Bang Toyib Gak Pulang-Pulang
"Ayah, Go hilang :("
Besok paginya, Gon bangun terus kaget karena boneka unicorn yang semalam dipeluknya sambil tidur tiba-tiba raib. Gon kalang kabut cari Go yang hilang tanpa jejak bak ditelan bumi.
"Ayah lihat enggak?" tanya Gon sesenggukan, matanya berkaca-kaca hampir nangis. Si bocah segitu sedihnya ditinggal si boneka kuda :v
"Mana saya tahu, saya kan ayam," jawab Ging, diam-diam senyum licik sambil ketawa jahat dalam hati. Semalam, si boneka unicorn udah dilempar jauh ke luar jendela kamar, merantau entah ke mana untuk menjelajah luasnya dunia.
Padahal, boneka unicorn itu hasil jerih payah anaknya sendiri. Tega nian dirimu, bapak :'
Ging minum susu beruang sambil pura-pura tak tahu ke mana hilangnya boneka unicorn itu. "Yakin, kamu udah cari betul-betul?" tanyanya sok peduli. "Kali aja nyempil gak ketahuan."
"Udah, ayah. Pas aku bangun tidur, Go udah gak ada, kucari di mana-mana gak ketemu juga :("
"Ya udah, ikhlasin aja. Mungkin boneka kuda itu kemarin malam pulang tanpa pamit ke rumahnya di Equestria." Ging mengarang cerita supaya Gon berhenti nangisin kepergian bonekanya.
Equestria letaknya di mana woy dimensinya udah beda lagi 😓
"Ayah, kenapa gak bilang kalo Go mau pulang?" tanya Gon lagi, biasa dah bocah kerjanya tanya ini-itu melulu kayak wartawan. "Apa ayah tahu rumahnya Go di mana?"
"Mungkin rumahnya di Canterlot :v"
–Ging yang diam-diam suka streaming "My Little Pony" di ponsel pintarnya.
Karena Gon bersikukuh untuk cari bonekanya, sesi tanya jawab pun berlanjut. "Yah, apa nanti Go balik lagi? Apa kita masih bisa ketemu?"
"Bang Toyib aja gak pulang-pulang, apalagi kuda yang habitatnya di alam liar."
Gak ngaca ya si bapak.
Gon nangis. Bukan karena boneka unicorn yang hilang itu, tapi karena bapaknya gak sadar diri padahal kelakuannya sama kayak Bang Toyib.
Dah, nanti Bang Toyib bersin-bersin digosipin.
Akhirnya, mereka mandi. Bebek aneh bin ajaib yang kemarin muncul di kamar mandi udah hilang juga, mungkin pulang bareng si boneka unicorn ke dunia binatang. Yang penting sekarang keduanya bisa mandi dengan aman dan damai sejahtera tanpa diganggu gugat.
Tapi, tidak semudah itu Fergunawan.
Tak ada bebek, soang pun jadi :)
"INI KAMAR MANDI ATAU KANDANG AYAM, SIH?!" Bapaknya misuh-misuh, sementara Gon malah bengong natap soang yang siap-siap ngejar.
Ada soang di kandang ayam gimana ceritanya.
Kata orang zaman baheula, kalo belum pernah dikejar soang berarti petualangan masa kecilnya gak lengkap. Tapi ya jangankan soang, kecoa baru nongol aja udah teriak-teriak :)
Ging langsung banting pintu kamar mandi, terus buru-buru nyeret anaknya keluar dari kamar sambil bawa peralatan mandi sama baju ganti.
"Ayah, kita mau ke mana?"
"Ke kamar mandi umum, mau numpang mandi di situ. Kamar mandinya udah kayak peternakan segala ada bebek sama angsa, sekalian aja bikin kebun binatang indoor di penginapan >:("
Jangan susah jangan bingung (btw, ini judul lagu), soang sama dengan angsa. Tapi, Ging tahunya angsa bukan soang, ya maklum aja gak pernah main bareng si Bolang jadinya gak tahu.
Gak apa-apalah ya, sama-sama unggas ini.
Di samping penginapan ada kamar mandi umum yang letaknya satu lahan sama supermarket. Lumayan dekat, daripada mandi bareng soang mendingan numpang mumpung gratis :v
Dalam kamar mandi umum itu ada tiga bilik. Ging sama Gon mandi satu bilik kamar mandi berdua, supaya orang lain bisa pake dua bilik lainnya.
"Ayah, kenapa gak sekalian aja bawa tas sama barang-barang kita?" tanya Gon sambil keramas.
"Belum waktunya check out. Lagi pula, nanti kita sarapan dulu di penginapan, kalo bawa tas sama barang-barang ke sini juga repot mau ditaruh di mana," jawab si bapak dengan jeniusnya.
Setelah mandi dan berpakaian, mereka beresin baju kotor sama peralatan mandi yang dibawa, terus keluar dari kamar mandi umum yang sepi tersebut. Untungnya gak ada orang, pergerakan bapak sama anak rantau itu jadi lebih leluasa.
Jadinya gak usah menanggung malu kalo mereka dilihat orang-orang habis menumpang mandi di kamar mandi umum kayak gembel :v
Mereka balik ke penginapan, kembali ke kamar yang disinggahi semalaman. "Ayah, memangnya ada restoran di penginapan ini?" tanya Gon sambil masukin piyamanya ke dalam tas.
"Iya, ada restoran khusus pengunjung untuk makan, biaya makannya dibayar sekalian pas check in. Makanya setiap kamar gak punya dapur, udah ada restoran di lantai dasar penginapan."
Si bapak tahu banyak soal penginapan beserta fasilitasnya karena pengalaman traveling :v
Semuanya udah beres. Tas berisi barang-barang bawaan masing-masing tersampir di pundak Ging sama Gon. Setelah keluar dari kamar plus kunci pintunya, mereka turun ke lantai dasar untuk sarapan di restoran yang ternyata restoran prasmanan alias buffet.
"Ayah, ini restoran atau pesta nikahan orang?"
Untuk sesaat, Ging lupa kalo anaknya kurang gaul di kalangan masyarakat.
"Ini restoran prasmanan, atau nama kerennya buffet," jelas Ging sambil gandeng tangan Gon ke dalam restoran persis bapak-bapak bawa anak ke acara kondangan.
"Buffet itu bukannya lemari, ya?" tanya Gon yang masih gak mudeng.
"Iya, itu lemari bufet untuk simpan barang, kalo ini restoran buffet tempat makan. Jangan makan lemari bufet kamu."
Gon cengar-cengir aja dikira begitu sama si bapak, memangnya Gon itu tikus makan sabun :(
Mereka antre untuk ambil peralatan makan sama sajian makanan yang rata-rata menu sarapan pagi; kayak nasi putih, nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning; lontong, bakwan, pisang goreng; ketupat sayur; bubur ayam, bubur kacang ijo, bubur kacang merah, bubur bayi pun ada.
Di dekat meja prasmanan, ada beberapa meja bundar yang di atasnya tersedia sereal, oatmeal, roti bakar, roti panggang, roti goreng, roti rebus, roti lapis, roti isi berhadiah, roti canai/maryam, bahkan roti buaya juga ada.
Semua olahan roti itu made by Uncle Muthu.
Minuman ada di sebelah kanan meja prasmanan, pilihannya ada air putih, kopi, teh, susu, air tajin sama air kobokan.
Ging makan nasi uduk pake bakwan, minumnya kopi hitam. Anaknya dikasih bubur bayi sama susu, tapi Gon malah ngambek. Akhirnya, Gon makan nasi goreng sama minum es teh hangat.
"Ayah, aku mau tambah sereal, boleh?" tanya Gon begitu nasi gorengnya habis. Ging melongo natap anak kelaparan itu, mulutnya yang dipenuhi nasi menganga. "Kamu belum kenyang?"
"Belum, aku mau cobain sereal. Kayaknya enak, nanti ayah kubagi, deh."
Kebiasaan anak kecil bujuk orang tuanya pake iming-iming bakal dibagi.
Ging jawab habis telan nasi uduknya, "Ya udah, tapi makan serealnya harus habis, ya. Kalo gak habis nanti ayah makan kamu."
Heh, dilarang kanibalisme sama anak sendiri.
"Yey, sayang ayah :D"
Gon langsung ngacir ke meja bundar terdekat untuk ambil semangkuk sereal, terus balik lagi bawa sereal beserta seabrek makanan yang ada di meja bundar. Ging cuma plonga-plongo pao.
'Nih anak kelaparan atau doyan?' –Bapak yang kagak pernah kasih makan anaknya.
Si bocah cengar-cengir sambil makan serealnya. "Makanannya enak semua, yah. Aku ambil untuk ayah juga. Cobain, deh :v"
Akhirnya, mereka makan semua menu sarapan yang ada di restoran sampe kenyang.
Setelah sarapan yang berlebihan itu, mereka beranjak ke meja resepsionis untuk check out sama balikin kunci pintu kamar. Ging yang urus semuanya, sementara Gon main di kolam ikan piranha dekat situ. Awalnya, Gon mau mancing, tapi gak jadi karena gak punya umpan.
"Gon, ayo pergi," ajak Ging seraya melangkah keluar penginapan diikuti anaknya di belakang, persis induk ayam sama piyik lagi jalan.
Usai keluar dari penginapan, mereka singgah sebentar di supermarket samping penginapan untuk belanja makanan sebagai bekal selama perjalanan menuju Pulau Kujira.
"Ayah, kita betulan naik kapal selam?" tanya Gon dengan polosnya. "Kata ayah kemarin malam, kita mau naik kapal selam."
Bapaknya ngakak, "Percaya aja sama candaan itu! Mana ada kapal selam di pelabuhan, Gon!"
Gon diam aja, malu lantaran Ging jadi tontonan orang-orang yang lagi belanja. 'Gak kenal, gak kenal!' batinnya malu setengah matang.
Tahu gimana suara tawanya bapak-bapak? Luar binasa membahana, bisa kedengaran sampe ke komplek perumahan sebelah.
Selesai ketawa dengan suara bass-nya, si bapak baru sadar keranjang belanja sekaligus anaknya hilang tak berbekas. "Gon! Kamu di mana?!" Ging jejeritan layaknya emak-emak kecopetan sambil cariin anaknya yang hilang.
"Gon! Kamu di mana?! Gon!"
Merasa terpanggil, bolang alias bocah hilang yang lagi bayar di kasir itu noleh ke belakang. Walau sedikit terhalangi orang-orang yang antre, Gon bisa lihat bapaknya panik lari-larian kayak banci mau ditangkap Satpol PP.
"Itu bapak kamu, dek?" tanya si mas kasir sambil nge-scan barang belanjaan Gon.
"Bukan, mas. Saya gak kenal tuh siapa."
–Gon anak durhaka :(
Awas nanti dikutuk jadi batu karang.
Begitu pembayaran selesai, Gon langsung ngacir keluar supermarket. Ging yang lihat anaknya itu buru-buru nyusul. "Gon! Tunggu! Ayah bisa jelasin semuanya!" teriaknya alay bin lebay sampe dikira orang-orang lagi syuting sinetron.
Gon lari ke pelabuhan sambil dikejar bapaknya, kayak polisi ngejar maling THR :v
Mereka berkejar-kejaran di pinggir jalan yang di sampingnya hamparan laut luas. Daripada bengek ngejar anaknya, Ging pake cara licik supaya Gon berhenti lari. "Gon! Ada toko alat pancing di situ!" serunya.
Gon ngerem mendadak, hilang keseimbangan pas balik badan terus jatuh tercemplung ke laut. Alhasil ya Ging teriak-teriak lagi, "Gooon!"
Baru aja Ging mau menceburkan diri ke laut, tiba-tiba Gon lompat ke pinggir jalan kayak ikan terbang. Sekujur tubuhnya basah kuyup, tapi bocah itu senyum lebar sambil gendong tasnya yang kagak basah karena anti-air.
"Mana toko alat pancingnya, ayah?" tanya Gon semangat. "Aku mau ke sana, mau beli umpan untuk mancing di laut!"
Ging tepuk jidat. "Ayo, kamu harus mandi terus ganti baju dulu," ujarnya sambil nyeret anaknya ke toilet umum terdekat.
'Nyesel aku teriak.' –Ging menyesali cara liciknya.
Sambil mandi, Gon tanya penasaran, "Ayah, mana toko alat pancingnya?"
"Di Jonggol."
Setelah Gon mandi sama ganti baju lagi, mereka beranjak menaiki kapal yang akan ditumpangi menuju Pulau Kujira. Sesampainya di geladak kapal, Gon tiba-tiba teriak sambil tunjuk ke arah pelabuhan, "Ayah, lihat! Ada kapal selam!"
Ging hela napas. "Gak ada yang namanya kapal selam di pelabuhan, Gon."
"Ada, ayah! Coba lihat ke sana!"
Mengikuti arah yang ditunjuk oleh anaknya, Ging melongo dengan mulut menganga. Ada sebuah rumah makan "Pempek Kapal Selam Tenggelam" yang tertulis pada banner-nya.
"Itu makanan pempek kapal selam, bukan kapal selam betulan, Gon >:("
Si bocah cengar-cengir aja. "Ya, sama-sama kapal selam juga, kan? Hehe :v"
Klakson kapal berbunyi, menandakan kapal akan segera berlayar. Ging sama Gon duduk santai di geladak kapal sembari bersandar. "Ayah mau tetap di geledek kapal atau ikut aku ke buritan?" tanya Gon seraya bangkit berdiri.
"Geladak kapal, bukan geledek -_- ayah mau di sini aja. Memangnya kamu mau ngapain?"
"Mau cari angin aja, hehe :)"
"Angin banyak begini masih aja dicari -_- terserah kamu, deh. Ayah mau tidur, kamu jangan lompat ke laut lagi, ya. Bahaya kalo tenggelam."
"Siap, ayah! Aku ke burrito dulu, ya :D"
"Yang benar itu buritan =_=)"
Gon udah ngacir ke buritan, sementara bapaknya rebahan di geladak kapal untuk tidur sambil menikmati embusan angin laut. Baru terpejam satu detik, matanya Ging tiba-tiba melek.
"Kok, cari angin di buritan? Bukannya angin lebih kencang di geladak kapal?" gumamnya bingung, terus angkat bahu dengan cuek.
"Sesuka Gon aja, lah." Si bapak pun lanjut tidur.
Di buritan kapal, Gon berdiri natap gelombang laut yang menggulung-gulung. Nun jauh di tepi pantai, debur ombak terlihat pecah saat menabrak batu karang. Suasana pantai dan laut yang juga familier dijumpainya di Pulau Kujira.
Bocah itu merenung. Tak lama lagi, Gon bakal sampe di kampung halaman bareng bapaknya yang akhirnya ketemu. Setelah semua tujuannya tercapai, satu-satunya hal yang pasti Gon lakukan cuma pulang ke rumah.
Perjalanan panjang bersama teman-temannya udah selesai. Petualangan gila, berbahaya lagi mematikan yang dilaluinya udah berakhir.
Tujuan, keinginan, sama cita-citanya udah sukses digapai, tapi Gon merasa ada yang kurang. "Ada barang yang ketinggalan?" gumam Gon sambil mengubek-ubek tasnya.
Gon hela napas, tasnya dibiarkan terbuka. "Aku kangen Killua, Kurapika, sama Leorio :'("
"Oi, bocah. Tasnya tutup atuh, nanti dicopet sama orang bahaya."
Gon hela napas lagi. "Iya, Leorio—eh ... Leorio?"
Si bocah noleh ke belakangnya, ada seorang pria jangkung berjas rapi dengan kacamata hitam berbentuk bulat yang bawa tas koper, berdiri sambil tersenyum lima jari. "Yo, Gon!" sapanya.
Gon malah bengong macam kambing ompong. "Leorio?" tanyanya dengan mata berkedip-kedip kayak bohlam lampu hampir mati.
"Iya, ini aku, Leorio!"
"Leorio?" Mata bocah itu berkaca-kaca.
"Ya, aku Leorio! By the way anyway bus way, kau kenapa kedip-kedip begitu? Kelilipan, ya?"
Gon mendadak nangis sambil lari terus nabrak sahabatnya untuk dipeluk, "OREOOO!"
"GUE LEORIO, WOY!"
Leorio peluk si bocah yang nangis bombay, terus malah ikut nangis. "Padahal, baru berapa hari kita pisah, tapi kangennya tuh gak nahan!" kata Leorio sambil berderai air mata biawak.
Para penumpang kapal yang ada di buritan cuma nonton adegan mengharukan itu kayak nonton om pedo mau culik anak kecil.
Habis peluk-pelukan lenjeh kayak emak-emak ketemu pas arisan, dua sahabat yang terpisah selama beberapa hari itu duduk lesehan sambil memandangi birunya langit dan lautan. Dih, sok jadi anak indie.
"Gak kusangka bisa ketemu Leorio di sini," kata Gon, sahabatnya cengar-cengir aja. "Kamu mau ke mana, Leorio? Ini kapal yang berlayar ke Pulau Kujira alias rumahku, loh."
"Rumahmu di sana? Wah, kebetulan aku mau ke Pulau Kujira untuk lamar kerja jadi dokter di rumah sakit yang ada di sana, ada rekomendasi rumah sakit yang bagus gak? Kali aja ada yang buka lowongan kerja terus aku di terima, di klinik atau puskesmas juga boleh."
Gon bingung, digaruk-garuk kepalanya yang gatal karena sengatan matahari. "Aku kurang tahu tentang rumah sakit sama puskesmas, tapi coba cari aja. Kalo klinik, aku punya satu rekomendasi yang bagus, bibiku biasa beli obat di situ."
Topiknya mulai melenceng. Dengar kata 'bibiku' yang merujuk pada wanita muda nan cantik jelita, mata Leorio berubah jadi bentuk hati berwarna merah muda. Dasar berondong tua /plak
"Siapa nama bibimu? Umurnya berapa? Orangnya kayak gimana? Singlet atau tekken?" tanya Leorio dengan tampang om pedo /plak
"Namanya Bibi Mito, umurnya pertama kali debut 23 tahun, sekarang 25 tahun. Bibi Mito itu cantik, baik, perhatian, penuh kasih sayang, jago ngurus pekerjaan rumah tangga, jago masak, calon ibu yang sempoerna. Tapi, masih jomblo :v"
Leorio lompat-lompat kayak cheerleader. "HA O ER E, ENAM HARAKAT, HOREEEEEE!"
Leorio senang bukan kepalang ada kesempatan untuk punya gandengan. Gon yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung itu pasti mau bantu Leorio pendekatan sama bibinya.
Dasar kau keong racun, baru kenal eh ngajak tidur :v /plak
Habis jingkrak-jingkrak ala kodok kesurupan, Leorio berdeham sok keren tapi malah kayak kakek tua tersedak asbak. "Gon, boleh gak aku jadi om kamu?" tanyanya tanpa pikir panjang.
Tapi, tidak semudah itu Fergunawan.
Gon yang polosnya kelewatan malah tanya balik, "Kenapa kamu mau jadi omku? Memangnya bisa? Gimana caranya?"
Leorio lupa, sahabat imutnya yang satu ini polos kebangetan. "Ya, bisa. Caranya ya aku harus nikah sama bibimu, aku mau jadi om kamu karena aku mau nikah sama Bibi Mitu."
"Yang benar Bibi Mito :v selain karena mau jadi omku, kenapa kamu mau nikah sama bibiku?"
Sesi curhat dimulai.
"Yah, kamu tahulah aku udah jomblo sejak lahir. Aku mau punya pasangan hidup, atau setidaknya dapat pacar, lah. Apalagi udah umur segini, masa aku jadi bujang lapuk :("
Gon angguk-angguk aja, sebenarnya gak paham. "Kalo nikah segala macam itu urusannya Leorio sama Bibi Mito," ujarnya, bikin Leorio langsung pundung karena Gon terkesan ogah bantuin.
"Tapi, aku mau kok Leorio jadi omku :)"
"Aaaw, jadi sayang :3"
Mereka pun berpelukan ala teletubbies :v
"Leorio kan baik, Bibi Mito juga suka sama orang baik," kata Gon, berusaha menghibur si bujang yang mulai semangat lagi. "Apalagi kalo Leorio udah punya pekerjaan, mungkin Bibi Mito mau sama Leorio :)"
Si makhluk jelmaan oreo diam, sok mikir sembari natap laut. "Leorio?" panggil Gon, takutnya Leorio kesambet setan dugong atau kerasukan arwah Flying Dutchman nyasar.
"Gon, selama aku belum punya pekerjaan, tolong jauhin aku dari Bibi Mitu," kata Leorio.
"Yang benar itu Bibi Mito, kenapa kamu harus dijauhin dari bibiku?"
"Karena aku mencintainya."
"Hah?" Gon melongo.
"Bibimu wanita luar biasa—dari kata-katamu aja udah jelas—jarang ada wanita perfect semacam itu di dunia. Aku gak boleh membuatnya menjadi pendamping hidupku dalam hidup sengsara, menderita akan nestapa. Jadi, kalo memang aku mencintainya, maka aku harus punya pekerjaan untuk menikah terus menafkahinya sampai akhir menutup mata."
Empat kalimat terakhir ngomongnya pake nada lagu Indonesia Pusaka.
Begitu Leorio noleh, Gon udah banjir air mata. "Leorio ... aku gak paham kamu ngomong apa."
Gubrak!
Leorio terjungkal ke belakang, hampir aja terjun dari kapal. Tadinya mau lempar Gon ke laut tapi gak jadi, nanti gak dikasih restu sama keponakan sang pujaan hati gagal lagi usahanya untuk dapat kabogoh (pacar).
"Tapi, kalo niatnya Leorio baik, aku yakin, suatu saat nanti pasti Leorio bakal punya istri yang baik juga kayak Bibi Mito!"
Sungguh kata-kata polos yang menyentuh hati, Leorio sampe nangis bombay sambil peluk Gon. "Kau 'ni memang terbaik!"
Boboiboy kali terbaik -_-)
Dua sahabat jelmaan Diego(blok) sama Baby Jaguar itu lanjut ngobrol. "Kamu pulang sendiri, Gon?" tanya Leorio, yang ditanya geleng kepala.
"Aku pulang sama ayahku, Ging!"
Muka Leorio langsung asem kayak asem Jawa, ternyata Gon pulang sama bapaknya yang tidak bertanggung jawab. Ingat pas Leorio nonjok Ging di acara Pemilihan Ketua Hunter? Leorio emosi bablas erupsi, demi Nakhoda Bulan yang pernah ditaksirnya, bapak macam apa yang tega anaknya pergi ke sana kemari mencari alamat kayak Ayu Teng Teng sampe sekarat?
'Sungguh teeerlaaalu!' –Leorhoma Irama.
"Oh, udah ketemu tuh bapak pucung? Ketemu di mana?" tanya Leorio acuh tak acuh.
"Iya :D ketemunya di Puncak Pohon Dunia!"
"Terus sekarang bapakmu mana?"
"Ayahku ada di geladak kapal, mau ke sana?"
Leorio mikir, kalo misalnya ketemu sama Ging terus malah memicu perselisihan atau perang bintang, eh, maksudnya perang dingin, mending Gon sendiri yang nyamperin bapaknya. Tapi, kalo si bapak lucknut itu hilang bak ditelan lautan lagi terus Gon nangis, setidaknya Leorio ada di sisi bocah itu. Leorio jadi bambang, eh, bimbang.
"Leorio ikut, yuk, sekalian minta izin sama ayahku untuk nginap di rumahku nanti," ajak Gon sambil senyum cerah nyerempet silau, sinar matahari kalah terang.
"Iya deh ... IYA DARI HONGKONG! Buat apa minta izin nginap segala?!" Leorio ngegas, "Aku bisa cari penginapan sendiri, Gon! Tidur di hutan juga bisa! Tidur di pinggir jalan pun udah biasa!"
Heh, gak usah umbar aib :v /plak
Sepasang mata Gon berkaca-kaca, hampir nangis. "Leorio gak mau nginap di rumahku?" tanyanya memelas, Leorio cuma hela napas.
"Bukannya gak mau, tapi aku gak enak sama keluargamu. Masa udah tua masih numpang, di rumah orang lain pula. Yah, kalo yang nginap Killua atau Kurapika masih wajar, masalahnya aku gak bertampang bocah lagi."
Gon manyun. "Bapakku yang udah tua juga nanti tinggalnya di rumah, kok."
'YA KAN ITU BAPAKMU!' Jeritan hati Leorio yang hanya bisa dipendam.
"Harusnya dari dulu bapakmu memang tinggal di rumah, Gon, bukannya hilang dari peradaban seenaknya tinggalin anak sendirian," tukas Leorio, tiap bahas Ging jadi sensi karena nyulut emosi.
'Lama-lama gue kandangin juga si bapakmu itu supaya gak petakilan lagi.' –Leorio yang telanjur sayang sama Gon.
"Jadi, Leorio gak mau nginap di rumahku?"
"Gon, tujuanku ke Pulau Kujira untuk lamar kerja, bukannya nginap di rumahmu. Lamar kerja itu susah, banyak prosesnya. Belum tentu diterima juga. Kalo aku gak dapat pekerjaan di Pulau Kujira, aku bakal pergi ke tempat yang lain untuk cari kerja. Mungkin ini pertemuan kita yang paling terakhir, Gon. Ingat, pertemuan adalah awal dari perpisahan."
Tapi, Gon bersikeras ngajak sahabatnya untuk ikut. "Ya udah, aku gak maksa kamu nginap di rumahku. Tapi, ikut aku ya ke geladak kapal, ketemu ayahku sebentar aja. Please, Leorio :("
'Gue serasa mau dikenalin ke calon mertua aja dah,' batin Leorio sambil sweatdrop. "Ya udah, aku ikut kamu ke geladak kapal."
"HA O ER E, ENAM HARAKAT, HOREEEEEE!"
"Heh, dilarang plagiat >:("
Gon ketawa sambil jalan menuju geladak kapal sama Leorio yang akhirnya mau ikut. Tiba-tiba, Gon dapat ilham terus diam.
"Gon kenapa? Kok, diam? Kesetanan, ya?"
Tiba-tiba, Gon senyum lebar. "Leorio, gimana kalo kita beli rumah aja?"
"Hah?"
***
Bersambung...
Tembus 3260 kata, setelah berhari-hari stuck and writer's block because feeling down :')
Karena lagi lebaran juga, taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin :)
Maaf terlambat bilangnya + publikasinya, anggap aja ini THR dari saya :'>
Sebenarnya, chapter ini udah selesai tanggal 27 kemarin, tapi ditunda karena niatnya mau dipublikasi sekaligus sama last chapter yang lagi-lagi malah stuck, terpaksa ditunda karena PAS dilanjut tanggal 2 Juni mendatang. Daripada ngutang, saya publish sekarang.
Entah kapan chapter terakhir dipublikasi, harap bersabar saya ujian :')
Terima kasih banyak untuk yang udah baca sama kasih vomment, maaf hasilnya garing :'
See you!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top