108. Brojolday Series : Killua the Poor Sad Boy


Halo, selamat malam untuk yang baca. Semoga kalian semua kabarnya baik-baik aja dan sehat selalu, ya ♡

Udah lama gak publish cerita. Maaf banget, saya gak punya mood soalnya. Bahkan, chapter yang udah saya bikin tahun lalu ini pun baru dipublikasi sekarang, jam 22.00 WIB yang sama dengan pukul 00.00 alias tengah malam di Jepang.

Di sana udah ganti hari jadi hari ulang tahunnya Killua entah yang ke berapa, saya gak tahu ehe.

Kenapa gak besok aja publikasinya? Mumpung udah rampung terus siap publish, ya daripada ditunda malah gak jadi.

Mau kasih ucapan selamat ulang tahun buat Killua tapi nanti dibilang stres, ya memang saya gampang stres jadi sabodo teuing lah. Saya gak berniat rayain ulang tahun Killua sebenarnya, gabut aja. Nih fanfiksi juga cuma hasil gabut.

Happy reading and enjoy

•-•-•-•

Rabu, 7 Juli 2021 - 06.05 AM.

Di atas bukit nan jauh, teletapir bermain-main.

Eh, salah intro.

Pagi yang tentram. Gon lagi rebahan di sofa ruang tengah, nonton film kartun di televisi. Kurapika datang dari dapur bawa segelas susu hangat.

"Nih, minum," kata Kurapika sambil taruh gelas itu di atas meja depan sofa. "Aku belanja dulu, ya. Kalo kamu lapar ada roti bakar di dapur, makan itu aja. Aku belum masak."

"Leorio mana?"

"Leorio ikut sama aku," jawab Kurapika, biasa lagi butuh kuli untuk angkut belanjaan. "Kamu jangan lupa mandi, ya. Udah dua hari kamu gak mandi."

"Iya, nanti kalo gak malas. Hehe."

Kurapika bareng Leorio belanja ke pasar pagi. Perginya jalan kaki, kalo boncengan naik motor bebek dianggap suami istri sama tetangga.

Apalagi Kurapika bawa tas anyaman yang biasa ditenteng ibu-ibu belanja, untungnya Kurapika gak pake baju daster.

Rumah sunyi di pagi hari, suasana sepi yang pas untuk bersantai menikmati ketenangan di rumah. Gon anteng nonton kartun sambil mimi cucu.

"Ah ... pagi yang indah di hari yang damai," kata Gon, pas nyeruput susunya eh nyembur.

"Panaaas!"

06.38 AM.

Di kamar, Killua baru bangun tapi masih merem sambil tiduran mengumpulkan ketujuh bola naga, eh, kesembilan nyawanya.

Killua guling-guling di kasur, terus melek begitu sadar Gon udah raib. Padahal, biasanya Gon yang bangunin Killua dengan berbagai cara, mulai dari jadiin Killua sebagai trampolin atau samsak tinju, disiram seember air, disemprot, disembur, sampe dibisiki pertanyaan dalam kubur.

'Tumben si bocah gak berulah,' batinnya, terus Killua dapat pencerahan dalam pejaman mata. 'Jangan-jangan bocah itu sengaja gak bangunin aku supaya bisa nonton kartun, pasti televisinya udah dikuasai Gon sekarang.'

Killua beringsut bangun sembari kucek-kucek matanya, terus nguap bak kuda nil lagi mangap. Habis garuk-garuk kepala, pundak, lutut kaki lutut kaki, Killua jalan gontai keluar kamar.

'Gon pasti lagi nonton kartun. Tuh, kan.'

Di ruang tengah, Gon yang asyik nonton kaget pas Killua tiba-tiba duduk di sebelahnya. Tapi, Gon cuek aja, gak noleh sama sekali ke arah Killua.

Killua bingung. 'Kenapa nih anak? Tumben diam aja, biasanya protes kalo aku muncul mendadak pake jurus jelangkung,' pikirnya.

Akhirnya, mereka saling diam. Gon asyik sendiri nonton Rudy Tabuti main kapur, Killua nonton juga tapi pikirannya melanglang buana.

'Gon kenapa, ya? Apa dia marah sama aku? Tapi aku gak berbuat apa-apa. Kemarin cuma iseng ceburin Gon ke empangnya Pak Haji Ijah, toh aku udah dimarahi sama disambit gesper Kurapika.'

Killua jadi stres, terus hela napas. Ya udah, nanti juga baikan sendiri.

'Mungkin Gon lagi sariawan.'

Acara televisi berganti menjadi Spongebob saat Kurapika pulang dari pasar. "Leorio mana?" tanya Gon begitu emaknya lewat ruang tengah.

Kurapika nyahut dari dapur, "Nanti juga nongol."

Panjang umur, si Leorio datang bawa belanjaan banyak di tangannya. "Gon ... tolong tutup pintu rumah," katanya ngos-ngosan.

Gon tutup pintu rumah, terus balik lagi ke ruang tengah. Eh, channel televisinya diganti Killua jadi acara Mamah Dedeh.

"Loh, ini kenapa channel-nya berubah sendiri?" Gon garuk-garuk kepalanya bingung, Killua yang sengaja ganti channel—niatnya jahil untuk lihat reaksi temannya itu—ikut heran.

'Lah nih anak kenapa? Gak lihat ada aku, apa?' batin Killua nyesek, hatinya cenat-cenut pas Gon bilang begitu seolah keberadaan Killua tembus pandang bak kucing invisible, Chesire Cat :v

Gon duduk lagi di sofa, terus dikasih remot yang tadi sengaja Killua sembunyiin. "Nih, mau ganti?" tawarnya, tapi Gon diam aja pas ambil remot dari tangan Killua.

Killua bungkam, terus hela napasnya yang terasa sesak. Killua meringis hampir nangis dalam hati, 'Rasanya nyes banget.'

Maka, si kucing putih malang yang diusir secara tidak langsung tanpa kata-kata itu pun pergi. Kaki dan otaknya sama-sama jalan, berpikir kenapa Gon bersikap aneh.

'Gon kayaknya gak pernah ngambek selama ini, kalo marah juga mana mau dia tidur satu kasur sama aku. Tapi sekarang ... ada apaan, sih? Apa cuma aku atau memang Gon lagi datang bulan?'

Killua berhenti di ambang pintu dapur, di dalam ada Kurapika sama Leorio lagi bongkar belanjaan. Yah, mending Killua bantu emak bapaknya bikin sarapan daripada gak ada kerjaan.

Killua pasang senyuman riang gembira layaknya anak TK yang selalu senang dan bahagia.

Padahal, hatinya sakit-sakitan :')

"Yo! Ohayou tte itte mata yume o misete!" Killua masuk ke dapur sambil lambai-lambai tangan ala miss universe, tapi dicuekin. Leorio yang biasanya balas sapaan Killua juga diam aja.

Senyum cerah ceria yang sempat luntur dipaksa untuk terbit kembali. Berusaha terlihat baik-baik aja, Killua coba menyapa lagi, "Woy, udah pada ngopi belum? Ngopi lah ngopi!"

Killua belum menyerah, lanjut koar-koar dengan mata berkaca-kaca, "Pagiku cerahku matahari bersinar kugendong tas koperku di pundak. Hari ini hari pertamaku, hari pertama ke sekolaaah. Hompimpa alaium gambreng, pagi-pagi makan nasi goreng, main gitar genjreng-genjreng!"

Killua yang udah capek ribut sendiri pun diam. Biasanya kalo ada yang mulai rusuh, Gon sama Leorio bakal ikutan. Tapi, tidak untuk kali ini.

Suasana dapur hening, hanya terdengar suara kantung plastik yang dibuka isinya.

Killua akhirnya cuma diam di dekat meja makan. 'Kenapa pula dua orang ini? Kurapika sih maklum orangnya kalem, tapi kenapa Leorio tiba-tiba budek? Tadi Gon, sekarang Leorio, jangan-jangan Kurapika juga?!' Killua udah sakit hati, ditambah sakit kepala akhirnya sakit jiwa.

Killua bakal coba sekali lagi. Kalo usahanya kali ini gagal juga, ya udahlah Killua mau mengubur diri aja di pasir pantai terus berubah jadi kerang setelah ribuan tahun.

"Guys, kayaknya si Gon lagi ngambek, ada yang tahu kenapa?" Killua tunggu respons Kurapika sama Leorio, biasanya kalo bahas Gon langsung cepat tanggap.

Tapi, tetap gak ada yang peduli. Kurapika sama Leorio sibuk sendiri.

Killua lama-lama emosi. "Woy! Kok, gue dicuekin, sih?! Kalian kenapa? Ada masalah apa? Gue ada salah apa sama kalian? Bilang, dong! Kalo gue punya kesalahan ya bilang! Jangan kacangin gue begini! Gue minta maaf kalo gue salah!"

Kurapika sama Leorio noleh bareng, natap Killua yang kesal dengan tatapan datar. Keduanya cuma diam natap Killua yang menunggu salah satunya angkat bicara.

"Kalian dengar gue tadi ngomong apa?!" tanya Killua, nada suaranya meninggi. "Lu pada dengar gak sih—"

"Berisik."

Satu kata yang sama dari dua orang berbeda. Satu kekecewaan, kesedihan, juga rasa sakit lagi yang Killua dapat.

Kurapika sama Leorio sibuk mengurus belanjaan yang seolah lebih penting daripada Killua. Begitu si kucing putih yang apes luput dari pandangan, sosoknya gak kelihatan lagi seharian.

Killua pun mendadak jadi sad boy.

07.38 PM.

Malam harinya di dapur cantik, Kurapika yang baru selesai cuci piring heran pas lihat mangkuk makanan kucing berisi w*iskas yang masih penuh ditaruh dekat wastafel. Itu jatah makanan Killua.

"Lah, kenapa mangkuknya ada di sini?" Kurapika ambil terus bawa mangkuk itu sambil cari Gon yang ada di ruang tengah sama Leorio, mereka lagi nonton "This is Talk Show" di televisi.

"Eh, pakcoy," panggil Kurapika, Gon sama Leorio noleh ke arah si Putri Kemuning yang kasih lihat mangkuk di tangannya. "Ini gak dikasih ke dia?"

"Siapa?" tanya Gon bingung, Kurapika mendekat terus bisik-bisik, "Si kucing putih, lah. Siapa lagi yang makan w*iskas di rumah ini selain dia?"

"Eh ... gak ada yang makan w*iskas di sini, itu juga bukan wi*skas tapi sereal sama mangkuk biasa punya Killua," jelas Gon yang masih menganggap Killua sebagai manusia.

"Mangkuknya ada di dapur. Leorio, hari ini giliran lu yang kasih makan, masa gak dikasih?" tanya Kurapika, Leorio cuma garuk-garuk kepalanya.

Leorio bilang, "Tadi pagi udah gue taruh di depan pintu kamarnya. Ya, cuma gue taruh soalnya kita udah janjian kacangin dia seharian, kan? Tadinya gue mau ketuk pintu, tapi gak jadi karena takut dia tiba-tiba nongol terus interogasi gue. Nanti jadi susah urusannya."

"Iya juga, ya. Dia pasti langsung tanya ini-itu sama Leorio, terus maksa minta jawaban," tanggap Gon sambil matiin televisi yang dari tadi dianggurin.

"Terus ... kenapa mangkuk ini bisa ada di dapur? Gak mungkin mangkuknya bisa jalan sendiri." Kurapika menatap Leorio yang sama bingungnya. "Mana gue tahu, gue aja gak lihat dia seharian ini. Kecuali tadi pagi," jawab Leorio.

Kurapika natap mangkuk yang dipegangnya. "Berarti ... dia belum makan seharian, dong? Dari tadi dia belum makan apa-apa?"

Mereka bertiga lantas bergegas menuju kamar Gon sama Killua yang kosong melompong begitu pintunya didobrak terbuka.

Gon bergumam, "Dia sembunyi di suatu tempat atau jangan-jangan ... dia hilang."

"WOY ITU KUCING HILANG KE MANA DIA BELUM MAKAN NANTI MATI WOY!" Leorio panik jerit-jerit ala banci kaleng, terus cari si kucing yang hilang di celah-celah sempit.

"KABUR KALI! ITU JENDELANYA TERBUKA!" Gon ikutan teriak sambil tunjuk jendela kamar yang terbuka lebar.

Kurapika natap keluar jendela kamar. Hanya ada halaman samping rumah dengan sebuah kebun bunga kecil di bawah langit malam nan kelam yang menebarkan hawa suram, menyebarkan kalut marut pada wajah muram Kurapika.

Mangkuk yang Kurapika pegang jatuh ke lantai dengan perlahan akibat efek slow motion yang bikin dramatis.

Prak!

Kurapika beralih natap mangkuk beserta sereal yang tumpah ruah, berserakan di lantai kamar. "Yah ... lantainya jadi kotor, deh. Mesti dibersihin lagi. Untung aja mangkuknya gak pecah. Ya ... itu mangkuk plastik, sih."

Gon sama Leorio sweatdrop bareng.

"Eh, ada apaan? Kenapa, nih?"

Ketiganya sontak menoleh ke arah asal suara. Di ambang pintu kamar, sosok yang mereka cari lagi berdiri plonga-plongo sambil menenteng sebuah kantung plastik segede gaban.

"Tadi aku dengar suara, apaan yang jatuh?" tanya Killua, si kucing putih yang hilang sekarang udah pulang. BANG TOYIB UDAH BALIK!

Gon, Kurapika, sama Leorio serempak lari ke arah Killua sembari memanggil namanya, "Killuaaa!"

"LU PERGI KE MANA, HAH?!" —Leorio.

"SEHARIAN GAK KELIHATAN, DICARIIN GAK ADA, PERGI KE MANA AJA LU?!" —Kurapika.

"KILLUA HABIS DARI MANA SIH DARI TADI PAGI UDAH HILANG BARU BALIK SEKARANG?!" —Gon.

Killua yang masih baper ikut sewot, "Baru pulang dimarahin, ngajak berantem?!"

Akhirnya, mereka berempat pun gelut dan Killua dikeroyok sampe bonyok :)

Habis tawuran, mereka kumpul di dapur yang merangkap sebagai ruang makan. Mereka duduk mengelilingi meja makan. Gon duduk di samping Killua, berhadapan dengan Kurapika dan Leorio.

"Tuh, makan," kata Killua sambil nunjuk kantung plastik bawaannya di atas meja makan.

"Lu nyuruh kita makan kantung plastik?"

"Leorio, tolong batang otaknya dilurusin. Kantung plastik itu ada isinya, dodol!" Killua ngegas lagi, emosi yang dipendam seharian akhirnya keluar.

Leorio masih gak paham. "Hah? Oh, isinya dodol."

"YA ELU YANG DODOOOL!" Killua makin berang, hampir menghajar Leorio kalo gak ditahan sama Gon yang kesusahan tahan kucing lagi ngamuk.

Kurapika ambil terus buka plastik itu. Pas dilihat isinya, Kurapika kaget. "Eh, ini dapat dari mana?"

"Beli lah, di Hol*and Bakery sebelah komplek." Killua kalem lagi sambil duduk like a boss. "Ada promo Hol*and Bakery hari ini, lumayan beli kue dapat diskon. Dikasih bonus promo lagi. Tuh, pilih aja mau makan yang mana terserah," ujarnya.

Ada kue tart black forest, tiramisu, desire, double chocolate cake, Japanese cheese cake, lemon delight, sama blueberry cheese cake. Ditambah aneka macam kue lainnya; chiffon cake, cupcake, dorayaki, roti melon, brownies, bolu gulung, kue sus basah dan kering.

Killua bingung lantaran ketiga temannya malah diam natap kue-kue yang berjajar rapi di atas meja, air liur Gon sama Leorio mengalir sampai jauh kayak ruci*a.

Takut dikacangin, Killua gebrak meja terus teriak, "HEH! JANGAN BENGONG NANTI KERUSAKAN!"

"KERASUKAN, WOY!"

"Giliran begini lu semua kompak ya semprong :(" Killua nyeri hate (sakit hati).

Kurapika hela napas. "Kill, lu ingat ini hari apa?" tanyanya, berusaha mancing si kucing.

"Hari Selasa, gue cuma ingat ada promo Hol*and Bakery," jawab Killua seadanya. "Harusnya gue yang tanya, kenapa hari ini gue dikacangin?"

"Killua, tolong memori otaknya diperbarui, ya. Lu tahu sekarang tanggal berapa? Itu jawabannya. Sekian, terima gaji," tandas Leorio, terus nyomot satu kue kering yang tampak asing. "Kue apaan, nih? Kayak biskuit."

"Lihat nama kuenya di wadahnya," sahut Killua, sibuk memikirkan maksud ucapan Leorio.

"Oh, ini namanya kue lidah kucing," kata Leorio, terus makan kuenya. "Rasanya enak banget."

Ketiga temannya syok berjamaah.

Kurapika berdeham untuk mencairkan suasana. "Sebenarnya, gue udah bikin kue," ujarnya, terus ambil tiga kue tart dari kulkas; dua kue dipegang tangan, satunya ditaruh di kepala.

"Gue cuma bikin kue cokelat, vanilla cake, sama strawberry cake, sih. Gue gak tahu lu bakal beli kue, tapi sayang kue-kuenya kalo gak dimakan." Kurapika taruh kue buatannya di meja bersama kue yang dibeli Killua.

"Pak Haji Ijah mau gelar tahlil, ya?" Killua masih gak mudeng rupanya.

"Killua, lu geblek banget, dah."

"Leorio, lu gak tahu geblek itu makanan?"

Gon yang habis makan kue ikut nimbrung, "Killua, cek akta kelahiranmu deh supaya ngerti."

"Oke."

Killua melipir pergi, ketiga temannya pun beraksi. Kurapika menata meja makan, Leorio siapin gelas minuman, Gon sediakan peralatan makan.

"Eh, lilinnya mana?" tanya Gon, bikin Kurapika sama Leorio kaget. "Duh! Lupa beli lilin tadi pas belanja!" rutuk Kurapika sambil tepuk jidat.

"Ya udah, pake lilin biasa aja. Masih ada sisa lilin bekas mati lampu tempo hari," kata Leorio, terus ditampar Kurapika pake piring.

Gon ikutan kasih usul, "Pake obor aja, atau pake kompor jadi kayak DJ!"

"Gon, kamu mau rumah kita terbakar?" Kurapika tepuk jidat, Leorio pun semakin sontoloyo, "Buat api unggun aja biar kayak lagi kemping!"

Leorio, kau mau rumah kalian kebakaran ×~×)?

"UDAHLAH GAK USAH PAKE LILIN SEGALA KAYAK MAU NGEPET AJA NANTI PAS TIUP LILIN BABINYA HILANG!" Kurapika pun ikut sinting.

Dapur disulap menjadi tempat pesta ulang tahun kecil-kecilan. Begitu selesai, mereka sembunyi di belakang pintu dapur sambil tunggu Killua balik.

Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar dari jauh, Killua lari-lari ke dapur sambil teriak, "MAYDAY! MAYDAY! YABAI YABAI YABAAAI! GUUUYS!"

"SUSURUPRIIIS!"

"WAAAHH!"

Gubrak!

"KILLUA!"

Killua hampir jantungan akibat dikagetin ketiga temannya terus jatuh terkapar di ambang pintu dapur. Gon langsung hampiri Killua yang tepar di lantai, kepalanya benjol.

"Adoooi ... bertuah punya budak," gerutu Killua, Gon cekikikan sambil bantu Killua berdiri, "Sorry, kukira kamu gak bakal sekaget itu."

"Jantungku jatuh ke perut, nih =_=)"

"Ada apa?" tanya Kurapika, mengingatkan Killua yang langsung jawab, "Oya, hampir lupa. Intinya, akta kelahiran gue hilang. Jadi, gue gak paham kenapa dan gak tahu ada apa dengan hari ini."

Leorio bawa kue black forest sambil tersenyum semringah. "Killua, coba lihat kue ini," ujarnya, Killua nurut aja terus nanya, "Kuenya kenap—"

Bugh! Killua seketika jadi bule, bulepotan cokelat black forest :)

"SELAMAT ULANG TAHUN, BLEKOK!" —Leorio.

"Hbd tuyul 'met ulang tahun, ya." —Kurapika.

"Otanjoubi omedetou, Killua :D wish you all the best! Hepi brojolday!" —Gon.

Killua yang mukanya berlumuran krim cokelat not responding. "Apa benar kalo akta kelahiran hilang kita harus lahir lagi?"

Dan akhirnya, pesta ulang tahun Killua dirayakan dengan acara rukiah masal.

•-•-•-•

Thanks for reading, see you!

Selasa, 6 Juli 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top