang paling dibencinya"
"Kenapa? Maksud kamu , aku emang layak dibenci?" Aku kesal mendengarnya
Mario memelukku. Mengecup pucuk kepalaku.
"Karena kamu cantik , baik hati dan pintar. Banyak orang akan iri padamu. Terlebih seperti Sekar. Dia pasti membencimu sampai ke ubun-ubun" Mario terkekeh
Aku balas memeluknya erat.
"Jadi cantik , berarti bencana ya?"
"Syukuri yang Tuhan kasih ke kamu. Semua ada resikonya. Namanya hidup."
"Makin sayang deh sama hubby" Aku mendusel-duselkan wajahku yang terbenam didadanya
*
*
*
Malam ini dirumah kami ramai sekali. Dengan datangnya Miko , Andri dan Nathan kesini , benar-benar membuat suasana menjadi ramai - eh bukan - tapi rusuh.
Tidak ada acara yang sedang kami rayakan. Hanya sekedar berkumpul melepas rindu sesama kawan.
Semenjak Mario menikah , mereka sudah jarang berkumpul. Lebih tepatnya , Mario yang mulai jarang berkumpul dengan mereka.
Dan malam ini , mereka datang menghancurkan rumah kami yang damai.
"Lo enggak bawa bir?" Tanya Mario pada Miko
"Bawalah." Miko
"And this is for my cutie pie." Miko menyodorkan kotak kue padaku
Aku tersenyum senang menerimanya.
"Makasih kak bule"
"Cih! Enggak Lo kasih pelet kan tuh kue?" Mario mengejek
"No pelet! Tapi cinta" Miko berbangga hati
"Sialan Lo! Bini orang masih aja mau Lo Embat" Andri
Mereka tertawa bersama.
Aku membuka kue dari Miko.
Wow tart susu. Menggoda sekali.
"Kak bule , hmm , ini enak banget. Beli dimana?" Tanyaku setelah kupotong beberapa bagian dan kumakan potongan kecil.
"Beli di toko lah." Miko
"Cantik kuenya" Aku
"Iya kayak kamu. Cutie pie , is it?"
"Bisa aee kampret!" Mario menoyor kepala Miko
Kami menikmati malam ini dengan bersenang-senang. Melepas rindu sesama teman , bercerita mengenai berbagai hal. Dari hal ringan sampai bisnis.
Sekitar pukul 23.00 aku undur diri terlebih dulu. Rasanya lelah. Mario masih menikmati waktunya dengan kawan-kawannya. Dan aku tidak keberatan soal itu. Toh mereka bersenang-senang disini. Bukan di club.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top