Prolog

"Belum mati?" suara itu serak dan kasar. Saat pertama kali membuka mata, sosok kecil yang meringkuk di sudut ruangan menatap sekeliling. Dia berada di sebuah ruangan sempit, luasnya sekitar 2x3 meter. Tidak ada pencahayaan apa pun.

Lama tinggal di tempat gelap, kedua pupil hitam dengan inti kemerahannya terlihat seperti senter di kegelapan. Dia mendongak, menatap langit-langit dengan sorot kosong.

"Oh, ini hanya sebuah buku. Di mulai lagi?" bibir pucatnya mengukir senyuman aneh. Karakternya terlihat salah, tapi tidak ada yang peduli. Tidak ada yang memperhatikan.

Lisena Karve.

Ya, namanya Lisena Karve.

Karena dia masih berada di 'penjara gelap' ini, artinya usianya saat ini kurang lebih 13 tahun.

Di kehidupan pertamanya, Lisena tidak tahu apa yang salah? Dia tidak mengerti alasan kenapa dia dibenci semua orang? Dia tidak melakukan apa-apa, tapi selalu disalahkan. Dia hanya diam, lalu tiba-tiba difitnah dan dijatuhi hukuman.

Cambukan, tikaman pedang, serangan sihir. Lisena tidak mengingat seberapa banyak luka-luka yang harus ditanggung oleh tubuhnya yang tidak mencapai 155 cm? Beratnya kurang dari 40, dia benar-benar kekurangan gizi, seperti makhluk sakit-sakitan yang dihindari. Terlebih, karena dia merupakan inkarnasi dari Dewi Kegelapan, orang-orang semakin jijik dan muak padanya.

Tidak ada satu pun perilakunya yang dianggap benar.

Dia adalah orang yang bahkan bersalah saat hanya diam dan menatap orang lain. bertolak belakang dengannya, Lisena memiliki saudari tiri, dia bernama Amaia Karve. Amaia ... dia adalah protagonis novelnya.

Lucu saat Lisena mengingatnya sekarang.

Terutama saat dia mendapatkan ingatan ... kalau semua hal yang dia lalui saat akhir hidupnya ... hanya plot sebuah novel. Masih novel yang tidak selesai dan ditinggalkan. Berupa naskah yang dilupakan penulisnya lebih dari 10 tahun?

Lisena mencoba mengingat nama penulisnya. Siapa?

Ah, dia ingat.

Itu Yara Zanitha.

Kehidupan Amaia sang protagonis sangat bahagia. Dia memiliki kekuatan cahaya, dia cantik dengan rambut pirang dan mata biru. Dia dipuja oleh semua orang, seperti Dewi yang tidak bisa dijangkau tangan manusia-manusia jelata.

Lisena memiliki tunangan, dia adalah pangeran. Tapi tunangannya membenci Lisena, pria itu mencintai Amaia sepenuh hati dan jiwa.

Ada juga tiga pria lain. Masing-masing di antara mereka adalah sosok yang memiliki latar belakang kuat dan luar biasa. Ketampanan yang melampaui kata-kata manusia. Semuanya masih dibuat kejang-kejang dan tergila-gila pada Amaia.

Tapi, mereka tidak berani menyentuh Amaia, memendam cinta bertepuk sebelah tangan, terjerat dengan kerinduan dan keputusasaan, obsesi yang hampir membuat keempat pria kehilangan akal sehat.

Lucunya ... mereka tidak berani menyentuh Amaia, tapi mereka sangat berani dan kejam pada Lisena. Melihat Lisena mudah ditindas dan memiliki beberapa poin kemiripan dengan Amaia ... keempatnya menggunakan Lisena sebagai pengganti.

Ya, benar-benar pengganti.

4 pria yang mengaku cinta mati pada Amaia dan tidak bisa hidup tanpanya justru meniduri Lisena bergantian, mengabaikan penolakan dan ketidaksetujuan Lisena.

Saat Lisena hamil, bagaimana respons mereka?

Anak siapa itu?

Anak siapa itu? Lisena juga tidak tahu. Lisena begitu sedih dan patah hati. Dia tidak mengerti kenapa dia tidak pernah dicintai? Dia masih harus menanggung fitnah, hukuman, pengusiran, dan dianiaya. Dia dikeluarkan dari sekolah aristokrat dan hidup menyembunyikan diri di dalam hutan.

Lalu Lisena melahirkan ... kembar.

Masih kembar 4.

Yang menakutkan keempat anak itu masing-masing memiliki kemiripan dengan 4 bangsawan yang menidurinya. Lalu Lisena ingat ... dia memiliki tubuh yang istimewa.

Apakah kisahnya berakhir?

Belum. Ini baru menjadi awal penderitaannya yang lain.

Lisena bersenandung pelan. Dia merasa lapar. Lalu mulai menggigit tangannya yang memiliki beberapa bekas luka karena giginya sendiri. Darah menetes menyusuri lengan, Lisena menjilatnya perlahan, menghisap darahnya sambil melenguh nikmat.

Kedua pupilnya terlihat berbinar. Dia seolah menikmati hidangan paling lezat di dunia.

Lapar.

Jadi Lisena mulai mengoyak daging lengannya sendiri dengan kedua taring kecilnya. Dia hanya memakan dua potongan kecil. Konstitusi tubuh Lisena membuat dirinya pulih lebih cepat dari orang-orang pada umumnya, tapi memiliki luka terlalu parah masih sangat membahayakan hidupnya.

"Aku benar-benar tidak keberatan saat mereka menyakitiku," tapi mereka masih menggunakan anak-anakku.

Lisena memiliki seekor kucing peliharaan. Ukurannya hanya sebesar telapak tangan. Kucing itu adalah binatang sihir yang tidak memiliki kekuatan nyata. Dia hanya hidup menggantungkan diri pada Lisena.

Dia masih membantu Lisena untuk membesarkan putra-putranya.

Tapi suatu hari, Amaia terluka parah. Dia sekarat. Dia membutuhkan jiwa binatang suci murni untuk menyembuhkan luka-lukanya.

Kebetulan, binatang suci yang dibutuhkan adalah Olan, hewan peliharaan Lisena.

Lisena tentu saja tidak mau menyerahkannya.

Terlepas dari kepatuhan dan betapa pendiamnya dia saat dirundung orang-orang, Lisena adalah inkarnasi Dewi Kegelapan. Dia sangat kuat dan bertarung melawan 4 pria yang mencintai Amaia, juga ratusan orang yang mencoba membunuh Lisena demi Amaia.

Berapa lama mereka bertarung? Lisena tidak tahu.

Dia membunuh ratusan nyawa tanpa ragu. Semua orang menuduhnya sebagai monster yang kehilangan sisi manusiawinya. Dia sangat keji dan rela membunuh banyak sesama manusia hanya demi satu binatang suci saja.

Tapi ... binatang suci itu adalah keluarganya.

Bahkan 4 'pahlawan' kewalahan menghadapi 1 Lisena yang gila, apalagi orang-orang 'biasa' seperti mereka?

Untuk menutupi keberadaan putra-putranya, Lisena menyamarkan penampilan anak-anak itu agar lebih mirip dengan dirinya sendiri. Menghilangkan jejak kemiripan dengan ayah kandung mereka.

Lalu ... tragedi itu terjadi.

Anak-anaknya ditemukan, mereka digunakan untuk mengancam Lisena.

Lisena harus memilih antara binatang suci yang menemaninya sejak kecil dengan putra-putranya.

Dia hampir jatuh berlutut dan putus asa.

Pada akhirnya, Lisena menyerah. Dia melepaskan binatang sucinya. Dia sangat kesakitan seolah hati dan paru-parunya dicabut paksa.

"Aku memberikannya, jadi lepaskan anak-anakku." Lisena berkata dengan nada perih. Mengulurkan kedua tangannya yang berlumur darah.

Lalu apa yang mereka lakukan?

Lisena tertawa saat mengingatnya.

Sekelompok orang itu terlanjur membencinya. Lisena sudah membunuh banyak anggota keluarga dan teman baik mereka, mana mungkin satu binatang suci saja sudah cukup?

Di depan Lisena, 4 kepala kecil anak yang usianya kurang dari 3 tahun itu terlempar ke bawah kakinya.

Lisena terlalu syok melihat semua mayat putra-putranya. Telinganya berdengung mendengar panggilan ketakutan 'Ibu' sebelum anak-anak itu terbunuh.

Pandangan Lisena dalam sekejap menggelap. Lalu dia kehilangan kesadaran.

Lisena tidak tahu berapa lama dia tidak sadarkan diri? Saat dia sadar lagi, dia melihat langit berubah merah. Bulan terbelah. Semua pepohonan dan batu di sekitarnya hancur. Ada begitu banyak mayat, darah mengalir seperti aliran sungai. Tanah yang dipijaknya berubah merah.

Ada sebuah pedang yang menikam jantungnya.

Sean.

Penampilan pria itu tampak buruk, dia kehilangan satu tangannya. 3 rekan seperjuangannya sudah sekarat.

Lisena tersenyum sedih, dia bertanya lemah, "Kalian bisa membunuhku ... tapi kenapa kalian harus membunuh anak-anakku? Mereka juga masih merupakan darah daging kalian."

Lisena tidak melihat pupil emas Sean yang melebar sesaat. Pria itu jelas ingin bertanya lebih banyak, tapi tubuh Lisena semakin lemah. pada akhirnya dia benar-benar terbunuh dan jatuh ke pelukan pria itu.

Sebelum sepenuhnya kehilangan kesadaran, Lisena melihat banyak hal. Ingatan yang bukan miliknya. Lalu ... dia tahu kalau hidupnya yang berdarah-darah, ternyata merupakan rangkaian prosa yang disusun oleh seseorang yang penuh kebencian.

Ini hanyalah sebuah buku.

"Sudah waktunya aku kembali." karena kali ini dia memiliki tujuan, dan berkah kelahiran kembali, tentu saja dia ingin pulang lebih awal.

Lisena berdiri, dia melangkah menuju dinding di depannya, meletakkan telapak tangan di sana, membuat dinding itu digerogoti bayangan hitam sampai sepenuhnya jatuh.

"Lagipula, aku masih anak tiri dari Duke Karve." Lisena hanya mengenakan selembar kain kotor. Rambut panjang hitamnya sudah mencapai mata kaki. Kedua pupilnya terlihat liar, "aku akan kembali."

***

Yuhuuu, sekali lagi saya melanggar garis batas saya. Saya biasanya cuma pilih 1vs1, saya agak anti sama cerita multi P kek gini. Tapi coba2 deh. Hahaha. Yess, ini reverse hareem, Lisena vs 4 ML nantinya.

Cerita ini akan diposting di KaryaKarsa mulai bulan Feb. #nyengir

Jangan lupa mampir. Berbayar juga worth it lah. Uhuk!

Warning : cerita ini agak sakit ya. Jadi buat yang pengen sedih atau nangis tapi butuh alesan, cerita ini cocok buat kalian. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top