26. I'm a Queen
Semua berjalan lancar , dari prosesi ijab sampai resepsi. Semua berjalan sesuai rencana. Lancar , aman terkendali. Tuhan melancarkan niat kami ini.
Resepsi dilaksanakan di ballroom hotel bintang lima. Ballroom yang mewah. Tidak pernah terlintas akan menikah dengan acara semegah ini.
Dengan musik pengiring pengantin yang up beat , menambah suasana menjadi riuh bahagia. Banyak yang ikut menari dan para undangan sungguh terlihat bahagia dan menikmati pesta ini.
Semua bersenang-senang. Acara malam ini meriah. Saatnya kami berfoto.
Miko , Andri dan Nathan datang untuk berfoto bersama kami.
Kulihat Miko disudut bibirnya ada sedikit luka. Miko dan Nathan datang sendiri tanpa pasangan. Andri datang bersama sekretarisnya karena katanya sekalian me-lobi rekan bisnis Mario.
Oiya , kak Andri ini seorang duda tanpa anak. Just info. Diantara mereka berempat yang sudah menikah eh ralat , yang pernah menikah adalah kak Andri. Namun sayangnya bercerai. Entah kenapa.
Sedangkan Miko masih senang berpetualang.
Nathan? Kayaknya Nathan yang paling lempeng diantara yang lain. Bukan apa-apa. Nathan lebih netral. Tidak terlalu kekiri dan juga tidak terlalu kekanan. Lurus banget juga enggak.
Hmm, ngerti kan maksudku?
"Kak Miko kenapa bibirnya?" Tanyaku disela kami akan berfoto
"Habis cium cewek orang , eh cowoknya kesetanan" Miko
Andri dan Nathan tertawa sambil melirik Mario.
Akupun melirik kearahnya.
"Apa?" Tanya Mario saat ia melihat aku menatapnya.
Aku hanya tersenyum. Dan kupeluk dia erat. Mario tersenyum.
"Are you serious cutie pie?" Miko merasa diabaikan
"Yang kamu lakukan itu JAHAT" Miko berlakon ala film AADC.
Kami semua tertawa kencang sekali melihat Miko. Dan akhirnya kami mendapatkan pose foto yang bagus. Kami bahagia.
Ibuku terlihat sangat bahagia. Ayahku pun bahagia. Mami Mario pun turut bahagia. Tidak ada papi Mario. Beliau sudah meninggal. Dan kini yang mewakilinya adalah paman Mario.
Disini pun aku mulai dikenalkan dengan keluarga besar Mario.
Sampai saat ini sambutan mereka baik terhadapku.
Namun entah , tantenya Mario , Tante Selvi seperti tidak menyukaiku. Dia tersenyum,namun senyumnya sulit diartikan.
Ya semoga saja itu hanya perasaanku.
Pesta megah telah usai. Kedudukan ku sebagai Ratu telah habis. Aku dan Mario menginap di hotel ini. Sedangkan ibuku pulang kerumah , beliau tidak terbiasa menginap. Ayahku tentu saja pulang kerumahnya.
Mami juga pulang. Yang menginap dari keluarga Mario hanya paman Mario yang mendampinginya tadi dan Tante Selvi dan putrinya , Angel.
Kamar kami menginap sungguh besar. Presidential suit. Dihias sedemikian rupa dengan bunga mawar putih dan pastel. Kamar juga harum semerbak mawar. Tidak ada mawar merah.
KenaWHY?
Because , I don't like red rose.
Ahh , sungguh L E L A H dan B A H A G I A.
Semua lancar dan terkendali.
Aku duduk di sofa panjang nan mewah , bak ratu Yunani. Ukiran Sofanya dapat mengangkat derajat seseorang yang mendudukinya.
Mario bersimpuh didepanku. Aku yang masih menengadahkan kepalaku keatas , sontak kaget merasakan kaki ku sedang disentuh.
"Kamu mau apa?!" Aku kaget melihat dia berjongkok didepanku.
"Kaki mu bengkak" Mario segera melepas Stiletto ku yang tingginya sungguh terjal.
Ya ampun! Jadi seorang ratu harus berkorban juga ya. Dan aku enggak mau lagi berkorban dengan memakai Stiletto curam itu.
"Iya , itu kan sepatu pilihanmu!" Aku menyalahkannya.
"Kalau memang enggak nyaman , harusnya bilang dari tadi." Mario sekarang sedang mengompres kakiku dengan air hangat.
Lumayan. Ototku agak relax.
"Terima kasih. Ini nyaman banget" Aku memejamkan mataku.
Gaun dan riasan rambutku belum kulepaskan.
"That's not free , love" Mario berdiri , ia membuka tuxedo putihnya.
Aku langsung menatapnya.
"Dasar pamrih!" Aku menaikkan sebelah alisku
"Ini bukan pamrih. Tapi , jika kita melakukan hal baik , akan mendapatkan imbalan yang baik pula. Begitupun sebaliknya" Mario
"Ya ya. Bicara sama kamu , selalu ada aja jawabannya."
Mario terkekeh.
"Makanya , aku yakin pasti kamu akan memberikanku imbalan yang luar biasa." Mario mendekatiku dan menuntunku agar aku berdiri.
Aku berdiri dan ingin melepaskan riasan rambut dan gaunku.
"Jangan dilepas" ucapnya
"Tapi aku harus mandi dulu"
"Nanti juga mandi. Aku heran gaun pernikahan sebagus ini buat apa? Apa hanya untuk di pamerkan ke para tamu? Aku dari tadi udah enggak sabar making love sama kamu saat sedang memakai gaun ini." Mario mengelus punggung terbuka ku dan aku seperti tersengat listrik.
"Ya ampun! Dari tadi di pesta , dipikiran kamu cuma making love gara-gara lihat gaunku?" Aku berpegangan pada pundaknya , menahan kakiku yang masih bengkak.
"Hmm..." Dia mulai mencium leher dan telingaku
Tangannya mulai bergerilya dari pundak , ke punggungku dan meremas pinggangku.
Ouh! Sengatannya.
Mario menciumku dengan lembut. Menikmati setiap garis bibirku. Aku membalas ciumannya dan kami melakukan French kiss. Mungkin ini adalah French kiss terlama kami. Aku sampai kehabisan oksigen. Gila! Ini liar.
Mario tampak menikmati momen ini. Aku sudah membuka kancing kemeja yang Mario kenakan. Dan entah itu kemeja aku lempar kemana. Mario sudah membuka pengait gaunku , terpampang lah payu*dara ku tanpa penghalang. Mario menatapnya dengan penuh minat.
Lalu aku digendong ala Brydal. Kulihat manik cokelat Mario dengan jarak sedekat ini. Matanya seakan memujaku , sensual.
Bukan bermaksud terlalu percaya diri. Tapi tatapan mata mudah terbaca.
Mario mendudukkan aku diranjang yang harum mawar. Kami berpagutan kembali. Kali ini lebih rakus , lebih dalam dan agak kasar. Kurasakan gairah Mario mungkin sudah membuncah. Begitupun denganku.
Normal kan?
Aku direbahkan oleh Mario perlahan. Tanpa kusadari , aku sudah naked. Mario pun sudah bertelanjang dada , menyisakan celana panjangnya saja. Ouh sexy! Siap-siap enggak kuat iman buat para wanita di luar sana yang melihat ini.
"Just relax sweety. It's just foreplay." Mario melihat aku menegang dan takut dengan ini semua.
Dia mencumbu ku kembali dan ia turun ke bagian inti ku. Aduh! Apalagi ini?
Hmm , jangan tanya apalagi yang ia lakukan.
Tentunya sangat nikmat. Malu? Iya awalnya , namun kenikmatan itu menghapus segala rasa malu dan khawatir.
Dan sekarang saatnya menikmati menu utama.
Damn! My hubby is so sexy!
Perutnya yang kotak-kotak , tegap , tatapan penuh sensualnya sedang menarik sabuk dan celananya dengan cepat. Dan , juniornya? Speechless lah. Aku hanya bisa menelan salivaku. Napasku masih tersengal-sengal.
"Aku tahu ini pertama bagimu kan?" Mario mengelus rambutku sambil menatapku sexy.
Aku diam saja. Aku takut.
Dia mencium ku kembali , sesekali meremas payu*daraku. Dan dengan sukses lenguhanku keluar lagi tanpa tahu malunya. Mario mulai mendekatkan juniornya .
Dan...
"Arrggh..."
Aku meringis perih dan air mata keluar dengan sendirinya. Mario menciumku kembali dan sesekali menggigit leherku. Kupejamkan mataku. Rasa sakit ku sudah berganti dengan rangsangan lain. Ia mulai menghentakkan perlahan namun pasti. Semakin lama , aku semakin terbiasa dengan gerakannya.
Semakin cepat dan cepat.
"Shit!"
"Fuck!"
Segala umpatan ia ucapkan saat sedang menghentak. Tapi itu terdengar sexy. Tidak terdengar kasar.
Dan pelepasan kami pun berbarengan.
Malam ini aku yakin akan menjadi malam yang panjang.
❤️❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top