19. Ketemu mami

Hola genkz , ya ampun , gue senang banget dapat vote dari kalian yang sudah mampir kesini. Beneran , sebahagia ituh diriku tiap kali melihat notifikasi di HP. Ada beberapa yang mulai memfollow diriku juga. TERIMA KASIH atas apresiasi kalian. TERIMA KASIH sudah menyukai cerita si amatir ini. Semoga kalian selalu bahagia.

💙
💙
💙

Kami berangkat ke kantor bersama. Hari ini disupirin oleh Pak Rustam. Hari ini kami duduk berdua di kursi penumpang belakang , aku sibuk menelpon ibu , mengabarinya.
Sedangkan Mario sibuk mengelus-elus tanganku.

"Udah dong , malu ada Pak Rustam." Aku singkirkan tangannya setelah aku selesai menelpon ibu.

"Ada masalah Pak?" Tanyanya

"Enggak ada boss , santai aja." Ucap Pak Rustam sembari melirik kami dari spion depannya.

"Kamu dengar kan? Pak Rustam enggak masalah dengan kegiatan kita." Mario kembali menarikku agar mendekat dan ia mencium pipiku hingga leherku.

"Please, jangan leher." Aku menoleh kearahnya dengan sedikit berbisik.

Dia tertawa jahil.

"Kenapa? Suka ya?" Tanyanya jahil.

"Mulai deh!"

"Leher kamu , tempat favorit aku" katanya sambil mencium kembali leherku.

Aku melotot ke arahnya. Kulirik Pak Rustam dari kaca spion , ia sedang tersenyum. Entahlah , ia mendengar ucapan Mario atau tidak.

Kami telah sampai di pelataran parkir kantor.

"Pak, keluar dulu saja. Ada yang mau saya bicarakan dulu dengan Mika." Ucap si tukang perintah , Mario.
Banyak sekali julukan buat dia.
Diktator , pemaksa , tukang perintah , tukang ungkit.

Pak Rustam keluar dari mobil , kulihat dari dalam , Pak Rustam berjalan langsung masuk ke gedung kantor.

"Mau bicara ap ___ emmhhh" tanyaku terpotong. Tentu saja berlanjut dengan suara desahan yang lancar keluar dari mulutku.
Ia menciumku , lembut namun bergairah.
Ah , bahaya ini. Dekat-dekat dengannya memang berbahaya.
Aku ingin mendorongnya , namun respon tubuhku melakukan sebaliknya.
Kupikir aku akan mendorongnya , ternyata aku malah menarik kerah kemejanya dengan kencang. Ia semakin merapatkan tubuhnya. Aku dinaikkan keatas pangkuannya.

Ia membuka kancing kemejaku , ia tenggelamkan kepalanya di leherku. Aku semakin merasakan panas sekujur tubuhku. Panas penuh gairah. Aku belum pernah mencapai tahap ini dengan Azka dulu.

Aku merasakan sesuatu yang menegang dibawahku.
Tidak , ini harus dihentikan!

"Love __ please. Berhenti." Aku bicara sambil mendesah.

"Shit! Jangan bicara! Semakin menggairahkan kamu bicara sambil mendesah begitu" Mario masih menciumi leherku.

Tak lama ia berhenti. Ia memelukku erat. Kudengar napas dan detak jantungnya masih memburu dengan cepat.

Setelah ia mengatur napasnya , ia mengancingkan kembali kemejaku. Ia rapihkan rambutku.

"Aku benar-benar susah mengontrol diriku. Maafkan aku" Mario mengecup punggung tanganku.

"Aku keluar duluan ya , kamu rapihkan kemeja dan dasimu itu." Aku keluar dari mobil sambil membawa laptop

Saat memasuki lobby kantor , aku bertemu Theo.

"Hai Mika , hari ini cantik banget." Godanya

"Emang biasanya gue jelek ya?"

"Biasanya cantik , tapi hari ini lebih cantik"

"Gombal Lo , dasar buaya , pagi-pagi udah ngegombal. Pasti Lo sarapannya mie instant rasa mantan"

"Ha...Ha...Ha... Kamu udah punya pacar belum? Kalau belum , sama aku aja ya?"

Aku mendelik melotot kearahnya dan ingin menjawabnya , namun tidak jadi karena...

"Theo , sedang apa disini?" Mario datang menghampiri kami

"Eh Pak Mario , lagi ngobrol aja sama Mikayla sembari nunggu lift" Theo

Mario hanya mengangguk.
Lalu pintu lift terbuka.

Kami masuk , namun Mario menahan Theo yang masih diluar lift.

"Kamu nanti saja , ada yang mau saya bicarakan dengan Mika." Lalu Mario menekan tombol menutup pintu lift.

Theo hanya melongo.

"Jangan dekat-dekat dengannya." Mario berkata setelah pintu lift tertutup.

"Kami hanya ngobrol biasa. Dia kan emang begitu"

"Tetap saja. Matanya melihatmu dengan tatapan yang lain. Aku enggak suka melihatnya." Tegasnya

Aku hanya mengangguk. Malas membahas hal tidak penting. Apalagi Theo. Dia kan emang playboy kantor. Jadi semua orang tahu sepak terjangnya. Dan dia enggak mungkin punya perasaan serius sama aku. Semua hanya gombalan basi dari mulutnya.

*

*

*

Sekarang pukul 03.00 pm , aku ijin pulang kantor terlebih dahulu. Seperti ucapanku kemarin , aku memang ijin pulang lebih awal. Aku pulang diantar Pak Rustam. Tentu saja ini permintaan Mario. Tak boleh menolak! Begitu katanya.

Oke. Lumayan diantar sampai rumah , irit ongkos dan tidak capek-capek harus menunggu busway.

Setelah sampai dirumah , aku mencium punggung tangan ibuku. Dan bergegas mengganti baju.
Aku segera ke dapur dan bersiap membuat kue.

"Tumben Ka pulang cepat?" Tanya ibu

"Mika diajak ke rumah Mario ,Bu. Mau dikenalkan ke maminya."

"Ooh. Gerak cepat juga dia."

"Makanya , Mika mau bikin kue untuk maminya."

"Mau bikin kue apa?" Tanya Ibu

"Kue klasik yang jadul aja deh. Maminya Mario orang Chinese kan? Bikin spikoe aja ya? Dan chiffon pandan. Biar seimbang. Spikoe banyak kolesterol , chiffon kan  tidak mengandung kolesterol,karena memakai putih telur." Ucapku jelas.

"Ya terserah kamu aja. Sempat bikin brownies kukus enggak buat ibu?" Tanya ibu

"Bisa. Masih banyak waktu. Nanti Mika bikin ya."

Aku segera menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue. Mulai menimbang aneka bahan dan menyiapkan loyang , memanaskan oven.

Ibuku jago dalam hal memasak. Sedangkan aku?
Aku enggak jago masak dan bikin kue.
Masak bisa. Tapi jangan membandingkan dengan Ibu ya. Sudah pasti jauh levelnya.
Membuat kue? Aku enggak jago , tapi aku senang membuat kue. Karena aku suka sekali memakan kue.
Bikin kue , kupelajari secara otodidak. Aku lihat di YouTube.

Sekitar pukul 06.00 pm , aku selesai. Benar-benar selesai. Dapur sudah dibersihkan. Aku juga sudah mandi. Tinggal menunggu jemputan Mario saja.
Aku sudah menyiapkan kue yang akan kubawa untuk mami Mario.

Semua sudah rapi aku packing dengan cantik. Dan aku mengambil beberapa potong brownies kukus untuk dibawa , agar Mario menyicipinya sedikit.

Mario datang , kami berpamitan pada ibu. Setelah masuk ke mobil , aku menyuapi Mario dengan brownies kukus yang kubawa.

"Coba ya?" Aku sodorkan dekat ke mulutnya.

Dia memakannya.

"Hmm , enak. Mirip yang di Bandung. Tapi ini lebih enak" ucapnya

"Iya dong. Aku pakai cokelat berkualitas yang mahal punya" Aku membanggakan

"Pintar bikin kue ternyata ya"

"Belum ahli. Tapi aku suka , membuat kue seperti mood booster buatku." Jelasku

Mobil kami akhirnya melaju. Tidak begitu jauh dari rumahku. Sehingga dengan cepat kami sampai ke rumah maminya Mario.

Setelah mobil masuk ke halaman rumah tersebut , kami keluar. Aku membawa plastik kue untuk maminya.

Lalu, maminya menyambut kami dengan senyuman manis. Beliau lebih tua dari ibuku , tapi tetap cantik dan menawan. Lalu ia mencium kedua pipiku. Menyambutku dengan ramah.

Kami langsung menuju meja makan. Beliau sangat senang mendapatkan kue spikoe kuno dariku. Beliau mencobanya sedikit , dan katanya enak sekali.
Mami makan hanya satua potong saja. Berjaga-jaga , karena kue tersebut berbahaya untuk orang yang sudah berumur.
Sungguh aneh , kue enak dan mahal namun berakibat bagi kesehatan untuk seseorang yang berusia lanjut.
Miris memang. Padahal kue ini digadang-gadang oleh penjual sebagai kue mahal dan sering disebut premium .

Melihat itu , aku bertekad akan menikmati kue itu nanti sepuasnya. Mumpung masih muda. Aku masih bisa memakan apapun tanpa takut.  Ya , tetap tahu diri juga memakannya. Karena apapun yang berlebihan kan tetap tidak baik.

Selesai makan malam , kami membicarakan perihal rencana pernikahan.
Mami kaget , Mario mengutarakan ingin menikah denganku. Tapi mami senang , akhirnya Mario akan segera melepas masa lajangnya.
Karena , menurut perkataan mami , Mario belum pernah membawa wanita manapun untuk dikenalkan ke mami. Jadi , aku adalah wanita pertama yang Mario kenalkan ke mami.
Ada perasaan bangga.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top