27. Hubby and Wifey

Aku terbangun pagi ini. Masih melihat cincin pernikahan kami. Terkadang ini seperti mimpi.

"Morning hubby" ucap ku seraya mengusap pipi Mario lembut. Suamiku tampan walau baru bangun tidur.
Suami?

"Morning wifey" balasnya sambil tersenyum dan mengecup hidungku.

Apa seperti ini perasaan bahagia sehabis menikah. Melihat seseorang yang mencintai kita ada diranjang yang sama. Terbangun di pagi hari yang indah ini bersama.

Tiga hari kami cuti dari kantor. Aku sudah mulai masuk kantor. Begitupun Mario sudah mulai aktif mengecek proyek di lapangan.

Aku sudah pindah ke rumah Mario. Aku sudah mulai melakukan kewajiban sebagai seorang istri. Kini Bu Jum diminta bekerja dirumah ini. Dulu semasa Mario single , Bu Jum hanya bekerja sampai jam 15.00 lalu beliau pulang.
Kini Bu Jum tinggal bersama kami.
Lumayan aku ada yang menemani saat Mario sedang ke proyek.

Saat aku sampai di kantor , tidak sengaja bertemu Theo.

"Pagi Bu boss" sapanya seraya menunduk hormat.

"Apaan sih?! Boss Lo cuma boss Mario. Gue tetap sekretarisnya." Jawabku

"Kalah cepat aku sama boss. Tahu begitu , aku duluan yang bakal nikahin kamu." Theo membeo

"Makanya jangan jadi player. Tuh Helen available." Aku

"Baiklah. Ku tunggu jandamu,Mika" Theo

Aku melotot melihatnya.

"Kamu nyumpahin saya mati?!" Suara berat dengan penuh penekanan terdengar.

Kami menoleh.

"Eh, Pak Mario. Itu __ pak __ tetangga saya" Theo panik

Pintu lift lalu terbuka.
Ting...

Aku dan Mario segera masuk.

"Kamu enggak ikut masuk?" Mario bertanya pada Theo yang masih membeku didepan pintu lift.

"Eh __ saya masih nunggu teman saya , biar bareng." Theo sambil nyengir salah tingkah.

'Bisa-bisa gue yang mati sebelum kawin , kalau satu lift bareng dia' gumam Theo

"Masih aja godain istri orang. Pakai nyumpahin aku mati segala lagi" Omel Mario saat pintu lift sudah tertutup.

"Ha..Ha.. gini nih , resiko punya istri cantik." Dengan sombongnya aku mengibaskan rambut panjangku yang tergerai.

"Ya. Makanya cepat-cepat aku nikahin kamu" Mario menarik pinggangku posesif.

Pintu lift terbuka dan kami sudah sampai di lantai ruangan kami.
Kulihat Debby sudah datang. Mario segera memasuki ruangannya.
Setelah ku taruh ranselku di meja , aku menuju pantry.
Kubuatkan teh manis hangat untuk Mario. Dan segera masuk ruangannya.

Mario seperti biasa akan sibuk dengan file-file dan progres proyek dengan PT. Vision.

"Nanti Pak Regan datang , suruh langsung masuk aja kesini ya. Kemungkinan dia akan kasih proyek baru. Dia puas dengan kabel yang kita suply. Pemasangan masih proses. Tapi untungnya tidak ada kendala besar sih"

"Oke." Aku segera keluar setelah mendengarkannya dan meletakkan teh manisnya.

Sekitar pukul 10.00 pagi , resepsionis dibawah menelpon dan memberitahuku bahwa Pak Regan sudah datang.

Aku bersiap diri. Menyambutnya.
Tak lama pintu lift terbuka. Terlihat sosok tegap , tinggi , kulit coklat , rambut yang tertata rapih dengan setelan jas yang sudah pasti harganya selangit. Terdengar langkah kakinya yang tenang dan teratur.

Aku langsung berdiri saat beliau mendekat dan aku tersenyum ramah.

"Saya Regan , sudah janji dengan Mario." Ucap nya

"Selamat pagi Pak Regan. Pak Mario sudah menunggu. Mari." Aku menyapanya dan mengantarkan ke ruangan Mario.

Dia hanya tersenyum.

Aku mengantarnya sampai depan pintu masuk ruangan Mario.

Aku kembali lagi duduk di mejaku. Aku pesan ke OB untuk membuatkan kopi untuk tamu Mario. Debby bolak balik dari ruangan Mario ke mejaku. Kami mencocokkan harga dan spesifikasi unit kabel yang akan Pak Regan pakai untuk proyek selanjutnya.
Pak Regan ini , sosok yang teliti dan perfeksionis mungkin.

*Gambar disadur dari website

Sekitar jam 12.00 siang , Pak Regan dan Mario keluar ruangan. Sepertinya sudah selesai. Aku berdiri kembali menunduk hormat padanya. Ia hanya tersenyum.

"Baiklah Mario , saya harap next project akan berhasil juga seperti proyek yang sekarang. Saya harus cek lokasi juga buat menentukan pakai kabel yang mana." Ucap Pak Regan saat sedang di depan pintu lift.

Dan Mario mengatakan seperti biasa akan melakukan yang terbaik dan berharap kerjasama ini terjalin lagi.

Lalu Pak Regan pun pergi setelah pintu lift terbuka.
Mario menghampiriku.

"Lunch bareng yuk" Mario mengajakku makan siang bareng di restoran dekat kantorku. Kali ini Pak Rustam ikut menemani.

Hari ini berjalan seperti biasa. Sibuk.
Ya namanya di kantor , tidak ada kata santai.
Santai berarti tidak ada pekerjaan.
Tidak ada pekerjaan berarti tidak ada income perusahaan.
Perusahaan tidak mendapatkan income , lalu para karyawan siapa yang akan menggaji mereka?

*
*
*

Aku dan Mario sudah sampai dirumah. Setelah selesai makan malam , kami bersantai diruang tengah. Kami menonton TV. Melihat acara documenter polisi Amerika yang sedang menceritakan bagaimana mereka menangkap penjahat dan memecahkan kasus pembunuhan berantai.

Aku bersandar didada Mario. Dia memainkan rambutku. Kami menikmati malam ini , karena kepenatan dikantor sungguh menguras tenaga dan pikiran.

Lalu terdengar suara bel pintu. Bu Jum segera kedepan untuk melihat siapa yang datang.

"Siapa Bu yang datang?" Tanya Mario saat Bu Jum melewati kami.

"Teman Tuan" jawab Bu Jum

"Hey bro! Duh romantis banget sih. Tiga hari cuti enggak cukup?" Tiba-tiba saja suara riuh muncul. Siapa lagi kalau bukan Miko and the gank.

Kulihat mereka membawa banyak kantung plastik berisi makanan dan minuman.
Mereka duduk bersama kami. Dan segera mengeluarkan isi kantung tersebut.
Miko memberikan paper bag berisi kotak sedang.

Aku menerimanya dan Segera membukanya.
Aku langsung mengulum senyuman.

"Terima kasih kak" ucapku

"My pleasure , cutie pie" Miko

Mario menatap Miko dengan tajam.

"Santai man. Itu cuma kue. Mika kan suka kue." Jelas Miko

Aku membuka kotak kue tersebut. Harum.
Miko membelikanku kue lapis Mandarin. Aku segera memotongnya menjadi beberapa bagian.

Aku suapi Mario. Dia terlihat enggan memakannya. Mungkin gengsi menerima pemberian Miko. Apalagi sebenarnya kue itu memang sengaja dibeli untukku.
Lucu melihatnya cemburu begitu.

Yang lainpun tidak luput mencoba kue tersebut. Ini adalah perkumpulan kami yang pertama sejak aku dan Mario menikah.

"Gimana udah nikah, enak enggak?" Tanya Andri disertai senyuman jahil.

"Enak lah. Apalagi halal , enggak main solo lagi gue" jawab asal Mario

Mereka terbahak-bahak mendengarnya.

"Maksudnya apa?" Tanyaku yang masih belum paham

"Mika. Nih gue kasih tahu ya , rahasia kotor suami Lo yang terlihat seperti anak baik-baik ini. Diam-diam dia itu , suka bawa foto Lo ke kamar mandi dan membayangkan yang ena-ena sama Lo. " Andri menjelaskan.
Mario wajahnya memerah menahan malu dan ingin protes.

Aku berteriak dan memukul lengan Mario.

"Ich , kamu apa-apaan sih?! Dasar mesum!"

"Aduh! Sakit , love" Mario mengelus-elus tangannya yang kupukul.

Andri dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat kami.
Aku pergi ke belakang membawa sebagian potongan kue , ingin kuberikan ke Bu Jum.

Mario

"Gimana?" Tanya Nathan setelah Mika menghilang menuju kamar Bu Jum.

"Gue yang pertama dan terakhir buat dia" Mario tersenyum puas.

"Gue udah yakin , dia virgin. Dia bohong soal udah enggak virgin." Nathan

"Lo jangan sakiti si cutie pie! Sampai Lo nyakitin dia , gue orang pertama yang bakal nyuruh dia divorce sama Lo." Miko

"Sialan! Gue baru tiga hari menyandang status suami istri. Kenapa bahas divorce sih Lo nyet!?" Mario

"Tadi pagi , pegawai gue bilang bakal nunggu jandanya Mika. Anjrit! Pada nyumpahin gue mati ya?" Timpal Mario

"Punya bini cantik, makan hati Lo " Andri terkekeh

"Mika gue enggak bakal selingkuh kayak mantan Lo itu!" Mario

"Bangsat! Ngapain bahas dia?!" Andri tersinggung

Nathan dan Miko memegang lengan Andri , agar tidak melayangkan pukulan di wajah Mario.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top