Rumah Uya Versi Empat Serangkai
"Welkam tu mobail lejen :)" –Gon.
Rumah yang semula sepi dihuni seorang nenek dan wanita muda, sekarang rame kayak indekos berkat datangnya rombongan Gon.
Nenek Gon muncul, matanya yang cuma segaris makin sipit karena tersenyum. "Welcome to the jungle," sambutnya ngawur.
Mito sebagai ibu nyuruh mereka beresin barang bawaan masing-masing, mandi berlima setelah bujuk rayu Gon mempan untuk Kurapika yang awalnya nolak mentah-mentah, lalu sarapan.
Tentunya gak terlepas dari kekacauan :)
Mito nyuruh mereka untuk masukin pakaian kotor ke mesin cuci, Leorio malah ceburin Killua yang dari tadi ngajak ribut ke mesin cucinya. Hampir aja si kucing putih mandi pake sabun ri*so.
Gon tadinya ngajak mandi bareng di danau yang ada monsternya, tapi gak jadi. Mito kurung bocah itu dalam kamar mandi selama sepuluh menit. Gon yang dikunciin, bapaknya yang nangis.
Leorio terkejud, rupanya Ging masih bisa nangis.
Kamar mandinya luas, cukup untuk lima orang dalam satu kamar mandi. Mereka berlima mandi kembang tujuh rupa. Gon, Killua, sama Kurapika anteng berendam di bathtubs. Leorio sama Ging malah rusuh rebutan shower. Killua siram aja tuh dua sejoli pake seember air mawar.
Udah kayak kuburan disiram air mawar :v
Di kamar mandi, Ging lihat jati diri Kurapika yang sebenarnya. Ging kaget, tapi interaksinya sama Kurapika sebagai sesama lelaki jadi lebih leluasa.
Habis mandi, mereka ganti baju. Gon tukaran baju sama Killua. Leorio mau tukaran baju sama Kurapika tapi malah ditampar. Ging diam-diam iri karena Killua bisa tukaran baju sama anaknya.
Ging mana muat pake bajunya Gon :v
Menu sarapannya sederhana, nasi goreng sama teh hangat aja. Ging dikasih kopi kapal perang :v
Usai sarapan, Ging sebagai 'penanggung jawab tur panjang' diinterogasi Mito dengan segudang pertanyaan dalam kubur. Nenek Gon juga hadir sebagai pencatat bukti ucapan terdakwa.
"Welcome to the hell, Ging :)" –Mito mode ibu tiri.
Empat Serangkai kumpul kebo di kamar Gon, asyik ngalor ngidul aja. Gon tiduran di kasurnya sama Killua, Kurapika duduk lesehan di samping Leorio yang rebahan di lantai.
"Kurapika punya rencana apa datang kemari?" tanya Gon, dimulailah kisah Kurapika.
"Awalnya, aku mau gerak cepat di sini terus pergi ke tempat lain. Tapi pulau ini masih asing, butuh waktu cukup lama untuk keliling. Mungkin aku bakal netap beberapa hari. Apa yang kucari pasti kudapat, mau gimana juga caranya harus dapat dengan tempo yang sesingkat-singkatnya."
"Di mana kamu simpan bola mata merahnya? Aku cuma tanya!" Leorio keringat dingin pas matanya Kurapika berubah jadi merah.
"Itu rahasia," cetus Kurapika ketus, matanya berubah jadi biru lagi. "Kau gimana, Leorio?"
"Aku mau keliling pulau ini untuk lamar kerja di setiap fasilitas kesehatan yang ada. Kalo belum dapat pekerjaan di sini, aku bakal pergi ke tempat lain. Tapi, tabunganku mesti diurus sekarang, jadi lamar kerjanya besok aja. Begini-begini aku rajin nabung, ya :)"
"Halah, nabung di celengan babi aja bangga."
"Gue punyanya celengan ayam, ya! Tujuan lu apa, sih?! Bikin gue emosi aja!" Leorio ngegas karena ulahnya Killua, maka pembicaraan berlanjut pada si kucing putih tukang rusuh.
"Tujuan gue kemari cuma untuk main sama Gon aja. Karena selama Gon stand by me, keajaiban selalu ada setiap harinya :)"
Gon senyum manis gigi kelinci, terus beringsut bangun. "Biar aku sama Killua yang bantu kalian berdua supaya urusan kalian cepat selesai!"
"Aku gak bilang mau bantu mereka," protes Killua yang terseret dalam urusan orang. "Kenapa kamu mau bantu mereka berdua, Gon?"
"Karena pada dasarnya manusia harus saling bantu. Sekalian main keliling pulau juga, Killua! Rencananya begini, kita berempat pergi ke setiap fasilitas kesehatan yang ada. Kita bantu Kurapika selama Leorio lamar kerja. Kurapika udah tahu letak bola mata yang mau dicari, kan?"
"Iya, aku punya daftar identitas mafia yang tinggal di sini, berikut data informasi pelelangan yang pernah mereka ikuti. Dalam data itu, ada keterangan bola mata merah Suku Kuruta yang dilelang sebagai buktinya. Jumlah mafia yang punya bola mata merah cuma sedikit di pulau ini, tapi lokasi markasnya saling berjauhan. Satu hari cukup untuk ambil tiga sampe lima aja. Yah, karena ada kalian, bukan masalah kalo misinya selesai secara bertahap."
"Berarti sepakat ya kerja samanya!" Gon senyum puas karena Kurapika sama Leorio setuju, Killua yang tujuannya untuk main terpaksa ikut dalam permainan Gon kali ini.
Aha! Killua punya ide. "Gon, mau tahu cara bantu orang yang lebih gampang?"
"Wah, gimana caranya?"
"Dibantu ya, sim salabim jadi apa, prok prok prok :v" -Killua yang langsung digaplok.
Besoknya, habis sarapan pagi, Empat Serangkai berangkat menjalankan misi. Gon pamit sama Mito karena bapaknya masih tidur. "Kamu baru pulang udah pergi lagi, maunya apa, sih?" omel Mito, keponakannya malah cengar-cengir.
"Kami pergi dulu ya, Bibi Mito!"
"Iya, jangan lupa pulang!"
Selama menuju kota, mereka bahas rencana misi hari ini yang dimulai dengan pergi ke fasilitas kesehatan terdekat. "Gon, kemarin kamu bilang punya rekomendasi klinik yang bagus langganan bibimu, kliniknya di mana?" tanya Leorio.
Semuanya berhenti pas Gon ngerem mendadak. "Itu kliniknya!" Gon nunjuk sebuah klinik yang berada di pinggir jalan.
"Iya, itu memang klinik, tapi mana mungkin aku lamar kerja di KLINIK KECANTIKAN!"
Perjalanan menuju kota yang penuh tawa kembali berlanjut. Di pinggir kota, ada rumah sakit kecil bernama Rumah Sakit Kembang Goyang, mereka antar Leorio ke sana untuk lamar kerja.
"Tipayeun nyak (duluan ya)," pamit Leorio seraya memasuki pintu rumah sakit, ketiga temannya berlalu sambil lambai-lambai tangan.
"Leorio, ganbatte yo!" –Gon yang perhatian.
Misi dimulai. Pada tengah hari, mereka kumpul di sebuah restoran untuk istirahat makan siang. Gon yang traktir. "Gimana perburuannya?" tanya Leorio sambil ngunyah nasi goreng.
"Lancar jaya, udah dapat lima bola mata. Misi lebih cepat karena lewat jalan pintas, untungnya Gon tahu seluk beluk pulau ini," jawab Kurapika. "Lamaran kerjanya gimana? Udah berapa rumah sakit yang dicoba? Ada yang terima?"
"Udah delapan rumah sakit, tujuh klinik, enam puskesmas, mampir sekali ke dokter hewan."
Gon sama Kurapika melongo, tempat sebanyak itu udah Leorio kunjungi dalam waktu setengah hari. "Kok, cepat?" tanya Killua curiga.
"Iyalah cepat, aku baru masuk aja udah ditolak :(" –Leorio yang tertolak.
Ketiga temannya gubrak berjamaah.
Misi berlanjut sampe sore. Begitu urusan masing-masing selesai, mereka kumpul di depan klinik kecantikan langganan Mito yang udah tutup.
"Ada kemajuan, Le?" tanya Killua yang udah tahu jawabannya. "Gue turut prihatin."
"Udahlah, ayo pulang aja :(" –Leorio bete.
Malam harinya, Empat Serangkai rapat di kamar Gon sama Killua yang numpang tidur. "Langsung aja, ya," ujar bocah itu. "Aku pengen beli rumah, serius. Aku mau tinggal serumah bareng kalian, pasti seru! Kita udah kenal lama, kan? Daripada gak bisa main ke rumah satu sama lain kecuali rumahku, kita tinggal serumah aja supaya bisa ketemu setiap saat :)"
"Wah, kayaknya asyik, ayo kita beli rumah!" Killua langsung setuju, Kurapika geleng kepala, Leorio diam meratapi nasib.
"Gon, makasih udah bantu aku hari ini, tapi maaf aku gak bisa patungan beli rumah apalagi tinggal bareng kalian. Aku masih harus cari bola mata merah yang tersisa," jelas Kurapika sambil hela napas. "Aku mau tinggal bareng kalian, tapi ...."
"Di mana ada kemauan, di situ ada jalan!" Gon bergaya ala superhero, jubahnya sarung punya bapaknya. "Kurapika tenang aja, bakal kutunggu, kok! Nanti aku kasih aja alamat rumahnya, kalo misimu udah selesai, langsung datang aja, ya!"
'Nih bocah kayak internet positif aja.'
–Killua, Kurapika, Leorio.
Kurapika sebenarnya bingung, tapi nurut aja apa maunya si bocah daripada Gon merengek.
"Uang untuk beli rumahnya dapat dari mana, Gon?" tanya Leorio. "Jangan pake Lisensi Hunter untuk dapat uang jaminan sampe 100 juta Jenny, belum tentu aman. Apalagi bocah kayak kamu gampang dibodohi, kalo pihak bank tahu kamu itu Hunter nanti lisensinya gak dibalikin."
"Kenapa?" tanya Gon sedih. Killua yang paham jelasin, "Lisensi Hunter itu langka, Gon. Misalnya ada orang jahat dalam pihak bank yang terlibat jaminan sama kamu, Lisensi Hunter itu bisa-bisa dijual ilegal ke orang lain untuk dapat uang. Kaya tuh orang tujuh turunan. Uang 100 juta Jenny itu cuma secuil bagian dari satu Lisensi Hunter, kamu pake untuk beli rumah ya tekor bandar."
"Ih, aku gak mudeng :( kenapa orang itu mau jual Lisensi Hunter punyaku? Kan, orang itu bekerja di bank, berarti uangnya banyak, dong. Kalo butuh uang juga bisa kubagi."
"Anak kecil tahunya cuma jajan," sewot Leorio sambil rebahan di lantai. "Gak usah beli rumah deh, mending main rumah-rumahan aja :v"
"Itu mah elu aja yang MKKB," ledek Killua, Leorio mau marah tapi omongannya benar :')
"Wah, ayo main rumah-rumahan! Aku yang jadi ayahnya, Kurapika ibu, Leorio kakak terus Killua adiknya :D ayo main, yuk!"
Gon itu cepat lupa, perhatiannya gampang juga dialihkan. Ajak main aja udah :)
Mereka pun main rumah-rumahan keluarga catur. Ging yang diam-diam nguping dari luar kamar anaknya mau ikutan tapi malu, akhirnya balik lagi ke kamarnya terus main ponsel pintarnya.
"Hotel? Trivagon. Rumah? Trivaging :v"
–Ging korban iklan.
Kembali ke kamar Gon dan kawan-kawan yang lagi main rumah-rumahan. Pemerannya sesuai yang tadi Gon sebut karena gak ada yang protes tentang permainan anak kecil itu.
Di kursi meja belajar, Gon pura-pura baca majalah booboo. Kurapika tidur betulan bareng Killua di kasur Gon, ceritanya si ibu lagi kelonin anak. Leorio rebahan sambil main ponselnya di lantai.
Gon berdeham kayak lagi batuk, kumis palsunya yang hampir copot dibetulin. "Le, punya rencana apa selain cari kerja?" tanya Gon ala bapak-bapak mau jodohin anaknya.
Leorio tunjukin situs web jual beli rumah ke ayah kecilnya. "Aku mau beli rumah sendiri, jadinya gak perlu ongkos untuk indekos," jawabnya.
Masih aja bahas beli rumah :')
"Kamu yakin mau tinggal sendiri?" Gon elus-elus kumis palsunya sembari natap Leorio, sok serius. "Tidur aja masih minta ditemani ibu, kamu nanti tidurnya gimana?"
"Ya udah, pindah aja sekeluarga, apa susahnya?" Leorio main ponselnya lagi, cuek aja sama ayah kecilnya yang siap-siap lempar asbak, mau sabet anaknya pake ikat pinggang atau sarung.
Leorio mencerocos, "Rumahnya minimalis, tapi cukup luas untuk empat orang. Ada teras rumah, halaman depan sama belakang. Bagian samping rumah ada kebun bunga kecil. Letak rumahnya strategis, jaraknya ke/dari keramaian juga pas. Harganya lumayan mahal, bangunan baru."
"Ya, rumahnya bagus, tapi kamu dapat uang untuk belinya dari mana?"
"Ruangan dalam rumahnya lengkap. Dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, satu dapur yang merangkap ruang makan, satu kamar mandi sama toilet di dalamnya. Ada gudang kecil di belakang dapur."
"Le—"
"Lantainya keramik putih, tembok bercat putih, pintu kayu, jendela—"
"HEH! LELE BULE UKULELE SULE!" Gon ngegas, kumis palsunya copot. "Dari tadi ditanya, uangnya mana?! Jangan harap bisa minta sama ayah! Kalo mau, jajan aja sendiri!" bentaknya sok galak.
'Gon marahnya lucu banget.' –Leorio pedo.
"Aku belinya pake uang tabungan. Dompet tipis kayak jeruk nipis begini isinya kartu debit saldo selangit," jelas Leorio, sombong tunjukin dompet seken motif bunga-bunga miliknya.
"Memangnya bisa beli rumah pake kartu?"
"Ya bisalah! Apa aja bisa dibeli pake kartu debit!" Leorio kibas rambut ala bintang iklan sampo yang wangi kembang tujuh rupa.
"Kalo beli es krim pake kartunya bisa gak?"
Ini ayahnya siapa, bawa pulang :')
Besoknya, jam enam pagi, Mito bangunin mereka pake alarm handphone saya yang lagunya Rinne Tensei – Mafumafu dengan volume suara full.
Untung aja gak punya tetangga :v
Kurapika yang udah bangun sedari tadi cuma ketawa lihat Gon sama Killua jantungan begitu bangun tidur. Dua bocah itu langsung lompat kayak kodok kesurupan sambil teriak dengan suara serak, "RINNE TENSEEEII!"
Tapi hebatnya Leorio masih tidur kayak saya meski dibangunin pake alarm kebakaran :)
Leorio udah disiram seember air belum bangun, kepalanya ditimpuk ember juga masih ngorok. Atas usul dari ide jahil Killua, si oreoh bernyawa langsung diceburin ke bathtubs berisi air es tanpa diputar atau dijilat terlebih dahulu.
Tiga detik tenggelam dalam air, Leorio pun loncat indah keluar dari bathtubs sambil nyanyi seriosa. Lepas dari air es, masuk ke air rendaman sabun. Leorio tercemplung ke dalam keranjang pakaian kotor yang lagi dicuci.
Gon, Killua, Kurapika, Mito, Ging juga Nenek Gon yang ikut ngintip dari luar kamar mandi ketawa, terhibur oleh sarapan pagi yang mengocok perut. Leorio menggigil kedinginan masuk angin.
"Udah bercandanya, sekarang kalian mandi, pake baju, terus sarapan. Jangan kebanyakan main!" titah Mito sebagai ibu pedomannya Kurapika.
'Bibi Mito panutanqu.' –Kurapika calon IRT.
Ging yang mau balik lagi ke kamarnya ditendang Mito—kayak pas dibangunin tadi—sampe mental ke kamar mandi sampe nabrak tembok. "Mau lari ke mana? Jangan coba-coba kabur, ya," ancam Mito, jiwa nenek sihirnya keluar.
Killua iseng nyalain shower yang ada di atas Ging, akhirnya si bapak mandi masih pake piyama.
'Nasib, nasib :(' –Ging n Leorio.
Ging sama Empat Serangkai mandi bareng lagi, pastinya Kurapika mesti dibujuk Gon dulu supaya mau. "Nanti kugosok punggungmu deh," rayunya, bikin Kurapika blushing malu-malu tapi mau.
Gon susun empat bangku kecil yang berderet memanjang ke belakang. Kurapika duduk paling depan, Gon di belakangnya, terus Killua sama Leorio yang paling belakang. Ging berendam air susu hangat di bathtubs, posisinya dibelakangi deretan bangku Empat Serangkai yang lagi akur. Kurapika anteng punggungnya digosok Gon pake spons mandi sambil tiup-tiup busa sabunnya.
"Gon, aku gosok rambut kamu, ya!" Killua ikutan gosok rambut Gon dari belakang, tapi bocah itu protes karena rambutnya yang berbusa terasa aneh pas digosok Killua.
"Eh! Killua, itu bukan sampo tapi sabun!"
Killua malah lanjutin keusilannya sambil ngakak, tiba-tiba mukanya penuh busa karena digosok spons mandi yang bersabun dari belakang. Leorio pelakunya ketawa jahat ala Sunlight Yagami alias Kira, "Rasakan pembalasanku ini! Siikaaat!"
Itulah yang disebut karma.
Ging yang bosan cuma nyimak, iseng ambil botol sampo nolifeboy terus gosok punggung Leorio di depannya pake spons mandi.
Buah jatuh tak jauh dari gerobak rujaknya; Gon jahil, bapaknya gak kalah usil :)
Leorio ngegas, "Eh, itu sampo bukan sabun! Woy, bapake! Gon! Bapakmu kok iseng, sih!"
Itulah yang namanya azab instan.
Habis mandi, Ging balik ke kamarnya. Keempat anaknya ganti baju di kamar si tuan rumah. Gon nanya selagi rambutnya disisir Kurapika, "Leorio tumben pake kaus, kenapa?"
"Aku hari ini di rumah aja, ya. Masuk angin begini kalo lamar kerja malah diterima jadi pasien."
Leorio lompat ke kasur Gon, terus bergelung dalam selimut bak kepompong raksasa yang begitu menetas jadi cacing besar Alaska.
"Yaaah, Leorio gak ikut?" Gon manyun, kalo cuma bertiga mana asyik. Soalnya enggak ada yang bisa dijadiin bahan candaan :v
"Gon mau tinggal di rumah juga?" tawar Kurapika, udah capek nyisir rambut Gon yang susah diatur, rambutnya disisir pake garpu taman juga tetap aja gondrong. "Kalo mau, kamu jaga Leorio aja di rumah. Aku bisa pergi sendiri, kok."
"Kalian pergi aja bantu Kurapika supaya misinya cepat selesai. Aku bisa jaga diriku sendiri." Leorio balik badan menghadap Yang Maha Esa—eh ... ke arah teman-temannya sambil cengar-cengir.
"Aku bukan anak kecil, paman. Sidat, namaku Sidat :v" –Leorio kurang sehat.
Killua yang habis pake celana nimbrung, berdiri nyempil di antara Gon sama Kurapika yang bikin lingkaran. "Aku mau di rumah sama oreoh, asal Gon juga di rumah," cetusnya, sambil tunjuk Leorio yang udah capek mau balas ucapannya.
'Gue sumpahin kena angin duduk juga lu.'
–Leorio diam-diam dendam.
Untuk mencapai satu kepastian, maka Empat Serangkai mengadakan musyawarah untuk mufakat mengenai keputusan akhir yang akan disepakati bersama; apa biskuit oreoh yang lagi masuk angin itu ditinggal sendiri atau salah satu anggota Tiga Serangkai—alias Empat Serangkai tanpa Bung Oreoh—jadi tumbal untuk menemani Leorio dalam keadaan sulit maupun sembelit.
Acaranya bertempat di kamar si tuan rumah sekaligus ketua musyawarah. "Mari kita buka rapat tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan kali ini," sambut Gon sebagai pembukaan untuk mengawali musyawarah dengan khidmat.
Musyawarah dimulai dengan berkumpulnya para anggota membentuk lingkaran kayak mau ritual panggil arwah goyang Karawang, mereka duduk bersila di lantai macam dukun lagi jampi-jampi. Gon berseru, "Se, no!"
Demo sonnan ja dame
Mou sonnan ja hora
Kokoro wa shinka suru yo
Motto motto
Tiba-tiba, nada dering ponsel Ging terdengar ke seantero rumah, si bapak yang ditelepon orang buru-buru angkat telepon sambil merutuk lupa nyalain mode hening. Si penelepon nanya, "Halo, dengan siapa di mana?"
"Dengan Ging di rumah."
"Rumahnya di mana, Jing?"
"HEH! Namaku Ging, rumahku di Pulau Kujira!" Bapaknya ngegas, "Situ budek, ya?!"
"Eh ... maaf, tadi salah dengar. Oke, lawak white coffee, password-nya?"
"Kopi nikmat nyaman di Lampung."
"Password salah, mohon ulangi sekali lagi."
"Kopi nikmat harga hemat pake air hangat."
"Lima ratus juta Rupiaaah! Selamat untuk King di Pulau Seribu!"
"Dasar budek! Namaku Ging di Nusantara—eh ... Pulau Kujira!"
Kembali pada empat sekawan yang habis ngakak dengar nada dering ponsel Ging.
Mereka masing-masing mengulurkan salah satu tangan, terus membolak-balik tangannya sambil nyanyi, "Hompimpa alaium gambreng! Pagi-pagi makan nasi goreng! Nek Ijah pake baju rombeng! Cucunya penari Ronggeng!"
Lah, salah lirik.
Gon, Killua, sama Kurapika telapak tangan, Leorio punggung tangan sendirian. "Leorio kalah!" seru Killua, si oreoh yang namanya disebut dengan baik dan benar malah bahagia.
Ketua musyawarah segera mengambil alih. "Jadi, keputusan akhir yang akan disepakati bersama dari musyawarah kali ini adalah Leorio tinggal di rumah sementara kami bertiga menjalankan misi seperti biasa, setuju?"
"Se7!"
"Dari tadi juga gue bilangnya begitu >:(" –Leorio.
Gon mengomando, "Balik kanan bubur jalan! Lah? Kok, udah pada bubar? Eh, tunggu aku!"
Berangkatlah tiga ekor baby kecil menuju lokasi tujuan habis sarapan. Leorio gak ikut sarapan, cuma minum tolak angin terus molor sampe siang. Mito masak makan siang untuk porsi tiga orang, semangkuk bubur ayam dibuatnya untuk Leorio yang lagi sakit.
Mito masuk ke kamar Gon sambil bawa nampan berisi makan siang untuk Leorio sama teh hangat. Leorio masih tidur di kasur Gon yang berantakan; bantal guling mental ke mana-mana, selimutnya jatuh ke lantai. Orangnya di pinggir kasur, tinggal dorong aja gubrak.
Mito taruh nampannya di atas nakas dekat kasur. "Mas, bangun, makan siang dulu," ujarnya sambil tepuk-tepuk muka Leorio. "Mas, lanjut tidurnya nanti, makan siang dulu."
Leorio perlahan melek, matanya kedip-kedip. Sosok yang dilihatnya samar-samar menyerupai bidadari bermandikan cahaya ilahi. "Makan siang dulu, mas," katanya dengan suara seindah harpa.
Dengan mata setengah terbuka, Leorio pegang pipi kiri sang bidadari yang kayak mochi dengan tangannya yang juga dipegang si bidadari. Leorio nyanyi, "Kau bidadari jatuh dari—"
GUBRAK!
"—kasur."
"BAPAKMU BIDADARI! BANGUN, WOY!"
Dan semua itu hanyalah mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyatan :)
Leorio jatuh dari kasur akibat tangannya yang dipegang itu ditarik, terus tubuhnya dibanting oleh atlet smackdown yang cosplay jadi bidadari. Suara merdunya berubah jadi suara berat macam bapak-bapak keberatan beban hidup.
Bapak siapa lagi yang tinggal di situ selain Ging? Pak RT ada di rumahnya.
"Malah ngelindur, udah siang masih tidur jadinya melantur!" Ging mukanya merah, entah marah atau malu-malu putri malu.
Leorio beringsut bangun, celingak-celinguk terus natap si bapak. "Bidadarinya mana?"
"Jangan mimpi di siang bolong! Bidadarinya udah pulang ke kahyangan!"
Leorio duduk di kasur, Ging duduk di sebelahnya sambil kasih semangkuk bubur ayam. "Makan tuh bubur buatan Mito," kata Ging.
Leorio melahap bubur ayam buatan bidadari impiannya dengan bahagia.
Ging berdeham, mau kasih tahu tujuannya yang sebenarnya bawa makan siang untuk Leorio. "Jadi begini, gue udah beli rumah untuk kalian berempat supaya gak berpisah lagi. Daripada indekos perlu biaya sewa, mending beli rumah. Gue yang beli, gak usah patungan. Gue kasihan lihat kalian susah main bareng. Apalagi anakku gak punya teman sebelumnya, kalo kalian pergi nanti Gon kesepian," jelasnya.
Leorio melongo karena kalah cepat dari Ging, tapi ada sesuatu yang bikin kepo. "Tahu dari mana?"
"Sumedang."
"Bukan itu, Pak :( maksudnya, lu tahu dari mana Gon mau beli rumah?"
"Dari mata turun ke hati. Udah, gak usah banyak cincong. Gue juga tahu lu suka sama Mito, kan?"
Leorio doki-doki. "Bapak cenayang, ya?"
"Iya, kok tahu?"
"Soalnya bau kemenyan."
Leorio ditampar pake nampan.
"Gue udah nabung untuk beli rumah, tapi dibalap sama mobil bangkotan," kata Leorio, nyindir Ging yang cengar-cengir. "Gue gak mau kalah. Lu yang beli rumah, gue beli perabotannya, titik."
"Deal."
Bubur ayamnya habis, Leorio minum segelas teh hangat yang manis karena Mito yang buat. "Btw, rumahnya beli di mana?"
"Rumah? Trivaging :)"
"Lah, sama."
Trivaging situs terpercaya.
Teh hangatnya habis, Leorio selesai makan siang. Mangkuk sama gelas kosongnya Leorio taruh di nampan di atas nakas. Ging lanjut bicara, "Misi Kurapika masih bisa dilanjut, lu juga bisa keliling lamar kerja di sini. Jangan buru-buru, rumahnya selesai dibangun sebulan lagi."
"HAH?! Maksudnya, rumah itu baru dibangun?!"
"Iya, gue beli rumah itu karena baru dibangun, bukan bekas orang lain. Nih, tampilan rumahnya." Ging kasih lihat rumah yang dibelinya dari situs web Trivaging, rumah yang juga diincar Leorio.
Itu namanya berbeda-beda tetapi satu selera.
Mereka pun akrab bahas rumah sama perabotan yang mau dibeli. Leorio sembuh karena lupa tadi masuk angin, Ging juga lupa balikin nampannya. Mereka ngobrol sampe bosan, untungnya Leorio punya hiburan. "Pak, mau nonton film?" ajaknya.
"Film apa?"
"Film tentang anak yang sebatang kara tapi bukan Hachi, bapaknya hilang, ibunya mati, terus anak itu cari bapaknya sampe ketemu di pucuk pohon cempaka burung kutilang berbunyi."
"Judul filmnya apa?"
"Finding Ging :)"
Leorio ngakak, si bapak cuma senyum terus kasih sebotol obat untuk Leorio. "Lu masuk angin, kan? Nih, minum obat."
"Tapi itu obat nyamuk, kenapa?"
"Lu resek kalo masih hidup :)"
Sorenya, ketiga baby kecil pulang. Mito langsung nyuruh mereka mandi, tapi Gon malah nyamperin Leorio yang habis mandi. "Leorio udah sembuh? Udah sehat? Udah minum obat? Udah makan? Tidurnya nyenyak?"
"Udah, udah, udah, udah, tidurku nyenyak. Aku udah mandi, Gon juga mandi, gih. Ada yang mau kukasih tahu habis makan malam, oke?"
"Oke!" Gon langsung masuk ke dalam bathtubs, tapi malah Mito tegur, "Gon! Buka baju dulu!"
Habis makan malam, mereka berlima kumpul bikin lingkaran di kamar Gon.
Leorio jadi host. "Hadirin hadirat yang hadir gue garot, berkumpulnya kita malam ini berkaitan dengan pembahasan saya dan Pak Ogah siang tadi yang akan disampaikan oleh beliau. Kepada Pak Ogah, waktu dan tempat dipersilakan."
"Terima kasih sambutannya. Jadi, bolo bolo poco poco sajojo ... sekian, terima kasih."
Habis nyimak penjelasan Ging, penonton tepuk tangan. Gon pastinya girang banget, langsung peluk Ging sama Leorio erat-erat. "Terima kasih sebesar alam semesta dan sebanyak kehidupan di seluruh jagat raya!" serunya kegirangan.
Kurapika hela napas lega, bersyukur dalam hati. "Kalo ceritanya gak begini, biar misiku selesai pun aku tetap sendirian nantinya," gumam Kurapika.
Killua ikut peluk Gon dari belakang macam anak koala. "Eh, rumah sama perabotannya udah ada, tapi makanannya gimana?"
"Beli!"
Leorio disembur Kurapika, "Uangnya udah habis untuk beli rumah sama perabotan, dapat uang dari mana lagi? Celengan babi gak bisa ngepet."
"Karena tabunganku banyak di celengan, biar aku yang urus makanan," cetus Killua enteng. Sultan mah bebas :')
"Killua punya celengan apa?" Gon kepo.
"Celengan rindu :)"
Akhirnya, sebulan Killua nginap di rumah keluarga Freecss, selama itu juga Kurapika berkelana naik balon udara ke tempat lain yang menjadi tujuan untuk menyelesaikan misinya. Leorio keliling dunia naik perahu kertas, mendatangi berbagai fasilitas kesehatan untuk lamar kerja meski yang diterimanya penolakan semua.
Melalui dua jalur yang berbeda (jalur udara dan jalur laut, bukan jalur Gaza), keduanya berjuang untuk mencapai tujuan dan menggapai cita-cita layaknya sahabat imut mereka.
Killua tinggal main congklak aja sama Gon :)
Suatu siang, Killua lagi jalan-jalan di pantai yang sepi. Si kucing putih berdiri natap laut. Bukan cari ikan untuk dicaplok, tapi Killua lihat ada sebuah botol kecap mengambang di laut hanyut terbawa ombak sampe ke pantai.
"Wah, lampu ajaib model baru."
Killua ambil botol kecapnya terus digosok, tapi gak ada jin yang keluar. Killua buka botol kecap yang isinya segulung kertas. "Apa ini resep rahasia krabby patty? Atau gulungan ninja?"
Begitu kertasnya dibuka, ternyata itu peta. "Wah, peta harta karun! Gon harus lihat ini!"
Killua ngacir ke rumah Gon bawa botol kecap berisi peta harta karun. Killua noleh pas lewat pohon beringin dekat rumah Gon karena ada yang manggil, "Killua! Main bekel, yuk!"
"Gon! Jangan main bekel di dahan pohon! Aku punya peta harta karun, nih!"
Gon lompat turun nyamperin Killua. "Dapat dari mana petanya?"
"Terdampar di tepi pantai."
Gon perhatiin si peta. "Killua, ini bukan peta harta karun, tapi peta menuju rumah baru yang ayahku beli. Ada tulisannya di pojok kanan atas."
"Kalo begitu, ayo kasih tahu papamu."
"Nanti sore aja bilangnya, ayahku lagi pergi."
"Pergi ngapain?"
"Berburu ubur-ubur."
Sore harinya, Ging pulang. Mereka bertiga mandi sambil ngobrol. Gon udah kasih tahu Ging tentang peta menuju ke rumah baru yang Killua temukan. "Ayah, kapan kita pindah?" tanya Gon kayak Dora.
"Kita? Kamu aja kali, ayah enggak :v"
"Berarti ayah netap di sini?"
"Iya, bibimu ngancam kalo ayah pergi lagi nanti gak usah pulang sekalian, masalahnya Lisensi Hunter ayah disita dalam Kotak Pandora :("
Killua nyimak sambil ketawa dalam hati. 'Bukan SUSI suami takut istri, tapi DUBI duda takut bibi.'
"Kurapika sama Leorio gimana, ayah?"
"Reorio datang bareng Kurapika, besok ketemuan di pantai sama kalian jam enam pagi."
"Ayah tahu dari mana?"
"Sebelum pergi, Reorio udah titip pesan itu."
"Kalo begitu, aku titip rindu buat ayah :)"
Sebelum tidur, mereka berkemas untuk pindah rumah besok. Masing-masing bawa ransel berisi pakaian, makanan, pancingan Gon, skateboard sama yoyo Killua yang dibawa dari rumah.
"Killua udah bilang orang tua kalo mau pindah?" tanya Gon. "Apa orang tuamu juga udah tahu kalo nginap sebulan di sini?"
"Malah kubilang mau bangun rumah di Atlantis terus tinggal di sana selamanya :)"
"Kata orang tuamu apa?"
"Boleh, tapi setiap bulan Ramadhan aku mesti pulang, tiap Idul Adha juga harus pulang bawa daging kurban."
"Orang tuamu percaya kamu pergi ke Atlantis?"
"Ya, bahkan mereka percaya Atlantis itu ada."
"Atlantis memang ada, kan?" Gon bingung, Killua ikut bingung. "Atlantis itu samudra, kan?"
"ITU SAMUDRA ATLANTIK, GON!"
Besoknya jam 05.45 pagi, Gon sama Killua pamit habis sarapan berdua. Mito bikin bekal untuk mereka berempat, bonus an*angin untuk Leorio. Ging peluk anaknya, Mito sama Nenek Gon ikutan. Killua bengek terjepit dalam pelukan itu.
Ging mau antar dua anaknya ke pantai, tapi Mito larang karena takut Ging malah ikut. Maka, dua bocah itu pergi ke pantai diiringi lambaian sapu tangan penghuni rumah yang berderai air mata.
Di pantai, perahu kertas Leorio berlabuh. Seorang nelayan bernama Pak Kumis yang lihat Leorio turun dari perahunya nyamperin, nawar perahu kertasnya Leorio untuk ditukar dengan sebuah transportasi laut berupa pisang goreng /bukan.
Leorio setuju, karena barang tawaran dari Pak Kumis lebih bagus ketimbang perahu kertasnya yang lebih dibutuhkan Pak Kumis. Habis barter, Leorio lihat ada bidadara turun dari langit pake parasut. Leorio panggil namanya, "Kurapika!"
Si bidadara yang hampir mendarat jadi tertiup angin terus nyangkut di pohon kelapa.
Akhirnya, pasutri itu jumpa lagi di bawah naungan pendaman nyiur berlatar sunrise :)
GoKill yang lagi nonton matahari terbit nyamperin Romeo dan Julid yang bertemu kembali di Ancol, terus cipika-cipiki melepas rindu. Gon kasih bekal dari Mito untuk keduanya, Leorio jadi baper.
Gon yang ketularan Dora nanya, "Leorio, kenapa kita ketemu di sini? Terus kita mau naik apa?"
"Berdasarkan peta, titik berangkat terdekatnya pantai. Gak ada kapal yang berlayar ke wilayah rumah itu, jadi kita naik kendaraan hasil barter perahu kertasku sama bapak nelayan." Ketiga temannya kaget pas Leorio tunjuk transportasi yang akan ditumpangi.
Gon teriak heboh, "Wah, banana split!"
"Itu banana boat!" protes semuanya.
Gon jelasin tentang peta menuju rumah baru yang disimpannya, terus minta Kurapika pegang peta selama pelayaran. Sebelum berangkat, mereka berdoa terlebih dahulu supaya selamat sampai tujuan kayak lagi wisata naik pisang ajaib.
Gon paling depan, Kurapika si pemegang peta di belakangnya untuk kasih tahu Gon arah yang dituju, Killua sama Leorio jaga bagian belakang.
"Ke mana?" tanya Gon, Kurapika buka petanya. "Tujuan pertama kita Pantai Selatan."
"Maksudnya, kita harus berlayar ke arah selatan sampe ketemu pantai?"
"Mungkin iya. Kamu tahu arahnya, kan?"
"Yup, let's go!"
Sejam berlalu, banana boat meluncur dari pantai Pulau Kujira ke arah selatan menuju sebuah pulau kecil yang tampak dari jauh. Tanpa teropong, Gon bisa lihat di pantai pulau itu ada plang nama bertulisan PANTAI SELATAN yang terpampang.
"Terus ke mana?" tanya Gon, Kurapika buka peta lagi. "Dari pantai belok ke kanan, habis itu lurus terus sampe tanda silang."
"Aye aye, captain!"
Selama berlayar, mereka ngobrol. Kurapika cerita, "Balon udaraku dikasih ke anak awan, namanya Fuwa*to, terus aku diberi parasut. Jadi, aku terjun payung ke pantai Pulau Kujira."
Kurapika The Balloonist :)
Empat jam berlalu, mereka tiba di sebuah pulau besar yang berada di depan mata. Ada beberapa pulau besar lain di sekitarnya. "Wilayah ini mirip Segitiga Bermuda," kata Kurapika.
Gon tunjuk pulau tujuannya. "Kalo misalnya ini Segitiga Bermuda, apa itu Pulau Masalembu?"
"Pulau Masalembu letaknya di Indonesia, Segitiga Bermuda di Samudra Atlantik," jelas Kurapika.
"Nanti ada Pulau Masakambing lagi." –Leorio.
"Ada, kok, cari aja :)" –Kurapika.
"Pulau Masabodo atau Pulau Masasih ada?" –Killua.
"Gak ada, yang ada Pulau Masalahbuatlo." –Kurapika.
Akhirnya, mereka terdampar di pantai pulau itu dengan banana boat parkir di tepi pantai. "Aneh, pulau besar begini pantainya sepi," kata Kurapika.
Killua protes, "Jangan bilang aneh dong, kalo ada orang aneh yang muncul gimana?"
"Kayak begitu?" Gon tunjuk sekumpulan orang aneh pake topeng yang menutupi kepala sampe lutut lari sambil bawa tombak ke arah mereka.
Para orang aneh itu teriak, "PULU PULU PULU!"
"KABOOOR!" Empat Serangkai tancap gas ambil langkah seribu dikejar Suku Pulu Pulu.
Mereka lari menyusuri pesisir pantai lalu masuk ke dalam hutan belantara. "Semuanya berpencar! Kita ketemu lagi di alun-alun kota setelah keluar dari hutan ini!" seru Kurapika habis lihat peta.
"Kota apa?!" tanya Leorio, Kurapika yang fokus lari cuma jawab, "Kota Tuwa—ayo cepat!"
Mereka berpisah untuk menyelamatkan diri, kalo bareng malah dikepung. Kumpulan orang aneh itu ikut berpencar kejar targetnya masing-masing.
Tapi, bukan Empat Serangkai namanya kalo cuma lari tanpa beraksi :)
Gon berbalik, mata kail pancingannya dilempar untuk mengait bagian belakang celana salah satu orang Pulu. Gon tarik pancingannya juga si Pulu yang nabrak kawanannya sampe jatuh atau terpental ke mana-mana.
"Mata pancing, yes!" –Gon.
Killua manjat naik ke dahan pohon. Killua lempar yoyo untuk ikat para pengejarnya jadi satu, terus pake nen listriknya yang merambat dari yoyo ke tubuh orang Pulu Pulu itu sampe gosong.
"Makan tuh listrik." –Kang PLN.
Kurapika terkepung, sesuai rencana. Kurapika pake rantai besi biasa. Tekniknya hampir sama kayak Killua, bedanya Kurapika gantung orang Pulu Pulu yang dirantai itu di pohon kayak pinata. Kurapika pun melenggang kangkung, eh, pergi.
Leorio memukul tanah bertubi-tubi, pake jurus nen untuk nonjok orang Pulu Pulu sampe mental kayak nonjok Ging pas Pemilihan Ketua Hunter.
"AAAUOUOOO!" Leorio kesurupan tarzan.
Mereka menempuh jalan masing-masing menuju kota yang ada setelah keluar dari hutan dengan berjalan di jalan yang lurus. Begitu keluar hutan ada jalan raya yang sepi, mereka menelusuri jalan itu sampe ke kota. Sesuai namanya, Kota Tuwa terlihat kuno tapi estetis, bagus buat latar foto untuk diunggah ke sosial media.
Empat Serangkai selfie ria. Ganteng dikit cekrek, ganteng banyak cekrek, turis ganteng like this :]
Gon bikin vlog pake kamera ponsel pintarnya. "Hi, guys! Aku lagi di Kota Tuwagapat, itu ada nama lengkap kotanya tuh di papan reklame Indomerit. Aku mau ke alun-alun kota, tapi gak tahu arahnya. Coba kutanya orang sini."
Gon nyamperin seorang ustadz bernama Pak Haji Ijah yang lagi beli nasi goreng, terus cium tangan. "Pak Haji, alun-alun kota di mana, ya?"
"Oooh, kamu kue pancong, ya?"
"Maksudnya pelancong? Iya, aku pelancong, mau ke alun-alun kota. Arahnya ke mana?"
"Dari sini lurus, terus ada tukang bubur, naik haji. Eh, maksudnya belok kiri, lurus lagi ada Patung Pancoran sampe, deh."
"Oke, terima kasih, Pak Haji! Nasi gorengnya biar aku aja yang bayar :)"
Berjalan sesuai arahan, Gon sampe di alun-alun kota dengan Patung Pancoran di tengahnya. Habis foto bareng si patung, Gon lanjut vlogging sambil celingak-celinguk persis anak hilang.
"Killua? Kurapika? Leorio? Mujidin?" –Gon.
"Gon parodi meme Olaf?" –Leorio
Tiga orang yang dicari nongol dari balik patung. Akhirnya, mereka ketemu lagi, terus foto-foto sama patung. Mereka istirahat makan siang di alun-alun kota, menikmati lezatnya bekal buatan Mito, snack yang dibawa serta jajanan khas kota itu sambil jepret narsis sana-sini.
Kllua makan nasi, lauknya chocorobo-kun. "Cari alamat rumahnya gimana?" tanyanya.
"Aku punya." Leorio tunjukin alamat rumah yang tercatat di notes ponsel pintarnya. "Lokasi rumah itu di kampung dekat kota ini, kita naik kereta ke sana. Stasiun keretanya gak jauh, kok."
"Kau dapat dari mana?" Kurapika makan nasi kucing, Killua terigered melihatnya.
"Ingat nada dering ponselnya Ging?" kata Leorio, mereka ngakak terus tersedak. "Si penelepon itu agen properti, bahas jual beli rumah sama Ging via telepon. Kata si agen, peta sama alamatnya terpisah; peta dikirim lewat laut, alamatnya lewat WhatsNext Ging terus dikasih aku."
Gon nanya, "Kenapa begitu?"
"Akses ke wilayah ini ruwet, jadi petanya dikirim langsung daripada difoto pake kamera gak jelas," jawab Leorio, mau minum an*angin tapi sayang.
"Rumahnya kayak gimana?" Killua nyomot ponsel Leorio seenaknya. "Oh, aku tahu rumah ini."
"Cius?" –Gon.
"Mi apa?" –Leorio.
"Memangnya rumah apa?" –Kurapika.
"Rumah Uya :v" –Killua.
Si kucing putih mabook dijejali w*iskas sekarung.
Habis makan siang, mereka beranjak ke stasiun. Leorio yang kalah suit antre beli tiket kereta untuk empat orang, terus mereka tunggu keretanya di peron. "Kenapa gak boleh lewat garis kuning?" Gon tunjuk garis kuning di pinggir peron.
"Itu garis polisi :)" –Killua yang dipercaya Gon.
Kereta datang, mereka masuk ke gerbong yang sepi gak ada orang. Bebaslah mereka bermain di sana. "Keretanya gak penuh kayak di film Train to Muzan," komentar Killua, gelayutan di handgrip kayak monyet.
"Train to Wuhan kali," timpal Gon sambil tiduran di kursi kereta. "Filmnya tayang tahun 2020."
"Train to Muzan udah tayang, pemeran si Muzan mirip Michael Jackson." –Killua fanboy.
Leorio sama Kurapika duduk di sebelah Gon yang tidur. Kurapika tidur, kepalanya bersandar di bahu Leorio yang mesem-mesem sendiri. Killua molor sambil gelantungan di handgrip kayak kukang.
Leorio gak tidur untuk bangunin ketiga temannya pas kereta sampe stasiun tujuan. Mereka turun dari kereta, Gon sama Killua jalan sempoyongan. "Untungnya Killua gak jatuh," tawa Leorio.
"Harusnya tadi gue jatuh biar lu ketiban :("
–Sidat albino laknat.
"Dari stasiun, lewat jalan tikus sampe ke komplek perumahan," ujar Leorio. Gon tunjuk jalan kecil di samping stasiun. "Ini jalan tikus," katanya.
Di papan nama jalan itu tertulis Jl. Tikus.
Mereka menelusuri jalanan sempit yang panjang bak lorong tak berujung. Di situ banyak tikusnya, tikus berdasi pun ada. Untung semua tikus itu gak dimakan Killua.
"Udah berapa lama kita di sini?" tanya Kurapika gak sabaran, Leorio cek jam tangannya. "Sekitar 45 menit," jawabnya.
"Lari, yuk! Kayak lari di terowongan pas Ujian Hunter!" ajak Gon, mereka terus lari ke depan karena jalannya cuma lurus tanpa tikungan.
"Ujungnya di mana, sih? Gue kebelet, nih!" Killua misuh-misuh. Gon sama Kurapika ketawa, Leorio ngibul, "Sabar, panjang jalan ini sepanjang Jalan Raya Pos dari Anyer ke Panarukan."
"Sekalian aja Jalan Malioboro :(" –Killua kebelet.
Kurapika ikut jahil. "Masih jauh ujungnya, lebih jauh dari Sabang sampai Merauke."
"Ngompol ajalah :(" –Killua ngambek.
Mereka lari secepat kilat hingga muncul setitik cahaya nun jauh di sana, terus lari menuju cahaya itu sampe akhirnya keluar dari ujung jalan. Sinar matahari menyoroti empat pendatang baru yang terpaksa ngerem mendadak sambil tutup mata, tapi malah nyusruk berjamaah.
Beringsut bangun, keempatnya perlahan melek terus melotot. Mereka tiba di sebuah komplek perumahan bernama Yorkshin City Residence.
"Komplek perumahan apanya? Kampungan!" Killua misuh-misuh, ketiga temannya melongo menatap gerbang komplek perumahan berupa gapura merah putih berhiaskan bendera bekas 17-an dengan tulisan HUT RI yang masih awet.
"Itu bukan alamat palsu, kan?" Kurapika natap Leorio yang cuma geleng kepala, terus beralih pada Gon yang tiba-tiba teriak, "Pak Haji!"
Pak Haji Ijah timbul dari Jl. Tikus bawa sebungkus nasi goreng. "Eh, kamu," sapanya. "Katanya mau ke alun-alun kota, kenapa nyasar kemari?"
"Tadi aku ke sana ketemu teman-temanku; yang cantik ini Kurapika, itu Leorio yang lagi bengong, sama yang lagi misuh-misuh namanya Killua."
"Terus kamu siapa?"
"Namaku Gon! Maaf tadi lupa kenalan :v aku mau tanya Pak Haji, betul di sini Komplek Perumahan Yorkshin City Residence?"
"Seratus buat kamu."
"Apa ini gerbang masuknya?" Gon tunjuk gapura itu. "Ini gerbang belakang, kalo gerbang depan khusus untuk kendaraan bermotor. Pejalan kaki masuknya lewat sini," jelas Pak Haji Ijah.
Killua yang rusuh sama gapura mingkem.
Gon pinjam ponsel Leorio yang setengah sadar. "Pak Haji tahu alamat rumah ini?" Gon tunjukin alamat rumah itu pada Pak Haji Ijah.
"Dari sini lurus, terus ada tukang mi ayam beli aja, harga murah cita rasa bakmi mewah. Terus belok kanan, lurus lagi sampe, deh."
"Oke, terima kasih, Pak Haji! Nanti kubeliin mi ayamnya :)"
Gon beralih pada teman-temannya. "Alamatnya betul kata Pak Haji," ujarnya, Kurapika yang tadi nyimak nanya, "Terus si Pak Haji ke mana?"
"Ada di ... eh, kok gak ada hilang?"
Mereka pun jalan sesuai petunjuk, mampir beli mi ayam juga untuk Pak Haji Ijah kalo ketemu lagi. Mereka jalan-jalan keliling komplek sederhana berkesan modern itu.
Aneka macam pepohonan rimbun, beragam jenis tanaman indah, bunga-bunga cantik yang tumbuh di halaman setiap rumah dengan cat warna-warni memperelok suasana. Udara sejuk terasa segar ketika dihirup, tapi garasi rumah penduduk yang berisi mobil mahal dan motor bermerek bikin bengek lihatnya :')
Banyak fasilitas umum kayak taman bunga yang rimbun, taman bermain, lapangan, tanah lapang untuk hari raya Idul Fitri sama Idul Adha; masjid, mushalla, warung, ruko (rumah toko), Indomerit.
"Gerbang depannya kayak gimana?" tanya Leorio, baru siuman. Kurapika ikut kepo. "Mau lihat?"
Gon mau jawab tapi disela Killua, "Gue kebelet!"
Killua ngacir disusul ketiga temannya, kasihan si anak kucing nanti tersesat sendirian.
Setelah melalui perjalanan panjang, melewati berbagai halangan dan rintangan, petualangan Empat Serangkai berakhir di depan sebuah rumah minimalis dengan harga fantastis. Cat kuning pastel yang tampak cerah serasi dengan permadani rerumputan hijau yang menghampar. Pohon sakura tumbuh di halaman depan, pohon rambutan ada di halaman belakang. Rumah itu dikelilingi tembok pagar bercat krem pastel yang lembut dengan gerbang besi dark chocolate.
Mereka berpelukan ala teletubbies, merayakan pindah rumah kecil-kecilan. Tapi, tidak semudah itu Fergunawan :)
"Eh, kunci rumahnya mana?" tanya Killua. "Pintu gerbangnya digembok, tuh."
Leorio jawab, "Kata Ging, kuncinya dititip sama Pak Haji Ijah tetangga kita."
Gon teriak lagi, "Pak Haji!"
Pak Haji Ijah muncul kembali. "Eh, ternyata kalian tetangga barunya. Nih, kunci gembok sama kunci rumah titipan agen properti. Selamat datang, ya, moga betah di sini."
Mereka masuk ke dalam rumah. Bagian dalam rumahnya bersih, perabotan rumah yang dibeli udah tertata rapi dan teratur sesuai permintaan Kurapika sama Gon selaku pengurus rumah tangga. Kurapika yang susun desain interior rumah bergaya eksotik dengan hasil artistik.
Pak Haji Ijah tunjukin semua ruangan rumah. "Ini dapur, itu kamar ma—astagfirullah, apaan yang lewat putih-putih?!"
Killua melesat masuk ke dalam kamar mandi, udah kebelet buang air kecil sedari tadi. "Akhirnya lega," katanya sambil jongkok di kloset duduk.
Teman-temannya ngakak bareng, Pak Haji Ijah lanjut bicara, "Pompa airnya belum nyala, belum ada air di wastafel sama kamar mandi."
***
Selesai :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top