20. Fitting Gaun Pengantin
Tidak terasa , sebulan lagi menjelang pernikahan ku dengan Mario. Hari ini aku akan mencoba gaun pengantin ku.
Aku tidak menyangka , aku akan menjadi seorang ratu dalam sehari nanti di hari pernikahan ku.
Sudah dua Minggu ini , aku bekerja keras menyelesaikan semua pekerjaanku. Karena empat hari lagi , aku akan bekerja dirumah. Ibuku meminta agar aku dipingit. Jadi selama satu bulan kedepan , aku tidak akan bertemu tatap dengan Mario.
Cincin pernikahan , souvenir pernikahan , undangan juga sudah beres. Sebagian undangan sudah disebar. Mario mendahulukan undangan ke rekan bisnisnya dan keluarga dekatnya. Untuk orang di kantor kami , kami belum membagikannya. Namun yang sudah tahu tentang pernikahanku adalah Debby , Nisa dan Helen saja.
"Love , kamu ke butik ditemani Miko ya? Aku enggak bisa hari ini. Tiba-tiba Pak Regan dari PT. Vision memajukan rapatnya. Aku juga baru dapat kabar dari Debby." Jelasnya
Aku saat ini sedang berada diruangannya. Mario masih sibuk dengan aneka berkas yang sangat penting. Aku tahu itu , karena kemungkinan kami akan bekerja sama dengan Pak Regan. Kemungkinan ini adalah proyek besar. Jadi hal ini tidak akan di sia-siakan oleh Mario.
"Kamu udah bilang sama Miko nanti jemput aku?" Tanyaku
"Sudah. Sebentar lagi dia datang. Tadi dia sudah chat aku. Kamu siap-siap saja ya." Dia hanya menoleh sebentar.
"Ya sudah. Kamu jangan lupa makan ya. Kabari aku secepatnya." Ucapku.
"Kamu juga ya." Mario
Aku berjalan akan keluar ruangannya. Lalu Mario menghampiri ku.
"Enggak cium dulu?" Mario bertanya dengan manja.
Aku mencium bibirnya sebentar.
Mario menarikku kembali , kami berciuman lagi. Kali ini lebih panas , lebih dalam dan lebih bergairah.
Karena kesibukan kami , walau kami sering bersama. Namun waktu untuk bermesraan berdua sangatlah jarang. Apalagi ditambah dengan segala perihal urusan pernikahan ini.
Ciuman ini kurasakan kerinduan yang teramat. Entah sejak kapan , kami kini sudah berada di sofa. Mario berada diatas ku , posisiku masih terduduk di sofa. Tangan Mario menelusup masuk ke dalam rok span ku. Hari ini aku memakai rok.
Usapannya membuat jantungku loncat-loncatan dan kulitku meremang.
"Sayang , sebentar saja kekamar pribadi ku ya?" Ajak Mario.
"Enggak. Aku enggak mau!" Tolakku.
"No sex. Hanya mencumbu. Aku udah hilang kontrol , almost, shit!"
"No!"
Akhirnya aku bangun dan membereskan pakaianku yang berantakan.
"Kenapa hari ini memakai rok?" Tanyanya
"Celanaku semua kotor. Aku belum cuci , mau ku laundry malah lupa terus."
"Gara-gara rok kamu. Aku hilang kendali"
"What?! Kok rok ku yang salah? Kamunya aja yang udah napsuan. Enggak sabar."
Mario hanya terkekeh.
"Ya sudah , pergilah. Tapi ingat! Jangan terlalu dekat dengan Miko.! Mulutnya manis." Mario memperingati ku.
"Ha...Ha...Ha... Si bule itu enggak akan tertarik padaku. Dia itu genit , pasti type wanita yang dia suka adalah wanita sexy seperti model."
"Kamu lebih sexy , aku takut Miko merayumu"
"Sudah ah! Jangan lebay , please. He's your friend. Jadi enggak mungkin dia akan merebut sesuatu yang milik temannya." Aku berlalu meninggalkan Mario sambil melambaikan tanganku.
'Yeah , I wish. Kamu tidak tahu saja kalau Miko memang menyukaimu' gumam Mario.
*
*
*
Saat ini , kami sedang berada di mobil Miko.
Ya , aku dan si bule Miko. Hari ini Miko bersedia mengantarku ke butik untuk mencoba gaun pernikahanku.
Mario sudah meminta tolong pada Andri dan Nathan , tapi ternyata mereka harus keluar kota untuk urusan bisnis.
Jadi , hanya Miko yang Mario andalkan.
"Tumben kamu hari ini pakai rok?" Tanya Miko heran.
Ya semua orang heran , karena selama ini aku kerja memakai celana bahan hitam panjang.
"Semua orang bertanya sepertimu. Bosan dengarnya" aku tidak menjawab pertanyaannya.
Miko tertawa pelan.
"Ya wajarlah heran , selama ini kamu kan selalu memakai celana panjang. Tapi bagus juga kamu pakai rok , ternyata paha mu putih dan mulus." Miko tersenyum mesum sambil melirik pahaku.
"Hei , jangan mesum. Dasar bule!" Aku melotot kearahnya
Dia tertawa terbahak-bahak.
"By the way , sebenarnya pekerjaan kak bule apa sih?" Aku bertanya. Aku memanggil Andri , Nathan dan Miko dengan sebutan kakak.
"Serabutan" jawabnya enteng
"Iya serabutan itu , serabutan yang bagaimana? Soalnya kak bule tajir juga. Apartemen ada tiga yang disewakan , rumah juga ada dua disewakan. Tapi Mika enggak pernah lihat kakak pergi ke kantor. Seperti freelance. Jam kerjanya santai" aku masih heran , penghasilan dia itu datang dari mana? Pekerjaan santai dan tidak tetap tapi semakin kaya saja. Bahkan ia berencana membeli villa dan sebuah gedung perkantoran untuk disewakan kembali.
"Ya , anggap saja aku freelance." Ucapnya tanpa menjelaskan
"Huh , pelit banget si! Cuma mau tahu pekerjaan apa , siapa tahu aku bisa mengikuti jejak kak bule." Aku tersenyum sambil menaikkan-naikkan alisku.
Dia diam melihatku. Entah tatapannya mengartikan apa.
"Jangan! Lebih baik jangan mengikuti jejak ku. Kamu enggak perlu bekerja , kan ada Mario yang akan membiayai hidupmu" ucapnya sambil menatap kedepan , fokus menyetir.
Aku diam saja. Masih tidak mengerti , kenapa dengan pekerjaannya?
Aku menoleh kearahnya sambil berpikir keras.
"Sudah , jangan bahas aku. Jangan dipikirkan juga. Pekerjaan ku enggak penting" dia mengacak rambut atasku sambil tersenyum.
Tak lama kami sampai di butik tujuan kami. Setelah memarkirkan mobil , kami keluar dan berjalan memasuki butik tersebut.
Aku takjub dengan butik mewah ini. Saat kami datang , kami sudah dilayani dengan sangat - sangat ramah oleh para pegawai disini.
"Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya salah satu pegawai padaku.
"Aku sudah janji akan mencoba gaun pengantin hari ini." Ucapku
"Oh , dengan nyonya Mikayla ya?" Jelasnya lagi
"Iya"
"Baik, mari nyonya ikut saya kebelakang. Tuan , silakan duduk dulu. Ingin kopi atau teh?" Pegawai tadi menyapa Miko
"Hmm , teh manis hangat saja" Miko duduk di sofa mewah tersebut dengan menyilangkan kakinya.
Pegawai tersebut meminta pegawai lain untuk membuatkan teh untuk Miko. Dan ia segera menuntunku ke belakang untuk mencoba gaun pengantin pesananku.
Saat sampai diruang ganti , gaun pengantinku sudah siap. Para pegawai membantu ku memakai gaun itu.
"Mari nyonya , kita kedepan" ucap pegawai tersebut.
Aku dituntun kedepan. Ada tirai kuning gading yang tertutup di depanku.
"Nyonya tunggu disini ya"
Aku hanya mengangguk tersenyum. Aku masih meneliti gaun yang membungkus tubuhku. Terlihat sekali gaun ini mahal. Walau aku memilih yang simpel , namun tetap terlihat mewah. Atau mungkin hanya mataku saja yang bilang ini mewah.
Tak lama , tirai besar berwarna kuning gading didepan perlahan terbuka.
Aku masih berdiri , setelah terbuka semua tirainya , di depanku ada Miko. Masih setia duduk dengan gaya boss nya. Saat ini dia hanya memakai kemeja kerja yang kedua lengannya sudah digulung sampai siku , beberapa kancing atasnya sudah terbuka , memakai celana bahan berwarna cokelat dan sabuk ber logo 'H' brand terkenal yang harganya selangit.
Lalu Miko menoleh kearahku. Dia diam saja dengan wajah datarnya. Lalu berdiri , namun tidak bergeming ditempatnya. Tak ada senyum jahil ataupun kata-kata jahilnya yang keluar. Dia hanya diam mematung tanpa ekspresi.
"Kak!" Panggilku
Dia masih diam , namun tetap melihatku.
"Kak Miko!" Aku tinggikan suaraku.
Akhirnya dia menjawab.
"Hmm...." Hanya bergumam saja yang kudengar.
"Gimana kak?" Tanyaku sembari ku putar tubuhku , seakan seperti seorang model.
"Suami nyonya terkesima" ucap pegawai yang ada disitu.
Aku menoleh ke pegawai tersebut dan tersenyum
"Dia bukan ___"
"Cantik" ucapanku terpotong dengan satu kata yang keluar dari mulut Miko. Dia tersenyum manis.
Aku merona malu. Kalau Miko saja bilang aku cantik dengan gaun ini , berarti Mario juga akan suka dengan gaun ini. Aku sudah membayangkan wajah Mario saat melihatku memakai gaun ini.
"Baiklah , aku kebelakang lagi ya. Aku mau ganti" ucapku pada Miko.
Dia mengangguk pelan. Lalu kulihat dia berjalan melihat-lihat gaun pesta yang terpajang di butik itu.
Saat diruangan ganti , aku menunggu pegawai yang tadi datang. Namun sudah 15 menit mereka tidak datang juga. Aku membuka pintu untuk melongok keluar. Namun tidak ada pegawai tadi. Sepi. Tapi aku melihat Miko tidak jauh dari situ. Ia sedang melihat sepatu wanita.
Ingin kupanggil dia , namun kuurungkan. Aku malu ingin minta tolong padanya.
Namun gaun ini tidak bisa kubuka sendiri.
Akhirnya aku melongok keluar lagi , Miko masih ada disitu.
"Kak Miko!" Panggilku
Ia menoleh dan menghampiri ku.
"Loh? Belum ganti baju dari tadi?" Tanyanya heran
"Aku nungguin mbak yang tadi bantu aku , enggak datang-datang. Ini enggak bisa buka sendiri. Tolong bantu buka kak.?" Pintaku akhirnya.
Miko akhirnya mencoba membantu ku membuka ritsleting gaun ini. Aku menghadap ke cermin besar didepanku. Dari cermin itu bisa kulihat , Miko sedang membantu membuka beberapa kancing dan ritsleting gaunku yang berada dibelakang.
Kulihat dari cermin tersebut , wajahnya masih saja datar.
Lalu kurasakan tangan dinginnya tak sengaja menyentuh kulit punggungku. Aku terkesiap dan menatapnya melalui cermin. Ia pun melihatku. Kami bertatapan melalui cermin. Tak lama ia memutus pandangannya terlebih dahulu.
"Sudah , kamu cepatlah ganti baju. Aku tunggu di depan" ujarnya sembari keluar ruangan.
Aku menghela napasku lega. Aku takut dia menjahili. Tapi hari ini , ada yang aneh padanya. Wajahnya datar saja. Tidak ada ekspresi. Biasanya dia yang paling gencar mengejek dan menjahili dengan kata-kata mesumnya.
Aneh. Apa dia sedang banyak pikiran?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top