25. Doggy, Donat dan Bucin
Aku langsung memeluknya. Penuh rasa yang bertumpuk dan membuncah didada.
Rindu , senang , rindu yang berat. Cuma tiga ternyata.
Ya intinya sih rindu.
Dia balas memelukku. Lama kami berpelukan tanpa bicara. Aku hanya memejamkan mataku. Merasakan kembali tubuh ini di lingkaran tanganku , menghirup aroma parfum yang bercampur dengan aroma tubuhnya yang selalu kurindukan.
Lalu , akhirnya kulepaskan juga pelukan ini.
"Kamu kenapa kesini?" Tanyaku akhirnya
"Kenapa enggak tanya kabar aku?" Dia balik bertanya
"Kabar kamu kan baik. Tadi kita kan habis chat. Gimana sih? Jangan balas pertanyaan dengan pertanyaan." Aku
"Tapi sekarang kabar aku lagi enggak baik-baik aja." Mario
Kami berjalan ke ruang tamu. Dan duduk di sofa panjang bersampingan.
"Kenapa? Ada masalah diproyek?" Aku
"Kerjaan lancar. Masalahnya di hati aku." Mario
"Hah? Maksudnya?" Aku
"Kamu enggak berubah pikiran dengan pernikahan kita kan?" Mario menggenggam tanganku sambil menatapku menunggu jawaban
"Enggak. Kenapa tanya begitu?" Aku heran melihatnya.
"Aku akan menghapus jejaknya." Mario langsung menciumku dengan lembut penuh rasa rindu.
Aku masih mencerna kalimatnya tadi.
Setahuku 'menghapus jejak' adalah sesuatu yang orang lain lakukan pada tubuhku dan akan ia lakukan persis seperti orang tersebut. Definisi menurutnya yang aku tangkap. Tentu saja di kamus besar bahasa Indonesia pengertiannya lain. Please , jangan Googling!
Oh , ya ampun! Apa Mario tahu ,Miko menciumku?
Mario masih menciumku. Aku memejamkan mataku. Merasakan kerinduan yang teramat sangat dari ciumannya.
Mario melepaskan ciumannya.
"Kamu __ tahu?" Tanyaku ragu
"Ya. Si bule sialan itu telepon aku. Memberitahuku. Enggak ada rahasia diantara kami. Persaingan pun akan kami lakukan terang-terangan." Mario
"Maaf" Aku
"Yang penting dihati kamu cuma aku , aku enggak keberatan." Mario mengusap kepalaku
Ya ampun! Dia enggak marah?
Aku membuka bungkusan sate ayam yang tadi dibeli. Aku ke dapur mengambil piring.
"Kamu beli sate ayam?" Mario
"Iya tadi pas diantar pulang sama Miko , kami mampir. Aku lagi pengen sate ayam."
"Si bule itu yang beliin?"
Aku mengangguk sambil memakannya. Mario mengambilnya juga.
"Harusnya beli 100 tusuk. Uang si bule banyak , enggak bakal miskin dia" Mario berucap sambil merenggut walau tetap memakan sate.
"Aku kan ditraktir bang bule , bukan bang Bokir."
Mario tertawa.
"Ngomong-ngomong,pekerjaan Miko apa sih? Punya banyak uang tapi kerja santai."
"Kerjaan dia banyak. Serabutan. Udah jangan bahas dia terus."
"Oiya! Aku sampai lupa. Kamu kan belum boleh ketemu aku sampai nanti pas kita sah."
"Hari ini aku harus ketemu kamu , aku enggak mau jejak si Miko membekas dipikiran kamu. Jadi aku harus buat jejak baru dulu." Mario
"Kok aku ngerasa kamu kayak doggy sih , pakai buat jejak segala." Aku tertawa kencang sekali
"Enggak apa-apa jadi doggy nya kamu. Aku emang setia seperti doggy."
"Ich, bucin tahu enggak kayak gitu?"
"Bucin?" Mario bingung
"Budak Cinta. Bucin. Jangan kayak gitu , nanti disangka orang-orang,aku memperbudak kamu." Aku
"Ini bukan budak cinta. Tapi kesetiaan,komitmen,cinta. Terserah , orang bilang apa tentang aku. Pokoknya dunia aku cuma kamu saat ini" Mario menatap lekat mataku
Blush
"Ehem , ya udah makan lagi tuh."
"Jangan ngalihin pembicaraan. Selama hubungan kita berjalan , kamu belum pernah bilang cinta ke aku."
Aku diam.
"Aku akan nunggu sampai kamu mengucapkan kata cinta dari mulut kamu. Aku paham dengan keadaan ini. Pernikahan ini juga terjadi karena desakan dariku. Jadi __ aku akan tunggu." Mario
Hening...........
"Loh , nak Mario? Kenapa malam-malam datang kemari?" Tiba-tiba ibu keluar dari kamarnya.
Rumah kami tidak tingkat. Hanya satu lantai. Ibu enggak mau semakin kesepian dengan rumah besar. Lebih baik rumah sederhana namun hangat. Itu kata ibu. Tapi Mario membelikan rumah ini tetap tidak sederhana. Apalagi buat ukuran ibuku , katanya ini rumah mewah sekali. Bagaimana kalau ibuku lihat rumah Mario??
"Maksud ibu __ ini kan masih pingitan. Belum boleh loh ketemuan." Ibu meralat kalimatnya.
"Iya Bu , kangen. Maafin deh." Mario terkekeh
"Ya , jangan aneh-aneh. Sabar. Sebentar lagi juga sah." Ibu
"Ibu mau kemana?" Tanyaku
"Haus , mau ke dapur dulu." Ibu berjalan ke arah dapur
"Ya sudah , saya juga mau pamit Bu. Biar cepat istirahat. Besok harus ke lapangan juga soalnya" Mario mencium tangan ibuku dan pamit.
Aku mengantarnya ke depan.
"Hati-hati ya" aku mencium pipinya.
"Cium disini dong" dia menunjuk ke bibirnya
"Ada ibu! Lagipula ini diluar , takut dilihat orang"
"Kalau gitu , ayo masuk ke mobilku dulu."
"Ich dasar!" Aku memukul lengannya.
"Kamu tahu enggak kenapa donat bolong tengahnya?" Mario
"Kenapa nanya donat sih?" Aku
"Jawab aja."
"Hmm , kalau enggak bolong ya bukan donat" Aku
"Karena , yang utuh dan enggak bolong cuma cintaku sama kamu" Mario tertawa
"Dasar! Belajar darimana gombal begitu?"
"Tapi suka kan kamu aku gombalin?" Dia menatapku sensual
"Ya sudah , masuk sana. Udah malam." Lanjutnya
"Aku lihat sampai mobil kamu enggak kelihatan lagi , baru aku masuk"
"Ya udah. Night love. Sweet dream. Mimpiin aku." Mario mengecup keningku
"Bye and night." Aku
Mario berjalan menuju mobilnya , kemudian mobilnya pun melaju. Aku menatap mobilnya sampai menghilang dari pandanganku.
Aku suka momen seperti ini. Ini membuat ku nyaman.
Dulu ingat waktu ku kecil. Ayahku suka datang tiap malam. Tidak pernah bawa apapun. Tapi aku senang dengan kehadirannya. Aku merasa dicintai , disayangi dan yang terpenting aku merasa dia menganggap aku putri kesayangannya. Walaupun ternyata bukan (mungkin,karena aku tak tahu).
Ayah menemaniku sampai tertidur. Walaupun aku sebenarnya pura-pura tidur. Karena senang saja berada di pelukannya , ditepuk-tepuk punggungku.
Saat ia yakin aku tertidur , ia akan pergi.
Dan saat aku dengar pintu kamarku tertutup , aku langsung bangun , berdiri dan mengintip dari jendela kamarku. Kulihat Disana punggung ayahku perlahan menghilang. Dan air mata selalu turun. Padahal waktu itu aku masih kelas 4 SD.
Setiap kali dia pergi dari kamarku , saat itulah rasanya hatiku patah.
Aku masuk kembali ke rumah dan mengunci pintu saat yakin mobil Mario sudah tak terlihat.
Aku ke dapur membereskan makanan tadi. Kulihat ibu sedang memakan sate ayam tadi.
"Mario yang bawa ini?" Tanya ibu
"Bukan. Tadi dibeliin sama Miko" Aku
"Loh? Tadi Miko juga kesini?"
"Tadi ketemu Mika di Mall sepulang karaoke. Jadi dia antar Mika pulang"
"Ooh. Jangan terlalu dekat dengan Miko. Sepertinya dia ada perasaan sama kamu." Ibu
Ibu betul! Baru saja dia mengutarakannya.
"Iya Bu. Tapi kenapa ibu berpikiran seperti itu?"
"Yaaah , dari cara dia menatap kamu , berbicara sama kamu itu beda. Jaga perasaan Miko dan Mario. Mereka berteman. Jangan terlalu dekat dengan Miko , karena akan memberi harapan padanya dan juga supaya menjaga perasaan Mario" ibu
"Mario sudah banyak memberikan segalanya buat kita. Terutama kamu. Jangan kecewakan. Kalau memang tidak mau , ya berhenti dari sekarang" lanjutnya
Ya ibu benar. Harta dan perasaannya sudah diberikan padaku.
Entah kenapa orang baik hati seperti dia , lebih memilihku jadi istrinya.
Bahkan dia tahu Miko menciumku , dia tidak marah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top