24. Cupid yang Salah?

Sudah dua Minggu ini aku dipingit. Yang artinya , aku tidak boleh bertemu dengan Mario selama sebulan ini. Dan aku juga tidak boleh bepergian jauh.
Kata orang dulu , 'pamali calon pengantin pergi jauh'.

Pekerjaan di kantor tetap aku tangani. Hanya saja lewat email dan aplikasi chat saja. Atau bahkan , jika memang urgent , Pak Rustam akan mengantarkan file-file penting yang harus dikerjakan. Atau juga beberapa kali , Debby datang kerumahku untuk saling berkomunikasi mengerjakan proyek baru.
Ya , akhirnya Mario mendapatkan proyek besar dengan PT.Vision. Pak Regan , pemimpin perusahaan tersebut akhirnya menandatangani kontrak kerja pada kami.

Oleh karena itu , Mario pun disibukkan dengan pemantauan proyek tersebut. Lumayan mengurangi rasa rindu , begitu katanya.
Dan ternyata , akupun merindukannya.

Ibuku bahagia dengan kesibukan di kedainya.
Oiya , ada seseorang yang berhati mulia memesan makanan di kedai ibuku untuk di sumbangkan ke Masjid tiap Jumat.
Dan , sering juga memesan makanan untuk diberikan kepada para pekerja. Seperti tukang becak , tukang ojeg atau bahkan pemulung yang ditemui dijalan.
Entah siapa orangnya. Semua diserahkan kepada ibuku. Dari menu apa saja yang akan diberikan , sampai ke lokasi. Donatur tersebut mempercayakannya pada ibuku.
Dan dana yang diberikan , orang tersebut hanya melakukan transfer saja ke rekening ibuku.
Awalnya ibuku meminta down payment terlebih dulu , syarat untuk terjadinya transaksi. Namun ternyata , orang tersebut langsung membayar lunas di awal.
Ya , semoga donatur tersebut selalu dilindungi Tuhan. Siapapun dia.

Sore ini Debby , Helen dan Nisa datang kerumahku. Kami mengerjakan beberapa penawaran kerja yang baru , tidak , yang mengerjakannya hanya aku dan Debby. Ada perusahaan lain yang ingin bekerja sama dengan kami. Sungguh Minggu yang sibuk.
Helen dan Nisa hanya sebagai seksi sibuk mengunyah cemilan yang mereka bawa dan menghabiskan isi kulkas ku.

"Undangan pernikahan Lo udah di sebar di kantor." Ucap Debby

"Oya? Semuanya?"

"Iya. Semuanya pada kaget. Ha...Ha.. dan Lo tahu Theo? Dia nangis pas terima undangan nikah Lo " Debby

"Dan ternyata.... Oh Em Ji... Si Theo naksir berat sama Lo " Helen dengan hebohnya menjelaskan

Mereka tertawa terbahak-bahak jamaah. Sedangkan aku? Masih bingung dengan perkataan Helen.

"Theo tuh naksir sama Lo "
Nisa mengerti ke - tidak - pahaman ku.

"Demi apa?!" Aku kaget

"Demi Mr.Crab yang mata duitan itu. Ha...Ha..." Helen masih terbahak-bahak

"Theo kecewa , ternyata saingan dia adalah si bos. Akhirnya gue bilang aja ke dia , supaya mundur dan jangan terlalu banyak berharap." Helen

"Kau terlalu kejam!" Ledek Nisa ke Helen

"Hai Nona , aku tidak kejam. Tapi memberikan dia kenyataan yang tak terbantahkan." Helen ngakak sampai mengeluarkan air mata.

"Lo bahagia banget lihat Theo menderita?" Aku

"Awas karma. Nanti cinta" Debby

"Oh No! He is not my type!" Helen

"Sok yakin Lo ! Awas nanti jatuh cinta" Nisa

Awas nanti jatuh cinta
Cinta kepada diriku
Jangan-jangan ku jodohmu
Kamu terlalu membenci
Membenci diriku ini
Awas nanti jatuh cinta kepada kuuu....

Debby dan Nisa menyanyikan sepenggal lagu dari band Armada.

Aku hanya tertawa saja melihat tingkah mereka. Helen tentu saja mengamuk.
Melemparkan bantal sofa ke arah Debby dan Nisa.

"Eh , udah lama juga kita enggak karaokean. Gimana kalau malam ini? Kuy lah?" Nisa

"Dimana? Jangan jauh-jauh" Aku

"Ya elah. Mall kan dekat sini. Ayolah , karaoke doang" Nisa

"Hayuk deh. Gue juga bosen." Aku akhirnya

Kami menyelesaikan pekerjaan kami , sedangkan Helen dan Nisa menumpang mandi untuk membersihkan diri mereka.
Setelah kami selesai dengan pekerjaan kami , Debby pun segera mandi dan hanya meminjam kemeja ku saja.

Setelah ku bersiap dengan pakaian ku , kami segera meluncur ke sebuah Mall yang dekat dengan komplek perumahan ku. Kami diantar oleh Pak Yanto , supir ku yang Mario pekerjakan dirumahku.
Berasa seperti nyonya saja.

Kami diantar sampai lobby Mall. Pak Yanto pun meluncur kembali ke rumahku. Aku menyuruhnya untuk pulang saja , karena kami ingin bersenang-senang. Nanti jika akan pulang , aku akan menghubunginya.
Aku sudah mengabari Mario sebelumnya , bahwa kami akan karaoke di Mall ini.

Setelah memasuki room tempat kami akan bernyanyi gila-gilaan , kami memesan makanan dan minuman terlebih dulu. Setelah pelayan datang membawa pesanan kami , kami segera memilih lagu apa yang akan kami nyanyikan.

Kami disini benar-benar bersenang-senang. Tidak peduli dengan suara kami yang Sember , yang serak-serak berlumpur , cempreng , sampai nadanya berlarian entah kemana. Yang kami tahu , kami menikmatinya.
Melepas penat dan bosan. Sesekali kami mengobrol yang isinya unfaedah , begitu kata anak jaman now.

Tidak terasa , sudah pukul 21.15. Mall sebentar lagi akan tutup. Kami sudahi kegiatan bernyanyi yang memalukan ini.
Saat kami keluar dari room.

"Cutie pie?!!"
Suaranya sangat kukenal , terlebih dengan sebutannya.
Yep , si bule Miko yang memanggilku.
Aku menoleh kebelakang.

"Kak Miko? Kok ada disini?" Tanyaku

"Ikut teman hangout aja. Kalian berempat saja?" Tanya Miko saat melihat Debby , Helen dan Nisa ada di sampingku.

"Iya , kami mau pulang." Ucapku

"Ayo , aku antar" Miko

Kami berjalan bersama. Debby , Helen dan Nisa sudah memesan taxi online. Mereka semua rumahnya beda arah. Jadi mereka memesan taxi sendiri-sendiri. Sedangkan aku , diantar pulang dengan Miko.

Kami berpisah di lobby Mall. Aku dan Miko menuju parkiran basement. Menuju mobil Miko.
Kami menaiki mobil Range Rover sport 3.0 HSE hitam. Mobil yang memberi kesan manly banget , cocok buat Miko.

"Nanti mampir ke sate ayam sebrang Mall ya kak?" pintaku

"As you wish my cutie pie" Miko menundukkan kepalanya beradegan seperti pelayan istana.

Aku hanya tertawa dan geleng-geleng saja.

Kami sudah di kedai sate ayam. Aku segera memesannya. Tapi tidak dengan Miko. Kami duduk di dalam mobil sambil menunggu pesananku selesai.

"Bagaimana pekerjaan? Masih sibuk?" Tanya Miko

"Hmm , ya. Seperti biasa , sibuk banget."

"Tak terasa sebentar lagi kamu akan menjadi pengantin"

"Iya kak. Aku pikir , aku menikah akan diumur 26 tahun. Tapi ternyata lebih cepat." Aku menyenderkan kepalaku di jok ku.

"Aku mau tanya , boleh?" Miko merubah posisi duduknya, menghadap ku. Aku langsung menoleh ya dan memposisikan miring menghadapnya.

"Apa?" Aku

"Aku ingin mengutarakan perasaan ku pada gadis itu." Miko

"Oya? Tidak peduli dengan pengantin prianya?" Aku tersenyum tipis

"Rasanya sesak , menimbun sebuah perasaan cinta terhadap seseorang didepan kita. Tapi tidak bisa diutarakan. Rasanya ingin meledak." Miko

"Utarakan lah jika memang membuat hati kak Miko lega. Tapi, jangan menyesal nanti apapun keputusan wanita itu." Aku mengingatkan.

Miko terdiam.

"Mika __ my cutie pie __ I Love you." Miko menggenggam tanganku. Aku masih bingung mencerna kalimat yang keluar dari mulutnya.

"Kak __" Aku

"Yes, cutie pie. I really love you. Aku tahu ini salah. Mencintai calon pengantin sahabatku. Tapi , siapa yang tahu si cupid menancapkan panahnya di hati siapa?" Miko

"Mario tahu ini?" Tanyaku

"Ya , dia tahu. Dan bahkan aku secara terang-terangan mengatakan padanya , aku akan merebut mu sebelum pernikahan" Miko tertawa miris

"Kak , kalian bersahabat. Aku ___" ucapanku terpotong olehnya.

"Okay. Aku tahu jawabanmu. Jangan diteruskan" Miko melepas genggamannya

"Aku pernah bilang kan? Kakak berhak bahagia. Carilah yang lebih baik dari Mika. Kakak orang yang baik , pasti mendapatkan yang baik pula." Ucapku

Dia menoleh.

"May I kiss you?" Mario

Aku diam. Bingung harus menjawab apa.

"Ini yang pertama dan terakhir. Promise! Sebelum kau jadi milik sahabatku." Miko

Aku mengangguk pelan.
Oh No!!
Apa ini?!
Tapi aku tidak tega melihatnya.
Okay , just one kissed.

Miko mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Oh my God! Hembusan nafasnya mulai terasa diwajahku. Dia mencium lembut bibirku. Sangat lembut dan penuh cinta yang kurasakan.
Aku tidak membalasnya. Aku tidak mau , memberinya harapan yang sia-sia.
Aku pejamkan mataku. Merasakan kelembutannya.
Lalu ia melepaskan pagutannya. Kubuka mataku. Wajahnya masih berada didepanku.
Dia tersenyum. Dia kecup keningku dengan lembut.

"Terima kasih. Aku akan selalu menjadi kakakmu mulai sekarang." Miko

Tok...Tok...Tok...

Kaca jendela Miko diketok dari luar. Miko turunkan kaca jendelanya dan penjual sate menyerahkan bungkusan pesanan milikku. Miko menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayarnya.

Selama perjalanan pulang , kami hanya diam.
Setelah sampai didepan pagar , aku turun dari mobil Miko. Dan Miko pun turun , mengantarku sampai depan pintu masuk.

Saat didepan pintu rumah. Aku berbalik.

"Kak , terima kasih sudah mengantarku dan mentraktir ini." Senyumku sambil mengangkat bungkusan sate ayam.

"Maaf , aku enggak bisa ajak kakak mampir. Ini sudah malam." Aku menjelaskan.

"Iya , aku ngerti. Santai aja." Miko

"Emm , Mika __" Miko langsung memelukku.

"Semoga kamu selalu bahagia" ucapnya tulus masih dengan memelukku.

Aku yang masih kaget , langsung tersenyum mendengar kalimatnya. Aku balas memeluknya.

"Kak bule juga ya. Berbahagialah." Aku menepuk-nepuk punggungnya pelan.

Dia melepaskan pelukannya. Dia tersenyum.

"Hati-hati. Jangan berbuat hal bodoh!" Ancamku

Dia tersenyum dan mengacak-acak rambut atasku.

"Bye" Dia pergi melambaikan tangannya dan tangan sebelahnya dimasukkan ke kantong celananya.

Aku melihatnya sampai mobilnya menghilang. Lalu aku masuk ke rumah dan segera mengunci pintu rumah.

Saat akan berjalan meninggalkan pintu yang sudah kukunci. Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Kenapa lagi si kak bule? Kok balik lagi?" Gumamku

Aku membuka pintu dan terlihat sosok tegap , tubuh kekar. Sosok yang selalu kurindukan.

"Mario?" Aku menatapnya tak percaya dia ada di hadapanku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top