29. Galau
A
ku masuk ke dalam dan segera naik ke kamar. Ku ganti bajuku dan merias diri seperlunya saja. Karena hari ini aku ke kampus.
Tok...Tok...Tok
"Iya masuk!" Aku sedikit berteriak agar suaraku terdengar sampai pintu.
Pintu terbuka , ternyata Bu Jum.
"Non , ada tamu. Katanya teman Non." Bu Jum menjelaskan.
"Cowok atau cewek Bu?" Tanyaku masih menata mascara ku.
"Cowok Non" jawab Bu Jum.
"Ya udah , nanti saya turun." Ucapku.
Setelah selesai merias diri , ku perhatikan kembali tampilan ku. Sudah yakin dengan pakaian ku , aku segera mengambil tas ku dan keluar dari kamar.
Aku menuju ruang tamu. Kulihat dari belakang , seorang laki-laki. Potongan rambut belakangnya seperti kukenal.
Ah , mungkinkah dia?
Tahu dari mana dia rumah ini?
Aku berjalan menghampirinya. Dia langsung menoleh setelah mendengar suara sepatu dari langkahku.
Dia tersenyum. Senyum yang dulu selalu kurindukan. Dia berdiri melihatku dengan tatapan penuh rindu.
"Azka! Kenapa kesini?" Tanyaku
"Hai Sayang." Sapanya seraya tersenyum manis.
"Azka, jangan kayak gini."
"Aku kesini mau minta maaf perihal pertemuan terakhir kita. Aku tahu aku salah. Maaf." Dia menggenggam tanganku.
"Azka , aku udah maafin kamu. Tapi tolong jangan seperti ini. Aku sudah menikah dan saat ini suamiku tidak ada."
"Aku cuma ingin menggenggam tangan ini. Tangan yang dulu selalu mengusap pipiku." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Azka,maaf tolong jangan bahas masa lalu."
"Iya , aku tahu ini salah. Tapi perasaanku masih sama Mika. Aku masih belum bisa melupakan ini semua. Sudah tiga tahun kita lalui. Apa enggak ada sedikitpun kesempatan lagi?"
"Azka! Enggak akan ada kesempatan. Aku sudah menikah."
"Kamu orang baik , pasti kamu dapat yang lebih baik dariku." Lanjut ku.
"Aku enggak yakin akan mendapatkan yang lebih baik dari mu"
"Aku lihat kamu bahagia dengan pernikahan ini. Selamat Mika. Aku harap kamu selalu bahagia" ucapnya seraya meneliti foto pernikahan aku dan Mario yang terpajang didinding ruangan ini.
"Ini" aku menyerahkan cincin yang dulu ia berikan padaku.
"Kita sudah selesai Azka. Kamu tetap akan jadi memori indah dalam hidupku"
"Benarkah? Setelah semua yang aku lakukan padamu di saat-saat terakhir?" Azka tersenyum miris lalu menerima cincin yang aku sodorkan.
"Baiklah aku pamit dulu." Azka meraih tanganku dan mengecup punggung tanganku dengan lembut.
"Kamu __ tahu darimana aku disini?" Tanyaku saat mengantar Azka kedepan menuju mobilnya.
"Dari Nissa. Aku sudah tahu dari dua hari yang lalu. Tapi baru hari ini aku berani menemui mu" Dia berhenti sebentar didepan pintu mobilnya dan tersenyum kembali padaku.
"Baiklah, hati-hati Azka." Ucapku
Dia memasuki mobilnya dan segera berlalu meninggalkan rumahku.
Aku segera menuju mobil Audi putihku. Ya , aku sekarang sudah bisa mengendarai mobil sendiri. Selama masa dipingit itu , aku juga menyewa guru privat untuk menyetir mobil. Aku segera melajukan mobilku menuju kampus.
*
*
*
Saat ini aku sedang di kedai ibu. Selama aku telah sah menjadi seorang istri , ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi ibu.
Kulihat ramai juga pengunjungnya. Aku bersyukur , ibu menjalani kesibukannya dengan sukacita. Semakin hari , ibu mendapatkan banyak pelanggan baru. Memang masakan ibu itu juara.
Aku saja belum bisa masak seenak masakan ibu.
Yang selalu kurindukan dari ibu selain obrolan kami , tentu saja masakannya.
Saat baru tiba tadi , aku langsung melahap udang pedas manis dan tumisan brokoli kesukaanku. Seperti tahu saja ibu , kalau hari ini aku akan berkunjung. Padahal aku tidak memberitahu ibu.
Tapi hari ini aku malah tidak membawakan apapun untuk ibu.
"Bu, maaf ya. Mika enggak bawa apa-apa. Tadi ke kampus dulu soalnya." Aku
"Ya enggak apa lah. Ibu senang kamu datang. Kirain ibu kamu sudah lupa sama ibu. Mentang-mentang punya suami" Ibu
"Ah ibu nih. Mika enggak lupa. Tapi bersyukur juga sih , selesai cuti , Mario dapat proyek baru yang besar. Jadi kami memang lagi sibuk-sibuknya."
"Rezeki kalian itu. Lakukan yang terbaik."
"Iya Bu."
Aku sesekali membantu ibu di kedai sebagai kasir atau membantu di dapur.
Sore hari sekitar pukul 15.00 aku pergi dari kedai dan langsung pulang ke rumah. Karena sebentar lagi Mario akan pulang. Jadi aku sudah harus ada di rumah.
Saat sampai di rumah , ada mobil sedan hitam lain yang tidak aku kenali. Aku segera turun dari mobilku.
Saat memasuki rumah itu , diruang tamu ternyata ada Tante Selvi dan Angel.
"Sore Tante , Angel. Sudah lama disini?" Aku menyapa mereka dengan ramah.
"Duduk sini! Saya mau bicara!" Tante Selvi menyuruhku dengan sinis.
"Dengarkan dan ingat semua ucapan saya! Jangan kamu merasa puas karena sudah menjadi istri Mario. Seharusnya yang menjadi istrinya adalah anak saya,Angel." Tante Selvi langsung berkata saat aku sudah duduk.
Aku melirik Angel, dia tersenyum sinis.
"Maksud Tante apa ya?" Aku masih berusaha tenang.
"Kamu harus tahu posisi kamu. Mario menikahimu karena kamu banyak berhutang Budi padanya. Saya tahu cerita tentangmu semua. Mario selalu terbuka pada saya. Dia memanfaatkan itu semua hanya demi menidurimu. Jadi jangan berbangga hati. Mario hanya butuh pelampiasan. Dia tidak mau kumpul kebo , makanya dia mengajak kamu menikah." Tante Selvi menjelaskan
"Jadi jangan besar kepala , Mario tidak mencintaimu. Dia hanya ingin tubuhmu! Kalau dipikir-pikir,kamu seperti pelacur. Jaminan hidup aman dengan bayaran tubuhmu. Cih!" Lanjut Tante Selvi.
Mereka beranjak pergi setelah mengatakan itu semua.
Aku masih terdiam di tempatku duduk.
Lalu aku tersadar , ini sudah mulai gelap. Aku harus mandi. Membersihkan diri dan juga memenangkan diri.
Aku sudah selesai mandi dan memakai baju. Lalu pintu kamar terbuka. Aku masih berdiri menatap pemandangan dari balkon jendela kamar ini. Melihat langit sore yang berwarna oranye.
Dia memelukku dari belakang. Mengapit erat pinggangku. Menghirup aroma tubuhku lewat leherku.
Aku diam. Tidak bereaksi apapun. Aku memejamkan mataku , semerbak harum parfum yang sudah bercampur dengan keringat tubuhnya menguar di indera penciumanku.
Aroma ini , sudah memabukkan semenjak kami mulai menjalin hubungan yang bisa dibilang aneh.
Padahal aku sudah mulai membuka hatiku. Tapi entah kenapa , tantenya datang dan menghancurkan semua yang sudah tersusun rapi di hatiku.
Apakah ini memang hanya sebatas balas Budi?
Apa Mario sekejam itu?
Tapi sejak kami menjalin hubungan , ia sekalipun tidak menyentuhku. Hingga sampai hari pernikahan tiba. Dan sampai hari ini , ia selalu menyentuhku.
Setiap tindak tanduknya yang kulihat adalah ketulusan.
Apa ini hanya permainan Tante Selvi?
Agar pikiranku kacau dan percaya begitu saja padanya.?
Aku membalikkan tubuhku menghadap kerahnya. Aku menatapnya dengan dalam.
"Kamu cinta sama aku?" Tanyaku langsung
"Yes , honey. Even more than you love me. Why?"
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Menutupi segala kegundahan ku.
"Ada apa? Something wrong?" Tanyanya heran
Aku memeluknya erat-erat.
Lalu kulepaskan.
"Aku siapkan air hangat ya. Kamu mandi , habis itu kita makan malam." Ucapku seraya berlalu meninggalkannya.
Aku memasuki kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuknya. Ku siapkan semua keperluannya , baju dan celananya. Aku segera keluar kamar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top