Minifict : Ulangan
Note baru :
Ini bikinnya udah lama, tapi saya baru lanjut begitu selesai PAT, iyalah masa ngetik sambil belajar nanti yang diketik malah pelajaran :v
Yah, belajarnya sambil main HP sama nonton TV juga sih /plak.
PAT KELAR COOOOOOOOOOYY!
***
Yey, bikin mini fanfiction ehehe :v
Ini saya bikinnya pas sehari sebelum PAT loh, lagi baca LKS IPS tentang prasasti Yupa tiba-tiba saya kesambet ide langsung pindah haluan ke Wattpad :v
Iya emang saya nggak niat banget belajar buat PAT :"(
Rapor kebakaran karena nilai jeblok itu sudah biasa, YIHAAA!
Ya udahlah ya, enjoy!
***
Ulangan 1 : Informasi Simpang Siur
Beberapa minggu sebelum penilaian akhir tahun (PAT) berlangsung, siswa-siswi Hunter Junior High School masih bersantai ria menikmati hari-hari di sekolah tanpa ulangan dadakan yang entah kenapa hampir tidak pernah terjadi.
Mungkin karena populasi tukang tahu bulat mulai menurun yang sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya seperti hubungan Anda dengan doi.
/dilempari kamus bahasa Inggris/
Tapi, tidak semudah itu Fergunawan.
Pintu bobrok kelas 7-4 tiba-tiba hancur akibat didobrak oleh seorang pemuda berambut silver yang tampak sangat panik, ia dilanda kecemasan yang begitu kentara pada raut wajahnya yang kadang bisa imut bisa juga jadi ganteng.
Pemuda itu berteriak, "MAYDAY MAYDAY! DUA MINGGU LAGI PAT!"
Seketika, kelas bobrok tersebut pun menjadi ribut, dipenuhi jeritan hati para siswa-siswi yang tidak siap jika harus romusha dalam kurun waktu dua minggu kedepan.
Bagi mereka, dua minggu sama dengan dua hari—tidak cukup untuk memasok otak dengan bejibun pelajaran yang seolah tidak sudi memasuki otak mereka yang penuh akan kesomplakan yang somplak.
"TIDAAAKK!!"
"INGIN KU TERIAAAKK AAAAAAA!"
"LU UDAH TERIAK WOI!"
"DUA MINGGU?! MENGAPA HARUS DUA MINGGU?! COBA DUA BULAN LAGI, GUE KAN BISA STREAMING ANIME DULU! AAAAAKH! MANA MANGA YANG WAKTU ITU HIATUS UDAH UPDATE LAGI!"
Bukan, ini bukan saya yang teriak.
"AAAAAAAAKH! KAKI GUE JANGAN DIINJAK WOI!"
"GUE YANG HARUSNYA BILANG BEGITU, KAMPRET! LU NGINJAK KAKI GUE!"
"TIDAAAK! MENGAPA INI HARUS TERJADI PADAKUUU?!"
"EMANGNYA LU DOANG YANG MENDERITA? GUE JUGA NIH!"
"YA UDAH SINI KITA MENDERITA BARENG AJA!"
Tiba-tiba iklan Heksos versi Senritsu lewat, "STOOOOOOOOOOOOOOOP!"
Disusul suara jangkrik selaku objek penelitian dari laboratorium.
Si pemuda berambut silver yang berdiri di ambang pintu sambil terbengong-bengong langsung berdeham. "Tenanglah, wahai saudara-saudara sekalian. Masih ada informasi lain yang harus saya sampaikan demi kesejahteraan kita semua bersama."
"Apaan, Killua?"
"Perasaan gue nggak enak."
"Kalo gak enak gak usah dirasain."
Pemuda bernama Killua itu berjalan menghampiri meja guru dan duduk di sana—tepat di atas meja guru.
Seorang pemuda berambut hitam jabrik dengan nama Gon tertera pada badge namanya mengacungkan tangan, membuat perhatian seluruh kelas terpusat padanya.
"Kamu tahu informasi itu dari siapa?" Gon bertanya, Killua menjawab, "Dari wali kelas kita, Wing-sensei."
Gon bertanya lagi, "Kapan Wing-sensei memberitahumu?"
"Dua minggu yang lalu," jawab Killua dengan belegug.
"BERARTI BESOK PAT, DONG?!"
"KILLUAMPREEET!"
***
Ulangan 2 : LJK dan Kertas Soal
Hari ini penilaian akhir tahun (PAT). Ruang kelas beralih fungsi menjadi arena bertarung. Pertarungan sengit antara masing-masing siswa dan siswi dengan sejumlah soal yang harus dikerjakan sedang berlangsung dan dipantau langsung oleh kamera CCTV.
Jangan lupa ada pengawas ruangan. Kelas 7-4 dapat pengawas ruangannya si Menchi-sensei.
Entah harus tenang atau apa, nanti saat mengerjakan soal tiba-tiba disuruh masak LJK buat bikin bubur kertas bagaimana?
Yah, nggak mungkin lah ya. Cuma dicerewetin aja.
"Isi dulu data diri masing-masing di LJK, jangan data diri orang lain. Periksa betul-betul tulisan nama, jangan tulis nama mantan. Tulisnya nomor peserta PAT bukan nomor peserta ujian Hunter apalagi nomor telepon! Kalo nomor rekening bank boleh. Tanggal di bagian atas itu tanggal lahir kalian bukan tanggal hari ini! Memangnya kalian baru lahir?! Yang paling penting, JAWABANNYA DIHITAMKAN BUKAN DISILANG! PAHAM?!"
Tidak ada yang menyahut, mereka hanya diam mendengarkan meski dalam hati masing-masing jengkol (jengkel + dongkol) sepenuhnya.
"Kertas soalnya akan dibagikan," ucap Menchi-sensei seraya membagikan kertas-kertas soal sesuai dengan jumlah murid pada setiap barisan.
Tapi, Hisoka yang duduk paling belakang belum kebagian kertas soal. Agak beruntung juga duduk paling belakang, karena Gon duduk persis di depannya.
Alarm tanda darurat nyala.
Gon menoleh ke belakang saat Hisoka menyentuh pundaknya. "Ada apa, Hisoka?" tanya Gon sambil sedikit memiringkan kepalanya.
'Imut sekali apqbwkdyspnorkte!'
Jangan tanya itu batin siapa.
Hisoka tersenyum mengerikan, kedua matanya sampai terpejam. Gon diam-diam bergidik ngeri, keringatnya mengucur melihat senyuman iblis Hisoka. "Ano, aku belum kebagian kertas soal," jawab Hisoka, setelahnya dia terkikik kayak Sadako.
Tunggu dulu, Sadako bunyinya kayak gimana? Dia bisa ketawa nggak?
Ya udahlah ya, biarin aja /dilempari kotak amal sama Sadako/
"Oh! Maaf, aku lupa," ucap Gon seraya memberikan kertas soal pada Hisoka. Gon terkekeh malu, membuat wajah badut Hisoka merona dan membuatnya benar-benar terlihat seperti badut.
Hisoka kian melebarkan senyuman iblisnya, lalu berkata, "Kau sangat imut ketika lupa."
Gon langsung panik sekaligus takut, kalau yang duduk di belakangnya itu Killua, pasti dia sudah dipukul dengan gulungan kertas soal.
Tapi, Hisoka tiba-tiba mencengkeram tangan Gon yang tadi menyodorkan kertas soal dengan sangat erat, membuat Gon meringis kesakitan.
Hisoka menatap Gon layaknya Valak melihat Caki sama Anable lagi main PS4. Kemudian, Hisoka mengedipkan sebelah matanya.
Gon langsung teriak, "SENSEEEII!"
Satu kelas melayangkan tatapan horor pada Hisoka, termasuk Menchi-sensei. Gon terlanjur nangis, sementara Hisoka cengo gara-gara telinganya jadi pekak akibat teriakan Gon.
Akhirnya, tempat duduk Hisoka dipindahkan ke toilet umum di samping sekolah, sedangkan Gon ditaruh di sebelah meja pengawas.
"Ada lagi yang belum kebagian kertas soal?" tanya Menchi-sensei, Shizuku mengacungkan tangan.
Shalnark yang duduk di samping Shizuku lantas memberikan kertas soal padanya. "Ini, ada sama aku," ujar Shalnark sembari menyodorkan kertas soal tersebut.
"Eh, terima kasih."
Tapi, yang Shizuku ambil bukan kertas soalnya, melainkan tangan Shalnark yang terulur. Akhirnya, mereka saling pegangan tangan.
Sekelas kompak bersorak, "CIEEE!"
"Eh! Ini bukan—"
GEDUBRAK!
Tiba-tiba Shizuku jatuh dari bangku, tangannya yang dipegang Shalnark tadi refleks ditarik sama Shalnark. Otomatis Shizuku ikut tertarik dan berakhir jatuh.
"Aduh," ringis Shizuku. "Kenapa aku duduk di lantai?"
Pikunnya kumat lagi.
Shalnark membantu Shizuku duduk kembali dan meminta maaf, serta memberikan kertas soal yang menjadi sumber perkara. "Ano, ini kertas soalnya," kata Shalnark.
Shizuku mengerjapkan mata, menatap bingung pada Shalnark. "Aku sudah punya, kok," balasnya.
"Loh?" Kali ini Shalnark yang bingung. Menchi-sensei juga ikut bingung. "Terus tadi kenapa kamu mengacungkan tangan?" tanyanya.
"Kenapa, ya?"
Pikunnya kumat lagi (2).
"Oh, itu!" Shizuku teringat kembali. "Saya mau izin ke toilet!"
GEDUBRAK! Sekelas jatuh semua dari kursi, termasuk Hisoka di toilet umum di samping sekolah.
Setelah urusan kertas soal yang lebih beberapa lembar, ujian hari itu berjalan lancar sampai selesai.
***
Ulangan 3 : Menyontek
Hari ini penilaian akhir tahun (PAT). Ruang kelas beralih fungsi menjadi arena bertarung. Pertarungan sengit antara masing-masing siswa dan siswi dengan sejumlah soal yang harus dikerjakan sedang berlangsung dan dipantau langsung oleh kamera CCTV.
Pengawas ruangannya lagi bertapa di atas kipas angin.
Satu-satunya kipas angin yang menyala tak mampu menghentikan setiap tetes keringat para siswa-siswi yang mengucur membasahi seragam sehingga menimbulkan bau tak sedap menyeruak ke seluruh penjuru ruangan.
Tentunya, kalau masa-masa ujian seperti ini pasti ada saja siswa maupun siswi yang mencuri kesempatan dalam kesempitan untuk mendapatkan jawaban dari orang lain.
Adapula yang hanya sekadar bertanya atau meminta penjelasan tertentu tanpa bermaksud meminta jawaban, contohnya saya :v
Tapi udahnya nyesel 😂
Kalau dalam hal seperti itu, biasanya menanyakan tentang istilah sulit, arti kata baku, atau meminta penjelasan soal, seperti :
"Arti makna maksud hikmah adalah ialah yaitu yakni...."
Dari soal di atas, dapat diketahui bahwa yang membuat soal tersebut adalah Tonpa-sensei. Guru paling menyesatkan seantero Hunter Junior High School.
Dan jawaban dari orang lain pun kadang tak kalah menyebalkan. Contohnya, Pockle menanyakan soal yang tertulis di atas kepada Ponzu, namun jawaban yang diterimanya hanyalah jawaban terkampret sepanjang ujian.
"Ponzu, soal nomor 77 artinya apa?" bisik Pockle pake toa.
"Arti soal itu ya soal itu sendiri."
IYA ARTINYA APAAN BAMBANG.
Ponzu : Gak sadar diri lu, padahal tiap ulangan kagak pernah mau kasih jawaban sama temen.
Saya : Ya iyalah, mereka kan bukan teman saya :v
Selain itu, menyontek memang sudah menjadi hal yang lazim di kalangan siswa, namun metode yang digunakan untuk menyontek pastilah berbeda-beda.
Killua sudah tidak tahan lagi sekarang. Rambutnya yang tadinya silver bisa berubah menjadi uban jika lama-lama menghadapi satu soal panjang yang jawabannya cuma satu kata.
Kalau sudah begini, Killua akan melihat setiap opsi jawaban, mencoba mengartikan dengan mengingat-ingat isi buku resep racikan obat herbal yang dihafalkannya tadi.
Sekarang ini ulangan pelajaran ilmu pengetahuan sosial :^
Tapi, Killua segera membuang jauh-jauh semua gengsinya untuk bertanya pada Gon di sampingnya.
"Pssstt, Gon," panggilnya dengan berbisik. Killua melirik si pengawas yang masih melakukan ritual bergelantungan di kipas angin, memastikan tindakan kriminalnya tidak dipergoki.
"Yupa itu apa?" Killua bertanya, Gon menjawab, "Kembarannya Yupi."
Seketika Killua menyesal bertanya pada orang yang sama seperti dirinya; sama-sama tidak tahu jawaban dan asal menjawab.
Beginilah bunda, risiko apabila Anda membiarkan putra Anda menyontek kepada orang yang salah.
Ada juga yang ketika menyontek tidak tanggung-tanggung, satu pertanyaan untuk semua jawaban.
Kali ini, Gon yang merasa dirinya harus bertanya, bukan menyontek. Ini memang demi dirinya sendiri, tapi kalau tidak dilakukan, habislah sudah riwayatnya.
Gon melirik Kurapika yang langsung peka dan membalas tatapan memelas dari Gon. "Kurapika," Gon menatap Kurapika dengan tatapan memohon, "nomor 1 sampe 100 pola kunci jawabannya apa? Vertikal atau horizontal atau menyilang atau membentuk sudut siku-siku atau sudut satu putaran penuh?"
Kurapika menatap nanar pada Gon, dia menghela napas kemudian menjawab singkat, padat dan jelas, "Aku masih mengisi data diri."
Yah, kadang pun orang lain tak bisa selalu diharapkan, bukan? Terutama dalam hal sontek-menyontek.
Makanya, jangan nyontek :^
***
Ulangan 4 : Good Bye Ulangan and Hello Remedial
Yak, langsung di-skip selesai penilaian. Mengingat sesuatu yang telah lalu tidak selalu baik, apalagi kalau ingat jawaban yang awalnya sudah benar tapi malah diganti.
Nyesek.
Ruang kelas kembali menjadi tempat yang ribut akan kebahagiaan dan kebebasan, para siswa dan siswi merayakan kemerdekaan dengan sorak sorai penuh suka cita.
"ULANGAN UDAH SELESAI GUYS!"
"YEEEEEEEEEEEEEEEEY!"
"BAKAR KERTAS SOALNYA YOOO!"
Sesat :^
"YATTA! BISA HIKIKOMORI LAGI!"
"Yokatta~ aku bisa nonton anime batch yang udah di-download sebelum penilaian, deh!"
"MAU NONTON WE BARE BEARS!"
Iya, itu saya yang teriak.
"GOOD BYE ULANGAAAN!"
"PERGI KAU ULANGAN YANG SUKA MENGULANGI KESALAHAN YANG SAMA BERULANG KALI!"
"OH, YEAH! KAGAK KETEMU LAGI SAMA SOAL-SOAL YANG SELALU MINTA JAWABAN TAPI NGGAK PERNAH KASIH PENJELASAN!"
"SELAMAT TINGGAL LJK, GUE UDAH SAMA BUKU SKETSAAA! HAHAHAHA!"
"NO RIGHT NO WRONG, NO RULES FOR MEEE~ I'M FREEE~ LET IT GOOO LET IT GOOO!"
"WHEN THE ROYAL DAY IS DONE, PRINCESS JUST WANNA HAVE FUN! Eh, tapi gue laki."
"KULIHAT CAH'YA ITUUU! Eh, gue gak tahu lanjutannya apaan."
Sebentar, ini kenapa jadi pada karaoke lagu Berbi?
Yah, pokoknya, kira-kira begitulah aspirasi masyarakat kelas 7-4 yang sedang berbahagia.
Sampai akhirnya....
"BYE BYE ULANGAN!"
"HELLO, REMEDIAL!"
Seketika, keheningan melingkupi seluruh penjuru kelas. Berpasang-pasang mata menatap ke arah dua orang bocah yang asal bunyi tanpa memikirkan eksistensi orang lain. Dan dua bocah tersebut terdiam.
Sekarang, jerit tangis dan raungan keputusasaan terpecah memenuhi seantero ruang kelas.
"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"
"NOOO! AKU TAK MAU BERPALING DARI KEBEBASAN, DIRIKU SUDAH NYAMAN DENGAN BELIAU!"
"KENAPA AKU HARUS DIJODOHKAN DENGAN REMEDIAL SEMENTARA KEBEBASAN PILIHANKU?"
"Coba gue itu Umaru yang di sekolah cerdas di rumah malas, hidupnya happy-happy saja."
"Bisa menyogok guru menggunakan lisensi Hunter? Aku punya banyak fotokopian lisensi Hunter, kok. Asalkan nilaiku ditambah dan bebas dari remedial."
"INI BUKAN ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG WAHAI SAUDARA!"
Situ orang Jepang, masa Jepang menjajah Jepang /plak.
"Ayah, mengapa aku remedial?"
Dan begitulah, akhir tragis dari kisah menyedihkan tentang siswa-siswi yang harus mengikuti remedial.
Selesai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top