Keluarga Tercemar At Least but Not Last


[Killua POV]

ADA YANG NYAHUT TAPI GAK ADA WUJUD!

Eh, tapi gue kayak kenal suaranya. Gue ngintip dari celah pintu, semoga mata gue gak bintitan habis ini. Ternyata, gue lihat penampakan lagi.

Ada kuntilanak gosok gigi pake sikat WC.

'Pemandangan nista macam apa ini, ya Gusti nu agung." –Killua lelah, mak.

"Aniki, gue tahu lu baka, tapi gak begini juga caranya!" Gue elus dada, berusaha sabar lihat kelakuan absurd yang bervariasi dari aniki.

"Begini gimana?" Aniki pura-pura bodoh, padahal aslinya memang go*lok /plak.

Terlanjur emosi, gue ngegas, "GOSOK GIGI TUH PAKE SIKAT GIGI YA BUKAN SIKAT WC! TERUS LU GAK SADAR APA, ITU BUKAN PASTA GIGI TAPI KRIM CUKUR AYAH, WOY!"

Aniki bengong natap sikat WC yang dipegangnya, mana mulutnya udah penuh busa krim cukur. Sungguh swatu keboduohan yang tyada tara.

Aniki merespons, "Oh."

What the nani, oh—

"Pantas aja pahit-pahit gimana 'gitu rasanya."

"Bodo amat!" Gue ngacir ke dalam kamar mandi, berdiri di depan cermin wastafel terus ambil sikat gigi sama pasta gigi punya gue yang mereknya pepusodensu rasa cokelat.

Aniki yang berdiri di sebelah langsung gue usir, "Gue mau sikat gigi, minggir lu makhluk astral!"

Eh, pas gue dorong si aniki ternyata tembus.

Oke ... aniki gak punya jubah tembus pandang kayak Harry Puter. Jadi, itu bukan aniki.

Gue syok, makhluk itu tiba-tiba nungging kayak pelari lagi start jongkok. "AING MAUNG!"

"GUE GAK NANYA LU SIAPA WOY! LAGIAN LU ITU KUNTILANAK BUKAN MACAN!"

Untungnya bathtubs dekat, jadi gue gampang ambil gayung untuk dilempar ke makhluk yang menjelma jadi aniki.

Iya, itu fungsi gayung; buat dilempar ke setan bukan buat mandi di bathtubs, kan ada shower.

Kampret, setannya hilang pas gue lempar gayung, menyisakan suara benturan gayung dengan dinding terus jatuh ke lantai. Seketika hening.

Jantung gue deg-degan karena ketakutan. Tapi, sekarang udah gak apa-apa, gue tinggal sikat gigi terus keluar dari sini.

"Eh, sikat giginya mana ... jatuh ke lantai."

Ekspresi gue ketika lihat sikat gigi sama pasta gigi jatuh ke lantai =_=)

Gue baru mau ambil, mendadak mukanya aniki muncul dari lantai.

"Hai, Tayo."

"EH AYAM KAGET KODOK TERBANG!"

Habis latah, gue terpeleset terus terjengkang dan akhirnya gue tercebur di bathtubs yang berisi air. Kayaknya makhluk itu niat banget ngerjain gue sampe segitunya.

Jam empat pagi, gue udah mandi gara-gara dijahili makhluk gaib.

Iya, habis tenggelam di bathtubs, gue sekalian mandi terus sikat gigi. Airnya dingin, tapi gue kebal. Untungnya si setan nista gak muncul lagi.

Tapi, tidak semudah itu Fergunawan.

Gue keluar dari kamar mandi, cuma pake handuk yang tersedia untuk siapa aja. Baju piyama yang basah udah gue taruh di keranjang pakaian kotor. Gue gak bawa baju ganti karena gue mandinya terpaksa dan tanpa diduga.

Sebenarnya, di kamar gue ada kamar mandi. Bahkan, setiap kamar anggota keluarga gue punya kamar mandi pribadi. Fyi, kamar mandi di rumah gue ada banyak karena rumah gue luas. Jalan aja ke pojok koridor di lantai manapun, ada kamar mandi untuk siapapun. Salah satunya kamar mandi dekat dapur ini.

Tiap kamar mandi juga ada penunggunya :)

Gue masih mejeng sambil keringin rambut pake handuk kecil, tiba-tiba ada suara langkah kaki. Dari jauh ada Pat Kai yang lari menuju kemari.

"Ada babi keluar kandang, guys."

"Kampret lu nekomata albino."

Ada angin apa si Piggy keluar dari tempatnya bersemayam? Apakah Sun Go Kong udah bebas dari kurungannya? Mari kita kupas tuntas perkara ini. "Ngapain lu keluar?" tanya gue basa-basi.

"Mau ikutan daftar Hafidz Indonesia, ya mau ke kamar mandi, lah!"

Btw, kloset yang ada di kamarnya Piggy rusak, jadi harus keluar kandang untuk buang hajat. Klosetnya mampet gara-gara ada dakimakura nyangkut di situ, gue salut sama orang yang berani buang waifu berkedok bantal punya babi bejat itu. Ya, gue orangnya :v

"Wah, lu mau ngepet, ya?" tuduh gue. "Yang jaga lilinnya siapa?"

"Bukan, go*lok! Minggir! Gue mau defekasi!"

Gue ngakak, "Gak usah sok iye deh lu! Gue tahu lu belajar IPA cuma materi reproduksi!"

"Bacot! Gue dah kebelet!"

Gue bergeser ke samping. Begitu Piggy hampir masuk ke kamar mandi, gue jegal kakinya supaya tersandung terus gelinding.

"Ya! Bolanya menuju gawang dan GOOOL!"

BRUAK!

Akhirnya, gue bisa lihat atraksi babi guling masuk ke kamar mandi sambil gelinding terus nabrak dinding. "Aksi yang sungguh luar binasa!"

Gue bertepuk tangan girang seraya melipir pergi, sepanjang jalan gue ngakak layaknya orang gila tanpa menghiraukan si babi yang menguik.

"Adek gak punya adab!"

"Bacot lu bulu babi tak berotak!"

Sampe di kamar, gue langsung pake baju terus salat. Habis itu rebahan lagi :v

"Mau ngapain, ya? Gak ada yang bisa diajak main. Game, komik, film, udah khatam semua."

Gue merem, lama-lama ketiduran. Begitu bangun ternyata udah siang, padahal rasanya baru tidur lima menit. Mungkin gue punya gen kucing, jadi sukanya tidur sama malas-malasan :>

"Mau food gathering dulu, ah," gumam gue seraya beringsut bangun.

Gue ngacir ke dapur yang sepi. Baguslah, gue bisa bebas eksplorasi kayak Dora di sini :v

Sasaran gue kulkas. Gue buka pintu kulkasnya pelan-pelan, terus gue intip ke dalam untuk lihat lampunya nyala :v

Habis itu, gue buka lebar pintu kulkas. Banyak makanan sama minuman ringan, makanan beku, bahan baku makanan juga ada.

Tapi gak ada chocorobo-kun :(

Pas buka freezer, rupanya ada beberapa boks es krim. Gue ambil satu boks yang rasa ketupat, terus tutup freezer sama pintu kulkas perlahan untuk lihat lampunya mati.

"Nah, sekarang cari—"

"Cari mati, ya."

Mendadak gue membeku kayak es krim yang gue pegang. Kali ini bukan setan, makhluk yang lebih seram dari sejenisnya aniki tahu-tahu muncul di belakang gue.

Gue noleh perlahan, terus senyum kaku pas bertatapan sama ayah. "Ayah mau es krim?"

Ayah melipat tangannya di depan dada. "Taruh es krimnya," titahnya, gue langsung nurut daripada berakhir semaput.

Ayah nanya lagi kayak malaikat yang bertanya dalam kubur, "Kamu puasa?"

"Iya ... eh, IYA PUASA! LUPA TADI HAMPIR BATAL!"

Gue langsung tutup mulut pake kedua tangan, kelepasan ngegas di depan ayah. "Maaf, ayah! Killua khilaf! Masih puasa, kok! Belum batal!"

"Y."

'Ya Gusti ... hampir aja dapat tiket ke akhirat.'
–Killua stay alive.

Gue pun hela napas lega. Akhirnya, gue balik ke kamar, sementara ayah pasang papan bertulisan "dapur di karang taruna selama puasa".

Gue mau bilang kalo yang betul karantina, tapi takut kamar gue kena imbasnya. Biarkan ayah berkreasi sesuka hati.

Di kamar, gue langsung salat. Begitu selesai, gue tiduran di kasur :v

Ini keseharian gue selama di rumah. Rebahan, berbaring, lompat-lompat atau yoga di kasur, akhirnya tidur sepanjang hari. Kalo punya game, komik, atau ada film yang seru, barulah gue bisa beraktivitas layaknya anak nolep.

Kenapa gue gak telepon, kirim SMS, atau chat teman-teman gue? Ya, kalo bisa udah gue lakukan sejak dulu, masalahnya rumah gue letaknya di gunung. Mana ada sinyal di sini :'

Untuk siapapun yang kasih usul untuk tinggal di gunung, lebaran nanti gue kirim THR berupa santet. Tapi, kayaknya percuma. Kalo yang kasih usulnya pendahulu keluarga gue yang udah wafat nanti santet itu lokasi tujuannya ke mana?

Oya, tinggal gue batalin aja pengirimannya :v

Lupakan tentang santet bin bantet itu. Sekarang gue bingung mau apa, hm....

Oya! Main ke kandangnya Alluka aja! Siapa tahu ada Kalluto juga, jadinya bisa main bertiga :)

Gue langsung ngacir keluar kamar sambil lari-lari kayak bocah ngejar layangan putus. Pas lewat dapur, gue dengar suara panci jatuh grompyang!

Lantaran kaget, gue tersandung terus nyusruk. "Wadaw! Itu panci jatuh apa bunyi gong, bikin orang jantungan aja!" gerutu gue emosi.

Sabar, orang sabar pahalanya besar :')

Gue bangkit berdiri, mengendap-endap untuk bersembunyi di balik tembok sambil ngintip ke dapur. Papan peringatan yang ayah pasang udah raib, juga tercium bau hangus dari dalam.

"Siapa yang masak di siang bolong begini? Lagi puasa juga," gumam gue. Pas gue lihat, ternyata itu Kalluto.

Emosi gue langsung padam kayak kerongkongan habis disiram es sirup marzan :)

Ting!

Sefruit obor yang biasa dibawa pas malam takbiran muncul di atas kepala gue. Iseng sedikit bolehlah, ya. Gue diam-diam nyamperin Kalluto, terus tepuk pundaknya. "DUARR MEOW!"

"EH REBUS IKAN KUKUS TERUS DIBUNGKUS!"

Gantian Kalluto yang kaget sekarang. Latahnya gak jauh beda anehnya sama gue, tapi Kalluto latahnya berima :v

"Hayo, ngapain di dapur siang-siang pas puasa? Buka masih lama." Gue cengar-cengir, sementara Kalluto gelagapan matiin kompor.

Gue lihat di wajan ada ikan gosong, udah hangus jadi abu. Kalo gue gak datang, si wajan mungkin udah meledak karena kelamaan di atas kompor. Pantat wajannya aja udah hitam pekat begitu.

"Killua-niichan bikin kaget aja," protes Kalluto dengan suara selembut cotton bud. Gaya bicara Kalluto mirip orang Sunda, alus pisan :v

Tapi, omongannya kadang kejam kayak komentar netizen negara +62.

"Hehe, mangap :v"

Kalluto mangap kayak cicak mau makan nyamuk. Yeu, si Unyil malah mangap betulan. "Maksudnya maaf, neng. Tutup mulutnya nanti ada kupu-kupu masuk," ujar gue, Kalluto pun berhenti mangap.

"Kalluto lagi ngapain? Kalo mau bakar-bakaran nanti pas lebaran."

"Bakar apa, Killua-niichan? Bakar petasan?"

"Bakar THR :)" –Killua holang kaya.

"Kukira bakar rumah :v" –Kalluto ikut gesrek.

"Tumben masak, mau jadi tikus Ratatouille?"

"Mau goreng ikan untuk Mike," jawab Kalluto dengan polosnya.

Sekalian aja kasih nasi kotak biar ada lauknya.

Gue pegang kedua pundaknya Kalluto sambil ceramah, "Begini ya dek, Mike itu makannya makanan mentah. Gak perlu digoreng, kasih ikan mentah juga dimakan. Terus kalo goreng ikan jangan kayak bakar sampah, bukannya matang ikan itu malah jadi arang. Pake minyak secukupnya. Jangan lama-lama gorengnya, kalo warna ikan udah kecokelatan, matiin kompor terus tiriskan. Paham?"

"Paham, cikgu."

"Supaya gak ketahuan ayah sama ibu, kita kubur ikan yang gosong itu terus cuci wajannya. Mike nanti dikasih pedigr*e aja."

Untung aja Kalluto penurut. "Kamu tunggu di sini, jangan sampe ada orang lain yang masuk," pesan gue yang diturutinya.

Gue ngacir ke halaman belakang yang dekat dengan dapur untuk ngubur jasad ikan gosong. Kalo ikannya cuma dibuang ke tempat sampah, pasti ketahuan ibu terus kita dimarahi.

Selesai ngubur ikan plus kasih batu kecil sebagai batu nisan, gue balik ke dapur. Kalluto lagi usaha nyalain keran air wastafel untuk cuci wajan. Keran air itu masih baru, susah dinyalain karena handle kerannya keras banget.

"Sini kubantu."

"Aku bisa, Killua-niichan. Aku kuat, kok."

"Jangan terlalu kuat putarnya nanti—"

BRUSH!

"—malah copot."

Air keran mengalir deras ke wastafel, cipratannya bikin baju gue sama Kalluto basah. "Gimana nih Killua-niichan? Handle kerannya malah copot," kata Kalluto panik, tapi mukanya cuek bebek.

"Kalluto, naik ke atas lemari!"

"Oke."

Satu-satunya tempat evakuasi terdekat cuma di atas lemari yang isinya peralatan masak.

Gue buru-buru pasang lagi handle keran supaya bisa dimatiin. Makin lama makin banyak air yang keluar, bahkan wastafel udah gak nampung lagi. Airnya ngalir sampe ke lantai.

Serasa nyasar ke "Te*ki no Ko" banjir sedapur.

"Killua-niichan, dapurnya banjir."

"Salahin Dewi merek air mineral!"

Airnya udah setinggi mata kaki, untung ada pembatas antara lantai dapur sama lantai koridor jadi airnya gak ngalir keluar dapur. Baju gue basah kuyup, tapi akhirnya handle keran itu bisa terpasang lagi. Gue putar perlahan untuk matiin keran, air pun berhenti ngalir.

Gue hela napas lega, sementara Kalluto di atas lemari tepuk tangan kayak habis nonton aksi penghentian ledakan bom air.

"Killua-niichan hebat," pujinya sambil senyum tipis. Gue cengar-cengir aja, ya banggalah sebagai abang yang bertanggung jawab.

"Nah, sekarang kita keringkan lantainya."

"Caranya gimana? Pake hairdryer?"

"Kita buang airnya ke halaman belakang pake wiper lantai," jawab gue sembari ambil alatnya terus kasih tutorial. "Dorong airnya kayak begini, arahkan ke halaman belakang."

Kalluto turun dari lemari terus ambil wiper lantai yang satu lagi. "Killua-niichan, balapan yok."

"Ayo! Yang menang jatah takjilnya double :D"

Akhirnya, kita balapan bersihin air sisa banjir lokal. Kalluto kelihatan senang, ya baguslah gue dapat pahala bikin orang bahagia :)

Berselang beberapa menit, banjir surut sisanya genangan air yang susah dibersihin pake wiper lantai. "Killua-niichan, airnya gak habis-habis kayak choqi-choqi," kata Kalluto.

Gue berpikir sejenak. "Ya udah, sekalian dipel aja, tinggal kasih s*klin."

"Kalluto yang ambil alat pelnya sama s*klin, ya."

"Oke, hati-hati ambilnya."

Kalluto ngacir ke kamar mandi dekat dapur, biasanya ada alat-alat pembersih lantai di sana. Meski kamar mandinya horor, yang penting dekat.

Wait ... Kalluto pergi ke kamar mandi sarangnya setan nista itu!

Gue lempar wiper lantai ke sembarang arah, lari ngebut ke kamar mandi keramat itu.

"Kalluto!"

Kalluto berdiri di ambang pintu kamar mandi sambil natap ke dalam. "Killua-niichan, kamar mandinya kebakaran," ujarnya.

Gue melongo natap kobaran api yang ada di tengah kamar mandi. "LAH, KOK BISA?!"

Gue langsung ambil APAR (alat pemadam api ringan) yang ada di sebelah pintu kamar mandi, terus gue semprot kobaran apinya sampe padam.

Gue hela napas lega, untungnya cuma bagian tengah kamar mandi yang kena api. Gue taruh lagi APAR ke tempatnya. Mungkin karena di kamar mandi ini ada beberapa cairan kimia yang mudah terbakar, makanya disediakan APAR.

Usai bersihin bekas kebakaran kecil itu sekaligus ambil alat pel sama s*klin, kita balik lagi ke dapur untuk ngepel lantai sambil dengerin kronologis kebakaran yang terjadi dari Kalluto.

"Ada korek api gas di pinggiran wastafel dekat botol hand sanitizier yang beralkohol. Aku gak sengaja senggol hand sanitizier, akhirnya jatuh terus isinya tumpah. Korek api gasnya ikut jatuh, pas terbentur lantai apinya nyala, nyambar cairan hand sanitizier. Jadinya kebakaran."

Gak heran Kalluto gabung Genei Ryodan. Selain pembunuh, adek bungsu gue juga berbakat jadi penjahat. Kriminalitasnya udah terlatih.

"Ya udahlah, yang penting Kalluto selamat. Lain kali, lebih hati-hati ya soalnya bukan cuma kamu yang bisa kena bahaya. Apalagi kalo ketahuan ayah ibu berbuat macam-macam, bisa gawat."

"Iya, Killua-niichan."

Akhirnya, beres juga ngepel dapur. Kita taruh lagi peralatan yang dipake tadi ke tempatnya semula. Lantai dapur jadi bersih kinclong, shining, shimmering, splendid, kayak muka gue :v

"Nah, kasih makan Mike nanti aja sekalian buka puasa. Sekarang kita ganti baju dulu. Habis itu, kita ketemu lagi di halaman belakang," ujar gue.

"Mau ngapain di halaman belakang?"

"Ada, deh. Pokoknya ganti baju aja dulu."

Kita balik ke kamar masing-masing untuk ganti baju yang basah. Sesuai janji, gue ketemu Kalluto di halaman belakang.

"Ngabuburit main ke kamarnya Alluka yok," ajak gue, pastinya Kalluto mau diajak. Namanya juga bocah, main teroos.

"Mau main apa, Killua-niichan? Main kelereng, layangan, atau balapan tamiya?"

"Oya! Tadi balapan bersihin dapur yang menang siapa?" Gue lupa tentang balapan itu, lumayan kalo memang dapat jatah takjilnya double :v

"Aku gak tahu, tapi kalo Killua-niichan mau takjil punyaku boleh."

Gue lompat-lompat kegirangan. "Terima kasih ya adek cantek :3"

Kalluto senyum manis gigi kelinci, sementara gue jingkrak-jingkrak saking senangnya. Rezeki anak saleh dikasih takjil gratis :)

Poccu : "Heh, bapakmu Silva bukan Saleh :v"

Killua : "Gak usah ngatain bapak gue >:("

Poccu : "Ampun bang :v"

Sesampainya di depan pintu kamar Alluka yang ukurannya segede gaban, gue ketuk pintu sambil ngucap salam, "Pun10, sedekah seikhlasnya."

"Maaf, gak terima sumbangan."

Pintu kamar terbuka, Alluka lari-lari sambil teriak unyu, "Onii-chan!"

Pas gue sama Kalluto masuk, Alluka langsung menghambur ke pelukan gue. "Onii-chan, aku kangen!" serunya dengan suara yang lucu.

Gue balas pelukannya. "Iya, iya. Onii-chan mau main bareng Alluka, kok."

"Hore! Yuk, main yuk :>"

Kita bertiga duduk melingkar di lantai kayak lagi pesugihan. "Mau main apa, nih?" tanya Alluka, gue ikut aja maunya dua bocah itu.

"Mau main tebak-tebakan? Temanya seputar bulan Ramadhan aja," usul Kalluto, kelihatannya agak capek setelah insiden tadi.

"Ayo, ayo! Alluka duluan ya, timun apa yang bisa mati terus hidup lagi?"

Gue sama Kalluto bingung, timun memang bisa mati membusuk, tapi gak bisa hidup lagi.

"Timun di-edo tensei," jawab Kalluto sebisanya. Alluka geleng kepala, jawabannya salah.

"Nyerah, nih?" Alluka cengar-cengir, karena malas mikir ya gue sama Kalluto angguk-angguk aja.

"Jawabannya timun suri!"

Lah, timun mati suri rupanya :'

Alluka ketawa, gue ikut ketawa receh.

"Aku punya tebak-tebakan," kata Kalluto yang dari tadi diam-diam siapin tebakan. "Cerita rakyat apa yang ada di bulan Ramadhan?"

Tadi timun, sekarang cerita rakyat. Wait, kayaknya gue dapat ilham. "Timun mas," jawab gue, kalo enggak betul ya salah :v

"Hampir betul."

Hampir, tapi gue malas mikir :v

"Temannya timun mas!" jawab Alluka, tapi Kalluto geleng kepala. "Nyerah?"

Alluka ngeles, "Bukan nyerah, tapi mau tahu jawabannya aja."

"Jawabannya timun suri."

Timun suri lagi :')

"Eeeh, masa jawabannya sama," protes Alluka sambil manyun, pipinya dicubit sama Kalluto. "Kan pertanyaannya beda."

Begini ya rasanya dapat fanservice, UwU sekaleh.

"Sekarang giliran Killua-niichan," kata Kalluto, tangannya masih cubitin pipi Alluka yang ngambek. "Jangan timun suri lagi," cetus Alluka.

Padahal, gue mau jiplak jawabannya karena malas mikir. Ya udah, gue mikir sampe dapat satu tebakan. "Kesenian apa yang ada setiap bulan puasa?"

Kedua adek gue kebingungan, terus Alluka jawab, "Seni menganyam daun kelapa!"

"Salah :)"

"Seni bikin kue," tambah Kalluto, gue geleng kepala. "Bukan, mau tahu jawabannya?"

"Mau!" Adek-adek gue kompak, ya :)

"Jawabannya adalah ... wayang kolek :v"

Keduanya ngegas, "ITU WAYANG GOLEK!"

Gue ngakak guling-guling di lantai, sementara AlluKalluto lanjut main. "Alluka lagi ya, siapa artis yang lahir pas lebaran?"

"Fitri Megantara."

"Salah."

Kalluto jawab lagi, "Cinta Fitri."

"Itu sinetron."

Jangan-jangan Alluka tontonannya sinetron. Ini gak bisa dibiarkan, gue harus kasih rekomendasi film yang sesuai untuknya kayak princess disny.

"Nyerah?" Alluka senyum lima jari pas Kalluto mengangguk. "Artis yang lahir pas lebaran adalah Idul Daratista :v"

Gue ngakak lagi dengar namanya diganti dari Inul jadi Idul :v sungguh kreatif dan inovatif.

Giliran Kalluto kasih tebakannya. "Apa lagu wajib nasional bulan puasa?"

Alluka langsung jawab, "Ramadhan Tiba - Opick!"

"Salah."

Alluka bingung, gue juga. Kan, lagu itu yang sering diputar sebelum bulan Ramadhan.

"Jawabannya, Rayuan Es Kelapa :)" –Kalluto yang tumben bercanda.

Permainan tebak-tebakan itu berlanjut hingga sore. Terus kita salat berjamaah dengan gue sebagai imam, numpang di kamarnya Alluka. Habis itu, kita ngabuburide mulai dari perang sarung sampe nonton film horor yang judulnya "Siksa Kubur" :)

Sepuluh menit sebelum maghrib, gue sama Kalluto pamit pulang. Ya, kasihan Alluka tiap sahur sama buka puasa sendirian kayak jomblo, tapi mau gimana lagi. Ada arwah tukang jahit yang tinggal di rumah.

Akhirnya, kita berdua ngacir ke ruang makan. Ibu udah masak kolak cokelatnya, gue langsung duduk manis sambil tunggu waktu buka puasa. Cuma ada ayah, ibu, aniki, Kalluto sama gue.

"Kakek mana, Bu?" tanya Kalluto mewakili gue. Ibu yang lagi tuang es sirup marzan jawab, "Kakek tidur, kayaknya besok baru bangun."

Ya, bangun kalo masih ada umur /plak

Tiba-tiba, terdengar suara bedug disusul teriakan Piggy dari luar ruang makan, "BUKAAA BUKA!"

Gue langsung nyomot mangkuk kolak cokelat. Udah sesendok kolak cokelatnya masuk ke mulut, si babi teriak lagi, "BUKA PINTUNYA WOY GUE MAU MASUK! MAGHRIB MASIH SEMENIT LAGI!"

Untuk pertama kalinya, gue harus puasa qadha.

***

Selesai :)

Kalo ada yang baca papan pesan dari saya pasti tahu kenapa baru sekarang publish.

Jadi, kemarin saya begadang untuk isi agenda harian yang harus dikumpul ( jam 1 dini hari baru selesai), chapter ini terlantar lagi :'

Chapter terakhir "Keluarga Tercemar The Series" akhirnya tuntas, tembus 3.000 kata.

Mohon maaf dan terima kasih sebesar-besarnya kepada para pembaca yang sabar menunggu fanfiksi ampas ini, terutama untuk yang request yaitu AonaHyouta

Saya tag akunnya tapi gak ada, rupanya ganti username :v terima kasih atas request-nya dan mohon maaf atas segala kekurangannya :)

Bye!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top