31. Pesta
"By, aku hari ini mau ke acara ulang tahun temanku. Ingat kan?" tanyaku.
"Jam berapa memangnya mau berangkat?" Mario masih sibuk dengan berkas-berkasnya
"Aku berangkat jam 19.00 aja deh." Aku
"Lihat nanti ya , aku usahakan. Tapi kalau aku enggak bisa antar , kamu diantar Pak Rustam aja ya."
"Ya udah."
Sebentar lagi waktunya pulang kantor. Mario masih sibuk. Semenjak proyek dari Pak Regan , Mario benar-benar sibuk. Dia harus turun tangan ke lapangan juga memeriksa pemasangan kabel dan tower. Lalu pengiriman kabel ke Papua juga dia ikut andil di lapangan. Dia benar-benar tidak mau mengecewakan Pak Regan.
Ternyata Mario sudah kenal Pak Regan sejak lama.
Mereka bertemu di Canada.
Dan Mario berkata , kalau Pak Regan dulu sering membantu Mario dalam hal materi saat Mario baru-baru merintis usaha ini.
Sekarang aku bersiap untuk pulang. Aku ke ruangan Mario.
"By, kamu enggak pulang?" Tanyaku saat sudah didalam ruangannya.
"Belum selesai semua. Nanti aku juga harus bertemu Pak Dayat dan Pak Leo. Mau bahas pengiriman yang ke Papua."
"Kok ketemuan diluar jam kantor sih?" Aku
"Mereka baru sampai dari Kalimantan tadi siang. Jadi nanti malam kami sepakat bertemu. Dan kemungkinan aku enggak bisa antar kamu."
"Ya udah , aku bawa mobil sendiri aja deh"
"Jangan! Atau ditemani Miko atau Nathan?"
"Enggak mau , mereka juga sibuk sama kerjaan kali. Pak Yanto aja ya? Kamu telepon Pak Yanto deh , biar kerumah dari sekarang." Aku
"Okay , aku telepon Pak Yanto kalau gitu. Kamu telepon ibu juga ya." Mario
"Okay. Aku sekarang pulang ya." Aku pamit pada Mario dan mengecup pipinya
"Hei , tunggu!"
Aku berhenti melangkah kearah pintu. Mario menghampiriku dan menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel.
"Hmm..." Mario mulai mencium pucuk kepalaku dan menjalar ke telinga hingga leherku.
Aku bergidik geli
"Akh! Udah dong , dirumah kan bisa" Aku mencoba melepaskan pegangannya pada pinggang ku.
"Aku enggak sabar nunggu malam. Kalau sekarang aja gimana?"
"Aku mau pulang!"
"Aku mau sekarang." Mario mengunci pintu ruangannya dan menarikku menuju ruangan pribadinya. Aku bisa apa? Menolak suami dosa kan?
Dan lagi dia manusia yang sudah terbiasa memerintah. Jadi tidak ada kata 'tidak' dalam kamusnya.
Sekarang kami sudah di kamar pribadinya. Kami masih berdiri. Mario langsung mencium bibirku. Perlahan dan kemudian semakin menuntut. Aku yang sudah terlena , segera melepas dasinya lalu kancing kemejanya.
Mario sudah bergerak cepat , pakaian atasku sudah lepas semua,hanya menyisakan bra saja.
Celana panjang bahanku pun sudah turun, menyisakan celana dalam saja.
Bra ku sudah dilepasnya. Terpampang lah dengan jelas aset milikku. Dia menuntunku ke ranjang , aku direbahkannya perlahan. Dia segera melepas sabuk celananya. Entah , aku suka saat ia melakukan itu.
Saat ia melepas sabuk celananya , terlihat menggoda , sexy , yah semacam itulah.
Setelah celananya ia lepas juga , ia merangkak naik ke ranjang memposisikan dirinya diatasku.
Dan , tanpa basa basi lagi kami melakukan penyatuan kami.
Hanya erangan saja yang terdengar di kamar ini. Peluh memenuhi kening hingga tubuh kami. Tanpa peduli , justru kami sangat menikmati rasa panas yang membakar ini.
*
*
*
Aku sudah membersihkan diriku dan sudah memakai baju. Aku merias diri sebentar , secukupnya saja. Tidak berlebihan. Toh hanya acara ulang tahun teman , bukan acara anak pejabat tinggi negara.
Setelah selesai merias diri , aku berdiri didepan cermin dan memotret diriku dengan ponsel lewat pantulan cermin. Setelah selesai, aku kirim fotoku ke Mario lewat chat.
Ini permintaannya. Tadi selesai bergelut di ruangan pribadinya , dia meminta agar mengirimkan fotoku. Alasannya, dia mau lihat pakaian yang aku kenakan malam ini.
Aku menunggu balasan chat dari Mario. Tidak ada balasan, bahkan belum dibaca. Aku mau telepon , tapi takut mengganggunya.
Baiklah! Aku jalan saja , Pak Yanto sudah menungguku dari tadi.
"Bu Jum , saya pergi dulu ya?" Aku pamit pada Bu Jum saat sudah sampai di bawah.
"Non belum makan malam."
"Emangnya masak apa Bu?" Tanyaku seraya berjalan menghampiri meja makan.
"Bikin sup daging Non."
Aku mengambil mangkok sup dan kutuangkan sup tersebut ke mangkuk ku.
Aku memakannya tanpa nasi.
"Pak Yanto sudah makan belum Bu?"
"Sudah Non , tadi pas sampai saya suruh makan duluan."
Aku hanya mengangguk dan menghabiskan sup daging tersebut.
Setelahnya , aku keluar menuju mobil. Pak Yanto sudah menungguku. Dia membukakan pintu mobil untukku dan aku langsung masuk.
Mobil segera melaju menuju tempat tujuanku.
Sekitar tiga puluh menit , kami sampai dirumah temanku ini.
Rumahnya memang mewah , dia teman semasa SMA ku. Tidak menjadikan sahabat , hanya saja kami cocok kalau ngobrol. Dan dia sangat ramah pada siapapun.
Kami sudah lama tidak bertemu , kudengar dia kuliah di Australia.
Aku turun dari mobil dan mengatakan pada Pak Yanto agar menungguku. Kemungkinan aku tidak akan lama disini.
Aku berjalan memasuki rumah mewah ini. Para pelayannya mengantarku ke tempat acara dilakukan. Ternyata pool party.
Sekarang aku sudah berada di halaman belakang yang lumayan luas , ada kolam renangnya.
Hiruk pikuk macam-macam orang berseliweran.
Ramai sekali. Banyak yang tidak aku kenali orang-orang tersebut.
Halaman kolam renang ini dirubah seperti Club malam. Dentuman musik sangat kencang terdengar. Membuat telinga sakit. Aku mencari sosok Jenika.
Ya , yang berulang tahun namanya Jenika.
Saat aku celingukan , akhirnya Jenika terlihat sedang berbicara di meja yang dibentuk seperti meja bar kecil dipinggiran kolam. Aku menghampirinya.
"Hai Jen" sapaku
Jenika menoleh dan tak lama langsung tersenyum dan memelukku.
"Mika! Apa kabar? Sekarang terlihat berbeda." Tanya Jenika setelah melepaskan pelukannya.
"Baik. Kamu gimana?"
"Ya beginilah. Aku masih kuliah , aku ambil cuti dulu."
"Ini. Maaf ya hadiahnya sederhana" Aku menyodorkan kotak kecil dari dalam tas ku.
"Terima kasih Mika. Aku kangen banget sama kamu. Kamu kerja atau kuliah?" Jenika mengambil kotak kecil tersebut dan membukanya
"Aku kerja dan kuliah."
"Mika , ini kalungnya cantik banget. Ini sih enggak sederhana. Ini indah. Terima kasih ya." Ucapnya sambil memelukku kembali.
"Hei , ini Mika ya?" Tiba-tiba suara menghampiri kami
Ah , ternyata Elisa , Sekar dan Ibra. Mereka teman ku juga , hanya saja aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Mereka tipe anak-anak yang bangga dengan kekayaan orang tua mereka.
"Hai" sapaku ala kadarnya
"Ayo Mika minum dulu" ajak Jenika dan dia pergi menyambut tamu lainnya. Kini hanya aku , Elisa ,Sekar dan Ibra.
Kami semua duduk di mini bar ini. Sekar menyodorkan minuman padaku.
"Gue enggak minum alkohol." Ucapku
"Ini co** c*la. Coba aja." Sekar menjelaskan
Aku menatapnya dan kuambil gelas tersebut.
Aku meminumnya sedikit , hanya mencicipi. Memang soda. Tapi ada rasa lain juga , entah apa.
Tapi aku tetap meminumnya. Disini sepertinya tidak ada air mineral. Jadi kurasa aman minum soda. Pilihan terakhir.
"Mika , Lo cantik banget sekarang dan sexy" Ibra berbicara.
Aku menoleh dan hanya tersenyum kecut.
"Lo sendirian kesini?" Tanya Sekar
"Hmm , iya diantar Pak Yanto" ucapku setelah menghabiskan minumanku
"Pak Yanto?" Sekar memberikan lagi gelas berisi minuman soda seperti tadi
"Hmm , supir gue" Aku meminumnya kembali dan langsung menghabiskannya.
"Lo punya supir? Lo jual diri sekarang? Sampai bisa punya supir." Sekar sarkas
"Sialan! Gue enggak kayak elo , nemplok ke banyak cowok" Aku berdiri ingin menjauh dari mereka , kepalaku berasa pening sekali.
"Ha..Ha..Ha.. lihat aja nanti siapa yang murahan sekarang" Sekar menyeringai
Aku segera berdiri , melangkah jauh dari mereka. Ibra menghampiri ku.
Aku hampir terjatuh. Dan aku jatuh ke pelukan seorang pria tegap didepanku. Ibra menahan tubuhku dari belakang.
"Mika?" Ucap pria didepanku.
Aku mendongak melihatnya.
"Pak Regan? Kok bisa disini he...he..he" Aku menyadari siapa pria didepanku namun entah kenapa aku malah tertawa.
"Dia sama saya saja." Pak Regan menyuruh Ibra meninggalkan ku.
Pak Regan menuntunku berjalan.
Dentuman musik semakin kencang. Musiknya terdengar sexy. Membuat tubuhku ingin bergoyang. DJ sudah memulai acara pesta ini. Orang-orang berkerumun di tengah-tengah halaman tempat kami berdiri. Mereka bersorak dan berjoget sesuai alunan musik yang menghentak.
Aku membalikkan tubuh Pak Regan menghadap padaku. Tapi yang aku lihat adalah Mario.
"Kapan kamu datang , by?" Tanyaku
Aku mengajaknya bergoyang juga. Aku tertawa tidak jelas. Tanpa sadar tubuhku menempel sempurna ditubuhnya.
Aku meliukkan tubuhku dengan lincah. Kedua tanganku mengalungkan lehernya. Dia memegang pinggangku.
Aku menarik lehernya agar sedikit menunduk kearahku. Aku bersandar didadanya. Kepalaku pusing sekali , rasanya mau pecah.
Kurasakan geli di telingaku. Terasa hembusan napasnya yang hangat menyentuh telingaku dan dia mengecup pipiku. Aku memejamkan mataku.
Merasakan sakit kepala yang hebat ini. Tangannya menuntunku bergoyang akhirnya. Aku masih menempel pada tubuhnya , aku mengikuti gerakan yang ia buat.
Aku mengelus polo shirt nya di bagian dada kekarnya. Kenapa dadanya lebih lebar ya?
Kudengar erangan darinya. Aku tersenyum,menatapnya. Dia masih merendahkan kepalanya menatapku. Matanya tajam dan sexy.
"Love , kenapa diam?" Aku bertanya
Kami masih hanyut dengan musik yang berputar. Dia menundukkan wajahnya lebih dekat dengan ku.
Dia memegang tengkuk leherku.
Lalu tiba-tiba tubuhku ditarik seseorang. Aku terhuyung dan jatuh dipelukan orang tersebut.
"Love ? " Aku menolehnya dan menoleh juga ke arah pria yang tadi bersamaku.
"Kenapa kamu ada dua? Ini ... kembaranmu ? He...he...he.." Aku meracau tidak jelas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top