Run!

Suara aneh seakan mengikuti Diana dan Velina

Suara itu mengejar bagaikan sang elang mendapatkan buruan tepat didepan mata. Suaranya bergema nampak mengandung artian kalau siapapun tak akan dapat selamat dari kejarannya

Disini sekarang, dua orang bertampang loser lari terbirit-birit, seakan mendengar suara aneh itu adalah panggilan kematian mereka

Diana sudah kalang kabut dibuatnya, Velina yang lemas entah dari mana mendapatkan kekuatan Sehingga bisa lari menyamai Diana

Entah apa yang mereka rasakan saat ini. Layaknya buronan yang sudah menyebabkan kasus yang meresahkan, lari bagaikan tawanan yang kabur dari penjara

Anggap saja sesuatu yang mengejar mereka sebagai polisi yang siap kapan saja melepaskan tembakan

Ingin berbelok arah, terlihat lorong antara rumah tua seperti menggiurkan untuk dilalui, tapi bagaimana dengan Diana?

Terserah bagi Velina, bagaimana jika Diana memang berniat pergi dari sini tanpa membawa Indah?

Tidak!

jika memang mereka berniat pergi dari desa ini, seharusnya mereka berbalik arah kebelakang. Velina yakin, Diana ingin menjemput Indah dulu

Tidak ada suara selain suara yang menggema seakan berada diatas kepala mereka

Keaa.. keaa.. keaa..

Terbesit rasa ingin tahu mengenai sosok apa yang mengejar mereka saat ini. Velina takut sekedar menengokkan sebentar kepalanya, agar ia tahu siapa yang mengejar mereka

Bukannya lucu? berlari tak pasti dengan perasaan takut sementara kita tak tahu siapa sang pengejar

Apakah harus melihatnya? Agar kau yakin dengan keputusanmu yang memilih berlari? haruskah itu? berharap dirimu tenang setelah mengetahuinya dan beranggapan kau memang pantas berlari darinya

Terlintas ingatan yang baru saja ia alami di kolam itu, rasa mual seakan menggelitik perutnya, lambungnya seakan terlilit oleh sesuatu

Membayangkan kau yang yang dicengkeram dengan kuku tajamnya dengan lehermu di jilat oleh mayat

Sungguh menjijikkan, dan kau hampir saja masuk ke dunia hantu itu kalau saja temanmu tak datang tepat waktu

'Brengsek!'

Velina saat itu buta, buta akan segalanya karena melihat keindahan yang ternyata sebuah ilusi belaka

Matanya hanya melihat sebuah kolam dengan air yang sangat jernih dan terasa segar dikulit

Hey Velina adalah perempuan normal, siapa yang tak tergiur jika disuguhi pandangan seperti itu?

Velina berani bertaruh, jika posisinya ditukar dengan Diana, pasti Diana juga akan tergiur dengan pemandangan itu

"Brengsek!" teriak Velina masih dengan posisi berlari tepat disamping Diana

Diana yang mendengar Velina berteriak menggunakan kata kasar, langsung menatap Velina sebentar

Diana langsung merasa tak enak.. bersamaan kini mereka berlari, berlari menjauh dari suara itu

Hinggap rasa bersalah pada hatinya, rasa bersalah karena melibatkan kedua temannya ini dalam bahaya

Diana meneliti keadaan sekitar, berharap melihat sebuah pohon yang ia tandai dengan daya ingatnya. Berharap mereka segera sampai di pohon itu. Membawa Indah pergi dan Tiara

ia sadar, seharusnya ia tak berinsiatif mengunjungi hutan ini dan melibatkan dua sahabatnya

Matanya terus waspada, setiap pandangannya tertuju pada pohon yang sedang, berharap disana ada Indah dan Tiara

Tapi entah kenapa ia merasa perjalanan ini semakin jauh, bukannya pulang kembali ketempat tujuan harusnya terasa dekat? Tapi ini sebaliknya

Kea... kea... keaa...

"Velina!"

terlepas sebuah kalimat yang disusul dengan teriakan ketakutan dari mulut Diana

Velina semakin pucat kala mendengar itu, tak peduli langkahnya yang sudah kian melambat tapi ia paksakan bergerak cepat

Suara itu serasa semakin dekat, dekat seperti tepat berada beberapa meter atau mungkin senti dibelakang mereka

Velina limbung, hampir terjatuh, akibat salah langkah, tapi segera ia paksakan kakinya berpacu teratur kembali agar badannya yang tertunduk dapat tegap kembali setelah hentakan kakinya yang melaju kedepan

"Di-Diana! apa itu?" ujar Velina yang sudah bisa menguasai tubuhnya

"Aku tak tahu, yang pasti jangan menengok kebelakang!" balas Diana yang terus melajukan larinya

Nafas mereka tersenggal-senggal saat ini, kepala serasa berat, dan entah kenapa mereka sudah bergetar saat berlari

Takut eh?

Wajah atau tampang loser kini tercetak jelas di raut mereka berdua

Velina entah kenapa dapat keberanian, setelah mendengar Diana mengatakan "Jangan menengok kebelakang!" Membuat Velina jadi penasaran

Kalimat Diana barusan menjadi pemicu penasarannya, entah apa yang berada dibelakangnya saat ini

Tengkok lah.. lihat aku..

Terdengar bisikan lirih memasuki indra pendengarnya, mempengaruhi kerja otaknya yang memprioritaskan lari

Berbalik lah kebelakang..

Velina semakin penasaran.. masih memikirkan hal yang sempat menganggunya

Aneh... aneh rasanya melarikan diri dari sesuatu yang kau tak tahu itu apa

Lihat aku.. tengok kebelakang.. pantaskah kau melarikan diri dariku?

Velina benar-benar terganggu, terganggu akan suara yang terus menari-nari dikepalanya

Bisikkan halus itu membuatnya tak bisa menahan diri untuk sekedar menengokkan kepalanya

Dengan gerakan lambat Velina menengokkan kepalanya.. mengganti pandangannya melewati bahu, baru setengah saja Velina menengok, ia sudah mendengar teriakkan Diana

"Velina! Jang... "

Tak ada lagi suara Diana seakan menggantung ia dengar, suara Diana tiba-tiba menghilang saat ia menolehkan pandangannya kebelakang

Dan lihat saja, ia sama sekali tak menemukan objek apapun disana atau sesuatu yang tadi mengeluarkan suara. Yang ada dipandangannya hanyalah jalanan yang tadi mereka lewati

Segera Velina menghentikkan langkahnya, kini ia beralih pada Diana yang juga diam tampak seperti patung

Velina rasa suara tadi hanyalah ilusi atau sesuatu yang tampak sekedar mengancam. Seperti nenek-nenek brengsek itu

"Diana, tak ada apa-apa dibelakang... " ucapnya dengan nafas yang tersenggal-senggal

"Hn.."

"Ayo kita teruskan perjalanan kita, kita temui Indah dan pergi dari tempat terkutuk ini" Katanya lagi, sambil melangkahkan kaki, ia berpikir untuk sementara hanya berjalan saja, mengingat mereka sudah jauh berlari

"Velina.."

Langkah Velina terhenti setelah Diana menggumamkan namanya. Velina lantas menatap Diana dengan pandangan bertanya

"Aku baru ingat kalau Indah dan Tiara sudah menunggu kita diluar hutan ini"

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Velina semakin bingung, apa maksud Diana. Tadi ia berkata bahwa Indah ia tinggalkan dengan Tiara diujung sana, tepat arah mereka berlari sekarang

"Velina..."

Kini Diana memanggilnya lagi, dengan tampang yang sedatar mungkin

"Ayo kita pergi dari sini" tambahnya dengan tampang datar

"Bagaimana dengan Indah dan Tiara bodoh!" ucap Velina setengah berteriak

"Indah dan Tiara sudah menunggu didepan gerbang menuju hutan, ayo kita pergi dari sini"

"Kau kenapa berbelit-belit? tadi kau bila... akh!" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Velina sudah ditarik paksa Diana dan mereka berbalik arah

Naruto tampak bingung dengan gelagat Diana kali ini, tiba-tiba sahabatnya itu berkata aneh dan sifatnya juga berubah drastis

"Diana.. katamu tadi Indah kau tinggalkan diujung sana sama Tiara? kau jangan mempermainkanku! Kau jadi aneh Diana!" ucapnya

ingin rasanya menghajar sahabatnya ini, entah kenapa Diana berulah aneh

Tapi Diana tak menanggapi Velina, Diana malah mengacuhkannya dan terus berjalan sambil menarik lengan kanan Velina

"Diana!" teriak Velina lagi agar Diana mengalihkan perhatiannya

Tapi percuma saja, Diana nampak diam tak berbicara sedikitpun.. yang ia lakukan hanya melangkahkan kaki sambil menarik lengan Velina

Entah kenapa cengkraman Diana terasa dingin seperti Diana baru saja membasuh tangannya dengan es

Velina jadi bergidik, apakah yang menariknya ini Diana atau...

Perasaan Velina tak enak, berusaha memanggil tapi tak dihiraukan, mulai aneh gelagat yang ditunjukkan Diana

Velina yang menyadari keanehan temannya ini mulai was-was. Ia tarik tangan yang digenggam oleh Diana, tapi Diana menggenggam dengan erat

Terjadi tarik saling menarik dipihak Velina. Diana tak terganggu dengan gerakan Velina yang menarik lengan yang sedang ia pegang

Tarik, menarik, terus ia lakukan, sesuatu mengatakan kalau dirinya dalam keadaan genting, seolah mengatakan bahwa yang didepannya bukan Diana

Ia ikut sertakan tangan kirinya untuk menarik, berusaha bertahan dipijakkannya dengan kuda-kuda yang kuat. Dan semua terlihat mustahil saat ia mulai terseret dari pijakannya karena tarikkan Diana yang terkesan santai

Dengan sekali hentakkan, tenaga yang diutamakan pada dorongan melawan arah, Velina terlempar kebelakang dan jatuh terduduk setelah sentakkan itu berhasil memisahkan dirinya dengan Diana

Tapi ada yang aneh...

Velina masih merasakan genggaman tangan dilengan kanannya, dengan gerakan patah-patah ia mengangkat tangannya memposisikan pergelangannya pada pandangan

Terkejut bukan main...

Tangan Diana masih setia menggenggam lengan kanannya dan terdapat cipratan darah yang merembes keluar pada lengan Diana

Tangannya terputus!

Velina melihat Diana yang sudah berdiri membelakanginya, darah terus mengalir saat Velina memperhatikan lengan Diana yang putus itu

"Si-siapa kau!" teriak Velina kaget bukan main

Dan seketika, kepala Diana langsung mengarah kebelakang memandangnya dengan tatapan datar.. tapi tubuh Diana masih menghadap kedepan

Dengan santainya Diana berkata..

"Velina... Indah dan Tiara sudah menunggu"

Keringat mengucur membasahi pelipisnya, pundaknya naik turun, badan yang dibaluti kaos basah kuyup itu langsung merasakan tusukkan jarum yang dingin disetiap bagiannya

"AAAAAAAAAHHHHH! " teriakkannya menggema, mengekspresikan ketakutannya yang luar biasa, Velina segera memaksa tubuhnya bangkit dari duduk, otaknya memerintah untuk segera berlari.. dengan satu gerakkan memutar, Velina langsung mengambil langkah seribu meninggalkan Diana

o0o

.

.

.

.

.

.

.

Ditempat lain..

Terlihat Diana yang terus berlari, melarikan diri dari kejaran makhluk yang terus menyuarakan aneh

Ia sudah tak mendapati Velina bersamanya, Velina seakan menghilang saat temannya itu menengokkan kepalanya kebelakang

Diana merutuki dirinya yang tak bisa menjaga Velina agar tak menoleh kebelakang

Semuanya sia-sia, Velina kini hilang lagi, mau mencarinya tapi tak bisa karena ia dikejar oleh sesuatu yang ia tak tahu apa itu

Sungguh dirinya sangat takut saat ini.. berlari sendirian, dan malah meninggalkan sahabatnya

Bagaimana nasib Velina?

Apakah seperti Indah yang tiba-tiba kerasukkan?

Kea... kea... kea...

Suaranya terdengar lagi.. membuat Diana tak bisa mengambil keputusan apapun selain terus berlari

Tak pernah ia bayangkan jika melihat siapa yang menyuarakkan itu

Tak bisa!

Ia tak bisa menolehkan kepalanya kebelakang

Ia harus pergi dari hutan ini.. HARUS!

Tapi bagaimana dengan Velina?

Apa yang akan ia katakan pada Indah nanti?

Bisakah atau tegakah mereka meninggalkan Velina?

Diana menolak semua pikirannya yang akan meninggalkan Velina. Karena dirinyalah penyebab Velina dan Indah terjebak

Ia tak ingin kehilangan mereka, selama ini Velina dan Indah yang menemani hari-harinya yang suram, sepi dan gelap

Diana sudah memutuskan kali ini. bahwa ia akan kembali menyelamatkan Velina

Apapun yang terjadi, mereka harus keluar bersama-sama dari desa ini

Apapun yang terjadi mereka harus selamat

Dengan sekali gerakkan Diana langsung menoleh kebelakang, berniat mengubah arahnya

Tapi...

Semua tekadnya yang sudah bulat luntur seketika saat ia menoleh kebelakang

Ia mematung ditempat pijakannya, seluruh badannya bergetar, keringat membasahi kaosnya, entah sudah berapa banyak keringat yang ia keluarkan

Nafasnya seakan memburu, detakkan jantung sudah tak normal seakan mau pecah ditempat, matanya terbelalak, tidak mengira saat melihat sosok yang bergerak mendekatinya

Keaa... keaa... keaa..

Sebuah kepala ukurannya yang tak normal mendekat, terlihat organ tubuhnya menggantung jelas, rambut acak-acakan, mata tanpa pupil, yang terlihat hanyalah kepala dan dibawahnya menggantung, paru-paru, lambung, dan usus dan terdapat dua lengan kecil disisi paru-paru itu

Dengan cepat sosok itu langsung menubruk tubuh Diana dengan kuat sehingga Diana terjatuh berbaring ditanah

Seluruh tubuhnya terasa geli, geli sekali, dari ujung kaki sampai kepala, semuanya geli

Matanya mendapati sosok itu menggelitik seluruh tubuhnya dengan gerakan kilat

Nafasnya mulai tak beraturan, kadang menghirup, kadang tertahan. Sampai dirinya lupa bagaimana cara bernapas saat itu

Semuanya buyar seketika, tekad yang kuat untuk menyelamatkan temannya dan pergi dari hutan ini, seketika hilang dikepalanya, tergantikan dengan rasa geli yang menggelitik tanpa ampun

Gelisah, terasa sempit, ingin tertawa, tapi nafasnya seperti berangsur-angsur menipis, kesadaran sudah ia tak dapatkan, semuanya mulai gelap seketika

Dadanya sesak, udara yang ia hembuskan tidak beraturan, tubuhnya menggeliat-geliat tanpa ia perintahkan, gerakannya terkunci..

Sedikit lagi...

Sedikit lagi kesadarannya mulai hilang, matanya sedikit mulai gelap, tak ada lagi udara yang akan ia hembuskan, ia mulai menahan nafas, perasaannya panas ketika degupan jantung mulai melemah

Apakah ini akhir baginya?

"Ke..."

Telinganya menangkap suara, terasa samar

"Ana.."

Mulai terdengar jelas

"Diana..."

Sekarang semakin jelas, jelas sekali

Itu suara anak-anak, ia mengenali suara itu, suara yang sudah lama ia tak dengar setelah bertahun-tahun

"Kakak?"

Mencoba menyadarkan diri, membuka matanya perlahan

"Diana..."

Kini Diana melihat sosok anak kecil tengah memberikan senyuman padanya, sosok yang sangat ia rindukan, sosok yang waktu itu terus menjaganya

"Kakak? Kaukah itu?"

tanyanya, ia masih sulit menerima semua ini..

Kenapa tiba-tiba Ivana muncul?

Ia memanggil sosok anak kecil itu dengan sebutan kakak. Yah karena memang terakhir Diana melihatnya seperti ini

Ivana yang dulu meninggal karena kecelakaan sewaktu ia masih berumur 7 tahun. Kini sosok sang kakak sudah berada didepannya

"Kakak? aku merindukanmu..."

Diana memeluk tubuh kecil itu sangat erat, ia benar-benar merindukan kakaknya ini

"Hay kau sudah besar rupanya... terasa aneh kau memanggilku dengan sebutan Kakak" ucap Ivana kecil sambil menepuk-nepuk punggung Diana

"Kakak... kakak... kakak" ucap Diana yang sudah mulai bergetar, tak lama diselingi dengan tangisan

"Hey kenapa? jangan menangis..." ucap Ivana menenangkan Diana yang masih setia memeluknya

"Aku rindu mengatakan itu kak, aku rindu menyebut kakak"

Kini Sasuke berujar ditengah tangisannya

Sedetik kemudian Diana melepaskan pelukannya pada Ivana, Ia menatap lekat sosok kakaknya yang tengah tersenyum

"Seharusnya aku yang mati pada waktu itu, tapi kakak menyelamatkanku..." Diana berujar penuh penyesalan

"Jangan berkata seperti itu..." ucap Ivana tulus

"Kadang seorang kakak harus mengambil keputusan yang terbaik untuk adiknya, meskipun itu nyawa taruhannya" tambahnya lagi

Diana hanya terdiam, ia sadar jika kalau Ivana datang menyelamatkannya lagi

Masih terbekas diingatannya ketika ia diserang oleh makhluk aneh tadi

"Aku tak ingin kau menyia-nyiakan hidupmu.. bagaimanapun kau tetap orang yang paling kusayangi, mungkin benar aku telah mati, mungkin benar kau sudah melupakanku, tapi kasih sayang dihatimu tak dapat membohongi perasaan yang sudah lama kau kubur itu. Aku disini karena perasaan itu yang memanggilku" jelas Ivana pada Diana

"Aku... Ak-u ingin melihat sosokmu yang dewasa kak, begitupun dengan mama dan papa, tapi kau harus meninggalkan kami karena kecelakaan itu di umurmu yang belum merasakan remaja"

Diana tak dapat menahan tangisannya yang pecah seketika, sungguh perasaan yang sangat menyayat hatinya... saat sang kakak harus meregang nyawa, belum sempat merasakan menjadi remaja seperti dirinya

Diana sangat terpukul melihat sosok Kakaknya yang datang sebagai sosok anak kecil. Pertumbuhan Ivana terhenti, kecelakaan itu merenggut hidup Ivana

"Kenapa aku menyelamatkanmu?"

Diana terpaku mendengar kalimat pertanyaan Ivana barusan. Ia hanya diam, tak bisa menjawab apapun

"Kenapa aku membiarkan hidupku harus berakhir kala itu? dan tak memilih tumbuh seperti anak-anak lain pada umumnya?"

Ivana kembali bertanya lagi, Diana hanya menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan

Tangan Ivana terangkat, menuju kening Diana

Sedetik kemudian, jari telunjuk dan jari tengah Ivana menyentil kening Diana

Diana terkejut, perasaan hangat terasa, ia ingat kebiasaan Ivana yang menyentuh keningnya dengan kedua jari itu

Masih dengan posisi menyentuh jidat Diana dengan kedua jarinya, Ivana kemudian berkata

"Karena kau adikku..."

Mengukir senyum yang manis ditujukkan kepada Diana, perlahan tapi pasti sosok Ivana kemudian menghilang, menghilang seketika

o0o

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Gomennasai kalo chapter ini gimana ato apa :(

Semoga kalian suka♡♡

Oke, cukup segini aja

See you in next chapter!

Don't forget to voment minna xixixi


Salam kematian

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top