23. Kedai Baru Ibu

Hari ini , hari terakhir ku bekerja dikantor. Namun pekerjaan tetap berjalan selama aku dirumah. Semua akan lewat email dan telepon saja.
Hari terakhirku melihat Mario.
Sebulan lagi , aku baru akan bertemu dengannya.
Pingitan , segera dimulai esok hari.

Hari ini aku akan pulang kantor dengan cepat.
Aku dan ibuku akan membereskan rumah baru kami.
Ya , dua hari yang lalu , Mario membelikanku rumah ini. Katanya untuk ibuku.
Ada seorang ART juga yang akan menemani dan membantu ibuku disaat nanti aku sudah menikah.
Jadi , ibuku tidak akan kesepian. Paling tidak , tidak sendirian. Dan sebuah mobil beserta supirnya. Agar ibuku bisa diantar ke tempat ibuku berjualan. Itulah yang Mario katakan.

Ruko juga sudah dibelikan untukku dari Mario. Katanya untuk usaha ibuku. Ibuku tetap ingin berjualan makanan. Berupa kantin.

Semua peralatan untuk kebutuhan jualan sudah siap. Meja , kursi dan segala tetek bengeknya.
Semua sudah lengkap.
Mario memang tidak main-main jika mengatakan akan menanggung biaya hidup ibuku.
Tapi aku malah semakin berat menerimanya. Seakan menikah denganku adalah menjadi beban untuknya.
Dia begitu memikirkan semuanya. Bahkan sampai usaha ibuku.

Rencananya , nanti sore , Andri , Nathan , Miko dan Mario akan mengunjungi ruko kami.
Ibuku sudah mulai berjualan.
Kedatangan mereka tentu saja untuk meramaikan usaha ibuku.

Saat ini aku sudah berada dirumah baruku. Rumah plus isinya , Mario berikan padaku. Masih agak berantakan.
Aku membereskan yang belum selesai.
Setelah selesai membereskan , aku beranjak ke kamarku dan mandi.

Hari sudah semakin sore. Aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Saatnya menuju ruko tempat ibuku.

Aku mendengar suara mobil masuk pagar rumahku. Aku keluar untuk melihatnya.
Ternyata Mario dkk sudah datang. Mereka hanya membawa dua mobil.

Lalu , Mario keluar dari mobilnya dan menyusul teman-temannya.
Mario menghampiriku yang masih berdiri didepan pintu rumah. Ia mengecup keningku.

"Hai love. Pretty , as always." Ia memujiku

Aku hanya tersenyum dan melihat teman-temannya. Aku persilakan mereka masuk ke dalam. Terlihat banyak bawaan ditangan mereka.

"Banyak banget bawaannya?" Tanyaku pada kak Andri.

Kami sudah berada di dapur. Mereka membawa banyak buah , daging segar , aneka makanan ringan dan minuman kemasan dari jus sampai bersoda.
Aku masukkan ke dalam kulkas. Sisanya aku susun di dalam lemari pantry.
Mario juga tak lupa membelikan peralatan kebersihan untuk lantai.
Ah , terlalu peduli dia.
Semakin banyak hutangku.

"Kamu enggak usah beliin banyak perlengkapan gini. Aku juga bisa beli kok."Aku bicara pelan , takut terdengar dengan yang lain. Walaupun yang lain sedang asyik meminum sodanya sambil bergurau di meja seperti mini bar.

"Enggak masalah. Apapun buat kamu , aku enggak keberatan" Mario sambil menarik pinggangku secara posesif.

"Ini __ terlalu banyak. Rumah , ruko , mobil , supir. Aku rasa sudah cukup. Aku enggak mau membebani kamu" jelasku sambil menunduk.

"Hussh! Kamu bicara apa? Enggak ada yang merasa terbebani disini." Mario mengecup pipiku

"Gue mau dibebani sama Lo cutie pie" Miko menimpali

"Breng*sek! Elo panggil bini gue cutie pie??!" Mario menoleh ke Miko dengan tajam

"Yes. She's cute , I called her cutie pie. Masalah?" Miko sambil meminum sodanya.

"Shit! Miko , gila Lo!" Andri

Mario menghampiri Miko dan ia segera menarik kerah kemeja Miko. Miko tersenyum remeh.
Aku yang bingung , ketakutan melihat Mario seperti itu.

"Elo belum cukup beliin dia sepatu? Don't to far , dude" Mario

"Hei , udah. Kita disini mau merayakan rumah dan ruko baru Mika. Gue mohon sama Lo Miko , tahan diri Lo hari ini." Ujar Andri menengahi

"Kalian ini kenapa si? Sering bareng tapi juga sering ribut" Aku menghampiri Mario dan menggenggam tangan Mario

Aku dan Mario menjauh dari Miko.

"Cih! " Miko

Akhirnya , Andri berinisiatif agar kita pergi ke ruko ibu. Aku dan Mario di mobil Mario. Sedangkan Miko , Nathan dan Andri di mobil Andri.

"Kenapa si kamu sensitif banget hari ini?" Tanyaku saat sudah didalam mobil.

"Aku enggak suka Miko manggil kamu dengan cutie pie. "

"Tapi itu lucu loh. Aku suka dipanggil cutie pie. Menggambarkan aku ini imut." Aku nyengir

Mario melotot melihatku.

"Aku sudah menganggap si bule itu seperti kakakku. Kak Andri dan juga Kak Nathan. Mereka menyenangkan walau sering jahil. Jadi rasanya ,kecemburuan kamu ke si bule , enggak masuk akal ah" jelasku

'Miko menyukaimu, bagaimana mungkin aku enggak cemburu dengar panggilan manis untukmu'
Gumam Mario.

"Aku tetap enggak suka dia manggil kamu seperti itu" kekeuh Mario

"Aku besok udah mau di pingit. Aku mohon hari ini kita jangan bahas hal yang membuat hubungan kita renggang." Aku

"Baiklah. Jangan dibahas lagi. Aku juga mau hari ini kita menghabiskan waktu sampai larut." Mario menghela napasnya dan menggenggam jemariku sambil tetap fokus menyetir.

Akhirnya kami sampai di kedai makan ibuku. Ibuku membuat sebuah kedai makan. Harga menu makanannya tidak mahal. Tujuan ibuku adalah , membantu orang yang ekonomi dibawah. Harga menu disini benar-benar merakyat. Semoga saja kedai ibuku bisa ramai dengan tujuan yang mulia seperti itu , semoga Tuhan memberkati usaha ibuku ini.

Kami semua turun dari mobil , segera memasuki kedai ibuku. Kami disambut oleh ibu dengan wajah berbinarnya. Aku senang melihat ibu bahagia seperti itu.

"Kalian kalau mau makan , ambil saja ya. Disini sistemnya ambil sendiri" ibu menjelaskan.

Kami semua mengangguk. Aku berdiri menghampiri ibu. Membantu sebisaku dan mengobrol sedikit dengan pegawai ibuku.
Mario , Nathan , Andri dan Miko mulai berdatangan ke meja menu. Mereka mengambil sendiri makanan mereka. Sebanyak apa , pokoknya sepuas mereka.

"Nak , pegawai disini juga bawaan dari Mario" jelas ibu. Kami berdua duduk agak jauh dari Mario dkk.

"Bu , Mika ragu. Mika takut membebani Mario. Kami belum menikah , tapi sudah banyak yang Mario keluarkan. Bahkan urusan pernikahan , Mika benar-benar enggak tahu apa-apa"

"Ibu merasa aneh , dia enggak mungkin hanya seorang karyawan biasa kan?" Ibu

"Sebenarnya Mario itu bos Mika" jelasku akhirnya

"Hah?! Ya ampun Mika. Betapa beruntungnya kamu" ibu sontak memelukku.

"Oiya , kamu sudah menghubungi ayahmu? Kamu sudah bilang sama ayah , kalau kamu akan menikah?" Lanjut ibu

"Sudah kemarin. Mika kerumah ayah kemarin." Jawabku datar

"Lalu , dia akan datang kan?" Ibu

"Iya. Ayah datang" Aku sudah tidak tertarik untuk membahasnya.

Oh , sungguh. Jangan bahas ayahku. Aku tidak tertarik dan tidak ingin sama sekali membahasnya.

Aku meminum teh hangat di depanku. Ibuku hanya menatapku dalam diam. Dia paham. Aku tahu itu. Jadi ibu tidak akan memperpanjang pertanyaan yang lain mengenai ayah.

"Ibu cuma minta , berdamai lah dengan hatimu. Ibu juga membencinya. Tapi itu dulu. Sekarang ibu sudah memaafkan dan ibu ingin hidup tenang tanpa ada perasaan benci" ibu

"Akan Mika coba" aku menolehkan tatapanku kearah Mario dkk.

"Mika , ke Mario dulu ya Bu?" Aku pamit sebentar. Ibu hanya mengangguk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top