104. Jodohku Ternyata Bukan Jodohku
Kurapika menarik napas lalu mengembuskannya, lantas melayangkan kepalan tangannya ke wajah sosok itu sambil berseru, "BISMILLAH, HEADSHOT!"
Buagh!
Tumbanglah Kuroro, jin botol aqwa yang suka mengikuti para wanita terlepas dari statusnya, mulai jomblo sampe janda disikat semua.
'Gak salah gue ke toilet tadi, jadi bisa ketemu bidadari lagi belanja di sini,' pikir Kuroro yang terkapar di lantai, udah tepar masih aja minta ditampar.
Jadi ceritanya, Kuroro habis menunaikan panggilan Tuhan eh panggilan alam di toilet dekat Ramaarjuna, terus ketemu Kurapika, deh.
Kuroro beringsut bangun. Kedua pasang mata yang menyorotkan perasaan berbeda itu bertemu pandang. Kuroro menebar senyum tidak simetrisnya, sementara Kurapika yang muak banget lihat penampakan itu menahan diri mati-matian supaya gak melayangkan bogem mentah ke wajah si akang ojek.
Sang pemilik mata merah bertanya, "Tahu gak persamaan kamu sama hama?"
Kuroro yang terlampau percaya diri pun baper merasa digombali sang pujaan hati dan lantas membalas, "Gak tahu, memangnya apa?"
"Sama-sama mengganggu dan tidak diinginkan :)"
Untuk yang ketiga kalinya, secret member Disny Princess itu meninggalkan sang Pangeran Kecebong bersama rasa sakit dan luka mendalam di hatinya.
Netranya membiru kembali. Kurapika mengarahkan pandangannya ke depan, berjalan menjauh dan tak pernah melihat ke belakang lagi.
Tapi, tidak semudah itu Fergusaleh :)
Penolakan demi penolakan yang dilontarkan Kurapika bukanlah alasan bagi Kuroro untuk menyerah. 'Waw, impresif,' pikir Kuroro yang justru makin suka lantaran merasa ditantang sama Kurapika.
Selain karena paras cantik sama perilakunya yang baik, Kurapika juga bukan cwk diskonan eh murahan, makanya Kuroro suka. Kurapika tuh cwk yang susah banget didekati, apalagi mulutnya tajam setajam silet. Top markotop lah pokoknya.
Seraya mengantungi kedua tangannya dengan gaya sok keren, bujang lapuk yang pantang mundur itu tanpa berpikir panjang menyusul tambatan hatinya. Kuroro takkan berhenti mengejarnya lagi dan lagi, sampai dapat menggenggam dan menggandeng tangannya suatu saat nanti.
Kuroro juga udah menyiapkan sesuatu untuk Kurapika, si abang punya suatu penawaran menarik yang dijamin bakal memikat hati cwk yang disukainya.
Sementara itu, di tempat pakaian anak. Kanjeng Mami lagi asyik cari baju yang ukurannya pas untuk Gon, kebanyakan bajunya yang berukuran besar. Kasihan si bocah nanti bajunya kebesaran.
Kurapika sih gak sepelit ibu-ibu lain yang beliin baju ukuran jumbo untuk anaknya supaya awet dipake selama beberapa tahun. Kalo bajunya udah gak muat ya tinggal beli aja yang baru. Eh, bukan sombong atau pamer ya bun :)
"Nah, ini ada!" seru Kurapika pas ketemu baju yang dicarinya. "Yah, warnanya pink, padahal Gon sukanya warna hijau. Baju hijau yang ukurannya lebih besar, tapi ... kalo Gon pake baju kebesaran kayaknya lucu juga."
Kurapika blushing karena gemas bayangin Gon yang imut pake baju kebesaran. "Yang penting warnanya hijau. Oke, aku ambil ini sama yang pink juga karena aku mau lihat Gon jadi pinky boy yang gemoy."
Akhirnya dibeli semua, dasar mama muda :)
"Baju untuk Gon ada, Killua udah dibeliin kostum untuk cosplay jadi Pusheeng si kucing. Sip, tinggal beli kemeja." Setelah membayar, Kurapika beranjak ke Mataharry yang letaknya berseberangan sama Ramaarjuna.
Iya, posisi dua toko itu ibarat Krusty Krab sama Chum Bucket.
Selain karena model pakaian yang fancy and catchy, Kurapika mampir ke Mataharry juga untuk menghindari Kuroro yang bisa muncul kapanpun dan di manapun.
Kurapika menuju tempat pakaian pria sambil bersenandung ria, "Baju baru alhamdulillah 'tuk dipakai di hari raya, tak punya pun tak apa-apa, bisa beli di TokoEldia :v"
Beli kemeja untuk Leorio mah gampang. Dikasih warna apa aja mau, harganya murah atau mahal gak peduli, yang penting Kurapika yang beli. Tetap dibeliin kemeja yang bagus sama Kurapika, tapi kemeja untuk Kurapika sendiri lebih bagus.
Kurapika pastinya juga mau beli kemeja, dong. Masa cuma Leorio yang dapat, kan beli kemejanya pake uang Kurapika. Leorio mana punya modal, canda modal :v
"Ini bagus, nih. Eh, ini juga bagus ... beli yang mana, ya?" Kurapika bimbang mau pilih kemeja yang putih atau hitam. Bahan kedua kemaja itu nyaman dipake, modelnya bagus, warnanya sama-sama oke, jadi ....
"Ya udah, beli dua-duanya aja."
Memborong adalah solusinya :)
"Oke, segini udah cukup, tapi ...," Kurapika tatap baju-baju yang dipegangnya, "masih ada yang kurang. Tapi apa, ya?"
"Celananya gak sekalian, Kak?"
"Oh, bole—eh ...."
Baru sekali dalam seumur hidupnya Kurapika menyesal jadi anak yang tanggap. Kurapika telanjur membalikkan tubuhnya ke belakang, tepatnya ke arah orang yang ogah banget dilihatnya lagi.
Ya, tukang ojek yang minta dijadiin rempeyek itu muncul kembali.
Persis seperti sebelumnya, Kuroro berdiri sambil tersenyum bengkok. Kurapika bergeming dengan raut wajah yang menunjukkan betapa jenuh dirinya. Si Princess Pirang buang muka terus balik badan memunggungi Kuroro.
'Macam tak betul je budak nih, dia manusia bukan, sih? Ada di mana-mana kayak kuman, tak habis pikir aku. Lelah hayati ya gusti,' gerutu Kurapika dalam hatinya yang jemu.
Kegiatannya lagi-lagi diinterupsi oleh manusia jelmaan kaonashi. Kurapika emosi setengah mati, nyaris lepas kendali. Untungnya masih sadar diri untuk tidak menghajar Kuroro, walaupun sempat berniat menghantamnya dengan batu kali.
'Dia yang pergi atau gue yang pergi,' pikir Kurapika, bingung bin linglung harus berbuat apa lagi supaya Kuroro pergi dari hadapannya. Kurapika udah kehabisan akal.
Mereka pun larut dalam keheningan yang merebak. Kuroro gak mau memaksa karena tahu Kurapika udah capek menghindar, mau kabur ke manapun tetap aja dikejar. Kurapika pasti capek lari darinya.
Kuroro baru buka mulut, namun Kurapika udah angkat bicara, "Mas, saya udah bayar sama kasih uang tip tadi. Helmnya udah dikembaliin juga. Apa masih ada yang ketinggalan? Apa lagi yang hampir saya bawa selain helm?"
"Iya, mbak, hati saya yang ketinggalan. Perasaan saya juga dibawa sama mbak."
Kuroro pun ditampar sama Kurapika, plak! Begitulah bunyinya :)
Btw, yang ketinggalan tuh sebenarnya pesanan makanan Kuroro, gak sadar habis dari toilet pas keluar lihat Kurapika langsung dikejar.
"Canda, mbak," kata Kuroro sambil cengar-cengir. "Mbak buka aplikasi Gerebu terus lihat promosinya, deh. Ada yang baru, loh."
Emosinya yang meluap pun menguap dalam sekejap. Segudang kekesalannya hilang tak berbekas, lenyap tak tersisa bersama sejuta kemasygulan. Kurapika yang hampir patah semangat sekonyong-konyong kembali punya minat. Kurapika yang langganan promosi Gerebu langsung buka aplikasi terus cek promosi, ada penawaran jasa baru yang namanya Gere-shop untuk bantu customer belanja di mana aja.
Kurapika menampilkan muka temboknya pas baca promosi itu. "Gerebu buka lowongan kerja jadi pembantu, ya?" sindirnya, pedas gila kayak bomcabe.
Kuroro ketawa receh. "Yah, anggap aja begitu, mbak. Lumayan juga ada yang bantu pas belanja, kan? Gimana, mbaknya tertarik?"
Si Princess Pirang melipat kedua tangannya di depan dada, mempertimbangkan tawaran tersebut. Kuroro ada benarnya. Kurapika bebas pegal linu kalo ada yang bawain belanjaanya, tapi ibu kita Kartiny gak selemah itu sampe harus sewa pembantu cuma buat angkut barang.
Lagi pula, Kurapika ogah banget belanja bareng Kuroro, makhluk yang menguntitnya sedari tadi itu meresahkan. Setelah semua usaha yang dikerahkan, apa dirinya menyerah begitu aja? Udah menjauh akhirnya tetap jatuh.
Kurapika memiringkan kepala sambil menyentuh dagunya dengan jari telunjuk, memasang pose berpikir. Antusiasmenya bersembunyi di balik tampang datar yang tergambar. "Terima gak, ya?" gumamnya pelan.
Kuroro pun tak kehabisan ide untuk membujuk rayu calon customer sekaligus gebetannya itu. "Khusus buat mbak dikasih gratis, deh. Mbaknya gak usah bayar, spesial untuk pemakai promosi pertama. Sini, mbak, belanjaannya biar saya aja yang bawa," tawarnya.
"Gak usah deh mas," tolak Kurapika dengan halus sambil tersenyum tulus. Kurapika sebenarnya juga takut belanjaannya dibawa kabur. Kan gak lucu kecopetan di mal, dicopet sama tukang ojek lagi.
Tapi, tukang ojek itu bersikeras untuk membantu. "Gak apa-apa, saya bisa pegangin," ujarnya.
"Gak usah, mas, saya bisa sendiri, kok."
Si bujang malah gombal, "Ya udah, saya pegang tangan mbaknya aja, deh :)"
"Mas bawa baju untuk anak-anak saya, ya."
"Iya, sayang :)"
"Terima kasih, dayang :)"
Akhirnya, promosi Gere-shop itu dipake juga. Kurapika mau gak mau mengubah pemikiran sama cara pandangnya terhadap Kuroro, supaya gak menimbulkan konflik lainnya. Positive thinking, mungkin dari tadi Kuroro mengikutinya karena mau kasih tahu promosi baru itu.
Siapa tahu si akang ojek ikhlas bantunya karena betulan cari nafkah tambahan, meski sebenarnya Kurapika udah tahu dari awal niatnya Kuroro cuma modus.
'Jadi tuh promosi dimanfaatkan sebagai modus supaya dia bisa ikut gue terus. Ada aja ya modus orang zaman sekarang,' pikir Kurapika sembari hela napas lelah.
Apa boleh buat, hitung-hitung sedekah bantu orang lain lah. Lumayan dapat amal jariyah. Kasihan kalo gak diterima tawarannya. Ingat, rezeki jangan ditolak.
'Ya udahlah, modusnya juga bisa gue manfaatkan. Aha, sekalian aja gue balas kerjain dia! Balas dendam sesekali bolehlah.' Kurapika senyum licik, otaknya pun kembali bekerja dengan cerdik.
Si Pikachuwu menyusun rencana dengan ide jahilnya, sedangkan Kuroro anteng mengekori Kurapika sambil bawa barang belanjaannya yang ditaruh dalam tas plastik dari toko khusus untuk simpan barang belanjaan pengunjung.
Kuroro mesem-mesem perhatiin Kurapika yang masih asyik cari kemeja pria terus heran lihatnya, untuk apa Kurapika beli kemeja pria? Kuroro jadi curiga, ditanyalah si mbak, "Loh, mbak punya pacar?"
"Enggak, kok," jawab Kurapika apa adanya. Kurapika membelakangi Kuroro, jadi abang ojek itu gak lihat wajah culas dan seringai liciknya.
Kuroro tanya lagi, "Eh ... terus kemeja itu buat siapa?"
"Buat suami saya :)"
Kuroro yang mendengar pernyataan resmi tersebut pun terkejut bukan kepalang. Mulutnya bungkam, sepasang matanya menatap nanar Kurapika dalam diam. Hatinya cenat-cenut. Kuroro merengut sambil cemberut butut.
Si bujang lapuk seketika jadi sad boy.
Lantunan lagu sebagai backsound diputar dari radio toko, "Ketika mimpimu yang begitu indah ... tak pernah terwujud, ya sudahlah."
Kuroro membatin, 'Oh ... udah nikah ternyata :) yah ... wajar, sih, cewek cantik nan baik begini pasti laku. Jodoh memang cerminan diri, ya. Gue mana pantas bersanding sama dia.'
Si abang ojek tukang main cewek akhirnya sadar diri, pemirsa. Mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah yang telah diberikan pada Kuroro.
'Apa gue tikung aja? Kalo gue ajak selingkuh mau gak, ya?'
Yah, sesat lagi makhluknya. Begini nih kelakuan si Jon temannya Jin dan Jun.
Kuroro pun basa-basi, "Oh, udah berkeluarga mbaknya. Nikah muda, dong?"
"Belum nikah, kok."
Jawaban dari manusia jelmaan Pikacuy itu bikin si bujang kaget lagi. "Lah? Katanya tadi udah punya suami?" tanya Kuroro sambil garuk kepalanya yang berasap karena overthinking.
Kurapika cekikikan sembari melirik Kuroro sekilas, terus balik tanya, "Kapan bilangnya?"
"Itu, apa namanya, meja eh kemeja. Kata mbak tadi kemejanya buat suami, berarti mbak udah nikah, dong? Kan, udah punya suami."
"Saya belum nikah, mas, baru punya calon suami."
Entah kenapa, Kuroro lega banget dengarnya. Mendadak secuil rasa senang timbul kembali dalam hatinya yang tersakitty. Rasanya kayak dikasih jawaban pas ujian hidup.
"Begitu, toh. Saya kira udah nikah," kata Kuroro sambil ketawa nervous. "Calon suaminya siapa, mbak?"
Kali aja pas nikah Kuroro diundang, lumayan bisa numpang makan kerupuk udang.
'Sudah kudugong, nih orang kepo banget. Banyak tanya kayak Dora,' batin Kurapika sambil memutar bola mata, terus jawab dengan santainya, "Calon suami saya ya mas, lah."
"Hah?"
Kuroro yang kapasitas otaknya sedangkal genangan air di jalanan becek selepas hujan deras pun loading terus not responding, akhirnya Kurorobrain.exe has stopped working.
Eh, baru aja otak ceteknya Kuroro connected, Kurapika tiba-tiba menoleh ke arah Kuroro sambil senyum tipis nan manis terus ketawa, "TAPI BOHONG YAHAHA HAYU!"
"Ku menangiiis :')"
Kuroro senyum getir kala membendung butir air mata yang hampir mengalir. Udah sakit hati rupanya cuma dikerjai. Yah, yang penting gebetannya belum bersuami.
Lanjut lah mereka belanja layaknya pasutri, bikin para jomblo yang lihatnya iri. Kemesraan pengantin baru lagi beli baju, lelakinya jadi babu. Biasalah.
Kurapika dengan riang gembira tunjukin dua kemeja pilihannya pada Kuroro yang blushing lihat senyuman cerah cerianya. "Mas, lebih bagus yang warna biru atau merah?"
"Terserah, pilih aja mana yang mbak suka."
"Akang gendang, kalo saya suruh pilih, pilih ya :)"
"Eh ... yang merah, deh."
"Tapi saya suka yang biru, ada sakunya," ujar Kurapika, Kuroro jadi bingung dibuatnya. "Ya udah, yang biru aja," balas si akang gendang seadanya.
"Ih, tapi yang merah warnanya cerah, kalo yang biru warnanya agak pucat, mas."
Kuroro sweatdrop pas Kurapika mencerocos, "Yang biru harganya lebih mahal, merek terkenal. Kalo yang merah kemeja lengan pendek, bahannya agak tipis. Lalalalala vidas la vivi vidas ...."
Si bujang kelimpungan, kewalahan dengar ocehan Pikasyu. Matanya menyelisik sekitar untuk mencari jalan keluar. Kuroro lihat ada baju terusan yang berwarna biru sama merah bagian atas bawahnya, diambillah baju itu.
"Bajunya yang ini aja, mbak," ucap Kuroro, menyodorkan baju itu pada Kurapika yang speechless.
Kurapika hela napas. 'Inilah saatnya, kuharus berubah. This is my last war,' batinnya, mengumpulkan sisa-sisa keberanian demi menghapus semua keraguan, menguatkan serta menyiapkan diri dan hati untuk menyampaikan kebenaran.
Kedua mata biru Si Princess Pirang memperlihatkan kesungguhannya pada si pemilik mata hitam kelam, bersama raut wajah serius yang terpampang tanpa seulas senyum terpajang. And the queen has spoken, "Mas ... boku wa otokona no!"
"Ndak bisa bahasa Enggres :)"
Bletak! Kuroro pun ditimpuk sepatu Cinderelly yang mereknya *ucci.
Kurapika pake lagi sepatu mahalnya sambil komat-kamit mulut mbah Google baca manga, dengan segelas air sabun lalu pasien disembur, "Maaf aja, nih, gue udah capek pura-pura terus. Iya, gue tahu gue cantik. Tapi, gue sebenarnya lelaki tulen. Sorry, gak bilang sejak awal soalnya gue bingung mau kasih tahu lu gimana. Pokoknya, gue ini lelaki, bukan perempuan. Jadi, berhenti gombalin gue atau semacamnya. Gue laki-laki sama kayak lu."
Kali ini, giliran Kuroro yang terpaku sambil terdiam membisu. Sepasang mata segelap black currant itu membulat, berkaca-kaca sehingga memantulkan bayangan Kurapika yang kini tampak berbeda, tak sama lagi seperti sebelumnya.
Bukan main kagetnya Kuroro, orang yang ditaksirnya ternyata berbatang juga. Sang gadis cantik jelita, manis memesona, berparas rupawan nan menawan yang memukau, menjerat, dan merebut hatinya itu tidak pernah ada. Yang ada hanyalah Kurapika, lelaki sejati yang berdiri di hadapannya.
Kuroro mengerjapkan matanya. "Oh, gak apa-apa, mbak. Eh, sorry, betulan gak apa-apa, kok. Soalnya gue udah biasa juga ketemu bishounen, tapi yang paling cantik, ya, cuma ... kamu."
Kurapika kaget lihat Kuroro kelihatannya sedih banget. Kuroro yang tertampar kenyataan pun terpuruk, tertunduk lesu meratapi nasib. Kuroro depresi karena patah kaki eh hati.
Padahal, Kuroro udah berniat serius sama Kurapika, tapi jadinya malah begini. Yah, karma buat Kuroro, salah sendiri suka main perempuan, akhirnya si bujang dapat balasan.
Sebenarnya, dari awal juga Kuroro cuma main-main sama Kurapika, bercanda aja gombalnya. Tapi lama-lama jadi keasyikan, terus mulai tumbuh benih-benih perasaan yang sayangnya berakhir mengecewakan.
Kuroro nyanyi dalam hati, 'Tuhan, tolong aku. Ku tak dapat menahan rasa di dadaku. Ingin aku memiliki. Namun, dia laki-laki :')'
"Woy, jangan nangis, di sini gak ada balon," tegur Kurapika, sifat aslinya mulai keluar ya bun. "Heh, tampang Ted Bundy, hati Hello Kitty."
Kuroro ngeles, "Siapa yang nangis? Mata gue kebanjiran."
"Bisa aja lu biawak sawah :) btw, panggil Kurapika aja, gak usah formal. Begini-begini gue anak gaul ya, tapi bukan pergaulan bebas juga."
"Oke, kalo begitu panggil gue Kuroro, tinggi gue 177 sentimeter dan berat badan 68 kilometer eh kilogram. Sekarang kita berteman, ya :)"
"Gak mau gak suka gelay >:)"
Kuroro pundung sambil naik eskalator, terus diseret sama Kurapika supaya turun. Belanjaannya juga dibawa Kuroro soalnya.
Habis itu, mereka lanjut keliling mal. Kurapika bergaya pake kacamata hitam seraya berjalan berkacak pinggang dengan anggunnya bak model catwalk di atas karpet masjid, bareng Kuroro si pembantu yang bawa bejibun belanjaan di belakangnya.
Para pengunjung mal yang lihat jadi kucinta aku terpana pesona Kurapika, sementara sang Nyonya Meneer cuek bebek diperhatikan orang-orang sekitarnya. Entah kenapa, Kurapika manyun terus bilang, "Tahu ah aku ngambek!"
Kuroro bingung ibu negaranya mendadak ngambek. "Kamu mah meuni ngambek, ih."
"Atuh aku teh pengen seblak!"
"Ya udah hayu!"
"Hayu!"
"Hah!" Kurapika teriak pas udah dapat seblak, "Aku mah mau marah!"
"Aih, kamu kenapa?"
"Seblaknya gak pake cendol!"
"Atuh gak tahu :("
"Howalah asem :)"
Akhirnya, habis beli cendol lima gelas—yang satu untuk si babu dari Kanjeng Mami sebagai tanda terima kasih, anggap aja upah tambahan—buat Kurapika yang lagi ngidam, mereka memutuskan untuk pulang.
"Promosinya masih berlaku. Jadi, gue antar lu pulang," kata Kuroro pas Kurapika mau pamit, rupanya mesti pulang bareng si dedemit. Kurapika tanya, "Berlaku sampe kapan?"
"Sampe rumah lu :)"
"Ih, gak usah lah sampe depan gang aja."
"Ganteng doang, jemput cewek depan gang. Udahlah pokoknya gue antar lu selamat sampai tujuan."
"Oke, tapi jangan salah jalan."
"Mermaid Man bilang, tetaplah berada di jalan setan :)"
Kurapika gebuk punggung Kuroro pake tas merahnya. "Syaland :)"
Sesampainya di parkiran, Kuroro simpan sebagian belanjaan di bagasi motornya, sebagian lagi dipegang sama Kurapika soalnya udah gak muat. Bagasi motor ninja tuh kecil, cuma baju yang masuk ke situ.
Motor segede gaban, bagasi sekecil upil.
Kuroro kasih helm tabung gas yang tadi dipake Kurapika, tapi ditolak sama mbaknya, "Gak usah pake helm. Maaf, ya, jujur aja, gue malu banget pake helm itu."
Kuroro ketawa, "Lah, kalo malu kenapa gak bilang dari tadi."
"Lu mau gue pukul? :)"
Sang surya nyaris terbenam di ufuk barat, cahaya jingganya menyinari sebuah motor ninja yang melaju membelah jalan raya. Mereka melintasi laluan yang sepi dalam sunyi. Keduanya menikmati waktu tanpa berseteru dengan syahdu.
'Syukurlah dia terima gue apa adanya,' batin Kurapika, lega udah jujur tentang dirinya yang sebenarnya.
Bohong terus gak ada gunanya, ujungnya pasti ketahuan juga. Apalagi membohongi perasaan sama diri sendiri cuma bikin sakit hati. Serapat apapun rahasia ditutupi bakal terbongkar suatu saat nanti. Lebih baik jujur daripada jati diri yang harus dikubur.
Bibir manis Kurapika mengukir senyuman tipis kala menatap punggung kokoh di depannya dengan tatapan lembut.
'Sebenarnya, dia baik, buktinya dia gak menuntut balasan berupa perasaan dari gue. Sayangnya, dia gak tahu cara yang benar untuk menunjukkan kebaikannya, juga siapa orang yang tepat untuk menerimanya. Tapi, kalo dia terima gue yang aslinya lelaki ... berarti dia betulan suka sama gue, dong?'
Kurapika geleng kepala, tatapannya beralih pada terang benderangnya langit senja. Si Princess Pirang terkekeh pelan, 'Yah, semoga aja dia gak belok.'
"Kur, kawin lari, yok."
"Akang gendang, kalo saya bilang mundur, mundur ya :)"
Kisah cinta terhalang jenis kelamin ini pun tamat dengan gagalnya pendekatan si iblis Kuroro Lucifer kepada bidadara yang jatuh dari surga, Kurapika.
Akhirnya, ibu negara lupa beli obat untuk anak-anaknya yang semaput karena sakit perut.
Selesai :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top