22. Mario Keselek Terus. (Kan Aneh??!)

Aku menghampiri Mario dan Miko diruang tengah. Mereka sedang duduk.

"Mau makan dulu atau makan brownies dulu?" Tanyaku.

"Makan dulu saja yuk? Aku sudah lapar" ucap Mario sambil berdiri menghampiri ku dan menarikku agar berjalan berbarengan. Miko menyusul dibelakang kami.

Aku sudah menyiapkan aneka buah yang sudah kusajikan didalam piring. Mario terbiasa memakan buah terlebih dahulu sebelum makan berat.
Kusiapkan piring untuk Mario,Miko dan juga aku makan. Semua sudah kuambilkan satu per satu.
Lalu aku duduk dan memakan beberapa buah yang ada didepanku.

"Gue jadi pengen punya istri kayak Mika , yang nyiapin makanan kayak gini." Ucap Miko tiba-tiba.

Mario terbatuk "uhuk...uhuk... Sial!"

Aku memberikan Mario air minum.

"Jangan mengumpat di meja makan!" Aku

"Lo terlalu frontal" lanjut Mario menatap Miko.

Miko hanya terkekeh sambil memakan nasinya. Aku menatap mereka berdua sambil mengunyah nasi.

"Sampai janji itu terucap , baru gue berhenti" Miko.

"Shit!" Mario menaruh sendok dan garpunya dengan kasar sehingga suaranya berdenging keras.

"Love , kamu kenapa sih? Jangan marah-marah. Ayo makan dulu." Aku menggenggam jemari Mario yang ada di sampingku.

Mario agak tenang dan melanjutkan makannya.

"Tadi gimana gaunnya? Kamu suka?" Mario bertanya padaku.

"Hmm , bagus. Iya kan kak bule? Kata si bule aja aku cantik pakai gaun itu."

Mario terbatuk kembali.

"Kamu kenapa sih hari ini? Keselek terus!" Aku memberikan air minum pada Mario.

"Gue terpaksa minta bantuan Lo. Kalau Nathan atau Andri ada , enggak bakal gue minta tolong sama Lo " Mario berkata pada Miko.

"Berarti keberuntungan berpihak ke gue" Miko

"Aku juga dibeliin sepatu sama bule. Cantik" jelasku

"Sepatu?" Mario

"Iya , Louboutin. Dua pasang." Aku dengan sumringah.

"Ngapain lo beliin Mika sepatu? Emangnya gue enggak mampu beliin dia.?" Mario

"Anggap aja hadiah pernikahan dari gue" Miko

Lalu Mario diam saja dan melanjutkan makannya. Kami hanya diam. Miko tetap santai dengan wajah datarnya.

Setelah selesai makan dan aku pun selesai membereskan meja makan.

"Gue balik dulu. Mika mau gue anter enggak?" Tawar Miko

"Enggak usah! Udah cukup hari ini." Mario cepat menjawabnya , sebelum aku menjawab pertanyaan Miko.

"Ini kak." Aku memberikan kotak kecil

"Apaan nih?" Tanya Miko

"Brownies. Makan cokelat biar mood nya bagus dan semangat nyari cewek baik-baik ya" aku menyemangatinya

Ia terkekeh dan mengacak pucuk rambutku. Ia menerima bungkusan brownies buatanku.
Lalu ia melenggang pergi.

Aku dan Mario duduk di ruang tengah sambil menonton acara di TV cable , acara aneka fauna dan sembari mengemil brownies buatanku.
Mario melihat paper bag di samping sofa.

"Itu apa?" Dia menunjuknya

"Itu sepatu dari Miko" Aku

"Jangan terima pemberian orang terus. Aku kan bisa beli. Kamu tinggal minta aja."

"Aku juga enggak tahu dia mau beliin aku sepatu. lagipula , itu kan hadiah pernikahan dari dia. Emang kenapa sih?" Tanyaku bingung.

"Aku enggak suka kamu bergantung dengan orang lain selain aku" Mario mengecup leherku.

"Ya udah , sekali ini aja. Sayang juga , sepatu mahal." Aku nyengir

Mario mengacak rambutku.

"Miko tadi bilang di mobil , ada gadis yang dia suka. Tapi katanya , gadis itu mau menikah." Jelasku.

Mario terbatuk kembali.
Aku mengelus punggungnya.

"Dia bilang begitu ke kamu?" Tanya Mario.

Aku mengangguk.

"Kamu kenal sama gadis yang Miko sukai? Kayak apa sih? Cantik? Sexy?" Aku penasaran sama gadis yang enggak bisa dia sentuh. Setahuku , Miko punya 1001 cara menaklukkan wanita. Bahkan list wanita ONS nya saja sudah panjang.
Kenapa gadis ini , tidak bisa dia taklukkan.?
Kan aneh dengan segala track record miliknya.

"Kenapa si kamu penasaran banget?" Mario

"Ya aneh aja , kenapa yang ini enggak bisa dia sentuh?"

"Dia kalah cepat sama pria yang mau menikahi gadis itu." Jelas Mario

Aku hanya ber 'O' saja tanpa suara.

"Mandi gih sayang. Anterin aku pulang ya" Aku

"Nginep aja"

"Enggak mau! Belum boleh"

"Cuma tidur aja , enggak bakal iya-iya. Walaupun sebenarnya pengen iya-iya sama kamu" Mario tertawa jahil

"Kamu ya! Cepat mandi sana!"

"Nginep aja!"

"Enggak mau. Kasian ibu sendirian"

Mario mengangguk. Dia segera menuju lantai atas dan segera mandi agar segera mengantarku.

Setelah selesai mandi , Mario turun menuju tempatku duduk. Aku masih setia menonton TV. Kulihat dia sudah dekat denganku , aku segera berdiri ingin segera pulang.

Namun saat akan berdiri , Mario menjatuhkan tubuhku ke sofa. Ia mencium ku lembut. Ia mengusap leherku. Semakin lama , ciumannya semakin menuntut. Aku sudah hampir kehabisan napas.
Mario mulai mencium leherku.

"Arrggh...hhhh" aku sedikit berteriak sambil mendesah saat ia mulai menggigit leherku.
Ku dorong tubuhnya kebelakang , sehingga gigitannya terlepas.

"Jangan di leher. Semua orang besok bisa lihat leherku penuh tanda darimu" Aku

"Hmm , berarti tempat selain leher boleh ya?" Mario mulai melepas kancing bajuku perlahan dengan senyum penuh arti.
Matanya sudah berkabut , napasnya terasa panas.

"Sayang , please. Udahan ya? Antar aku pulang" pintaku

"Sebentar lagi sebulan aku enggak bakal ketemu kamu , video call juga enggak boleh. Lagipula , kenapa harus ada adat pingitan sih?" Mario ngedumel

"Justru dengan begitu nanti pas menikah , kangen-kangenan" Aku

Mario masih melepas kancing bajuku , ini sudah kancing ke tiga.

"Sebentar aja ya?" Pintanya dengan suara seraknya

Tanpa menunggu jawaban dariku , ia membenamkan wajahnya dileherku dan mulai menggigit kecil didada atasku.
Aku berusaha sekuat tenaga tidak mengeluarkan suara kenikmatan.
Mario makin bergerak tidak karuan.
Dia melepaskan kancing bajuku yang tersisa.
Aku tersadar. Aku dorong tubuhnya sekuat tenaga. Hingga akhirnya dekapan dia terlepas.

Ia melihatku dengan penuh gairah. Napasnya masih tersengal-sengal. Dia menatap ke payu*daraku yang masih terbungkus bra.
Aku segera mengancingkan kembali bajuku.

Dia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Arrggh.." Mario frustasi.

"Ayo! Udah malam" Mario beranjak dan segera berjalan menuju depan.

'ih , siapa suruh cium-cium? Bukannya nganter pulang dari tadi.' gerutuku dalam hati.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top