103. Jodoh Salah Alamat
"Jodoh memang tidak akan ke mana. Ya jangankan pergi ke mana-mana, jodohku ada di mana aja aku gak tahu :("
***
Request by NadineSafira2
Lanjutan dari "Drama Ojek Online : Cintaku Kepincut Abang Ojek (Minifict Kuroro X Kurapika)" yang menceritakan tentang kelanjutan hubungan antara abang ojek fuckboy tukang modus dan si Princess Pirang, bagaimana dan seperti apa kisahnya?
Mari kita simak bersama dengan saksama, happy reading and enjoy ♡
Kurapika : "ENJOY, ENJOY, KEPALAMU KINDE*JOY! IH! OGAH BANGET KEPINCUT SAMA CURUT!"
Kuroro : "Orang ganteng begini jadi ojek online, ya bolehlah yang penting gue tetap marvelous :v"
Kurapika : "Halah marvelous marvelous kayak si Jarjit aja lu."
Kuroro : "Aku rapopo :')"
***
Warning ⚠️
Dapat menyebabkan mual, muntah pelangi, sakit kepala pundak lutut kaki lutut kaki, radang tenggorokan, asam lambung, usus buntu(ng), diare, nyeri, dan pegal linu. Bagi yang mengalami gejala enterwind di atas harap segera minta dikerok sama dipijat dengan tolak angin, jangan lupa minum GPU yahuuud.
Proudly present, rumah tangga KuroPika yang tidak ada rumah maupun tangganya ....
***
Langit malam nan kelam mulai luntur. Sang cakrawala mulai berganti warna menjadi biru kelabu, berpisah perlahan dengan kegelapan. Mentari belum terbangun dari tidurnya, namun rembulan sudah berpaling dari muka bumi yang sunyi sepi.
Dih, mau bilang subuh aja susah.
Pokoknya, sekarang jam setengah enam pagi. Trio Gokil masih tidur, pastinya Kurapika udah bangun terus mejeng di dapur untuk masak. Suasana pagi hari yang indah, dengan udara sejuk yang lebih menyegarkan daripada sprit. Begitu senyap lantaran semua orang masih terlelap.
Sampai akhirnya, si ayam jantan berkokok, "Selamat pagi, bunda! Mau masak apa—"
"Bunda, bunda. Bunda piara piara akan daku. Berisik banget sih lu pagi-pagi udah ganggu orang aja, tidur lagi sana gak usah bangun lagi sekalian."
"Bunda kok jahaaat :("
Kurapika mode ibu tiri mulai aktif ya bun. "Banyak cakap lah kau. Sana ke kamar mandi, cuci muka, gosok gigi, terus mati," ketusnya gak ada obat. Kurapika mulutnya memang lebih tajam daripada pisau.
Pisau bisa potong bawang, mulut Kurapika bisa potong orang.
Beralih pada lawan bicara Kurapika, kali ini bukan Leorio atau Killua yang biasanya jadi bahan omelan. Tapi sama aja sih selalu kena marah juga, cuma beda spesies; satu siluman kucing, satunya jelmaan biskuit, yang satu lagi ahli ilmu hitam.
Ya, siapa lagi kalo bukan Kuroro.
Kuroro menyampirkan handuk di pundaknya, terus ngacir ke kamar mandi sambil mengucap salam, "A—"
"Su," sambung Kurapika, tak membiarkan Kuroro melanjutkan ucapannya. Kuroro pun masuk ke kamar mandi dalam diam.
Eh, udahnya Kuroro malah nyanyi di kamar mandi, "Aku mundur alon-alon—"
"Alon-alon bapakmu tukang salon! Berisik lu mandi aja gak usah nyanyi! Gue timpuk juga lu pake galon!"
Akhirnya, dapur hening lagi. Hanya terdengar tangisan dan jeritan kesakitan si bawang yang Kurapika potong pake pisau diiringi suara byar byur dari kamar mandi.
Detik berikutnya, teriakan Kurapika kembali memecahkan keheningan, "HAAAHH?!"
"Kurapika!"
"HAH!" Kurapika kaget banget, nyaris jantungan. Napasnya terengah-engah kayak habis dikejar deadline tugas.
"Ada apa, Kurapika?"
Kurapika noleh ke arah Gon yang tiba-tiba ada di sampingnya. "Eh, Gon? Sejak kapan kamu di sini?"
"Sekitar lima menit yang lalu. Dari tadi aku bangunin kamu, tapi kamu susah bangun. Kenapa kamu teriak? Mimpi buruk, ya?" Gon tepuk-tepuk kepalanya Kurapika.
Kurapika diam mengingat apa yang baru aja dialaminya. Pasti bingung kan kenapa tuh makhluk serba hitam berwajah muram dengan masa depan suram ada di rumah Kurapika dan kawan-kawan?
Ternyata oh ternyata, Kurapika cuma mimpi. Tepatnya mimpi buruk.
'Amit-amit cabang olahraga itu dementor ada di sini!' batin Kurapika sambil geleng-geleng kepala untuk menghapus bayangan mimpi buruknya.
"Eh ... iya, tadi aku mimpi buruk. Maaf, ya," kata Kurapika sambil elus-elus kepala Gon, lah ini kenapa malah main kepala.
Gon tersenyum secerah mentari pagi. "Iya, gak apa-apa, yang penting sekarang kamu udah bangun. Kamu sampe berkeringat begitu, mimpinya seram banget, ya?"
Kurapika menyeka peluh di dahinya sambil ketawa nervous, "Yah ... begitulah, haha."
Pagi itu sama seperti biasa, hari berjalan sebagaimana mestinya. Kurapika yang rajin bangun pagi pun pernah bangun kesiangan beberapa kali, namanya juga manusia. Kurapika biasanya bangun siang di akhir pekan, ya santai lah tapi rutinitas ibu rumah tangganya tetap dijalankan.
Kadang kalo semua kerjaannya udah beres, Kurapika bakal tidur siang atau jalan-jalan sendirian. Kurapika lebih suka shopping di mal daripada belanja online, soalnya bosan di rumah melulu. Sekalian cari suasana baru, setiap hari bersama Trio Gokil bikin suntuk.
Selain istirahat, Kurapika butuh refreshing, menjauh dari beban hidup yang bikin stres untuk menikmati me time yang jarang didapatkannya. Namun, free time-nya tak lepas dari kejadian aneh bin ajaib, ada aja absurdity yang terjadi.
Seperti pengalamannya hari ini. Kurapika pergi ke mal untuk perawatan di salon kecantikan, berangkatnya naik ojek online diantar seorang driver yang eksentrik luar dalam. Bukan hanya penampilannya yang nyentrik, kelakuan orangnya juga pelik.
Silakan baca chapter sebelumnya untuk flashback, kalo masih ingat atau gak mau ya lanjut aja.
Pagi menjelang siang, Kurapika udah selesai perawatan di salon kecantikan langganannya. Kurapika pelanggan setia sekaligus pelanggan pertama yang rutin berkunjung ke sana, makanya para pegawai salonnya baik banget sama Kurapika yang setiap datang selalu disambut ramah.
Kurapika akrab sama para pegawai salon itu. Karena dari sekian makhluk hidup yang Kurapika kenal, cuma mereka yang menganggap Kurapika sebagai lelaki pada pandangan pertama.
Iya, pertama kali Kurapika datang ke salon itu, para pegawainya langsung heboh, teriak histeris, jerit-jerit ada cowok ganteng bule lagi (karena rambut Kurapika pirang jadi dikira orang bule).
Kurapika pastinya senang banget, dong. Kapan lagi dianggap laki-laki sama orang lain yang baru ketemu? Kurapika jadi terharu. 'Syukurlah, mata orang-orang ini sehat wal afiat semua,' batinnya saat itu.
Btw, nama salonnya Sally's Salon.
Sehabis perawatan di salon, Kurapika pun jalan-jalan santai untuk menghabiskan waktu luangnya yang berharga. "Ke Tim*zone dulu, deh!" ujarnya.
Kurapika asyik main di Tim*zone sepuasnya sampai dapat banyak tiket yang ditukar dengan hadiah boneka couple Chucky sama Annabelle, bonus boneka voodoo.
"Lumayan nih jadi alat praktikum santet buat pelajaran ilmu hitam di sekolah," kata Kurapika sambil peluk boneka barunya.
Kurapika mampir ke toko buku, bonekanya mau dititip ke tempat penitipan barang tapi petugas yang menangani penitipan barang langsung kabur. Akhirnya, tiga boneka itu dititip sekalian disegel sama satpam.
Ketika sedang asyik mencari buku, tiba-tiba Kurapika dihampiri seorang pegawai yang menawarkan sebuah buku. "Buku panduan ilmu hitamnya, Kakak? Isinya koleksi santet lengkap sama mantranya."
Kurapika sweatdrop. "Eh ... enggak deh mbak, terima kasih," tolaknya.
"Kamus mantra sihirnya juga boleh, Kak. Recommended banget soalnya karangan asli dari Harry Pop Ice lulusan Hogwarteg."
"Anu—"
"Ensiklopedia sihirnya mau, Kak? Karya alumni Starlight Academy namanya Harry Pop Mi."
Tiga buku keramat itu pun berakhir dalam genggaman Kurapika, namun setelah si mbak hilang dalam sekejap Kurapika taruh lagi buku-bukunya ke rak buku yang berisi grimoire.
"Toko bukunya terlalu lengkap," gumam Kurapika seraya lanjut keliling. Meresahkan sekali ya bun, apalagi mbaknya tadi langsung lenyap tak berbekas. Mungkin si mbak murid Dream Academy.
Kurapika lihat-lihat deretan rak buku novel dengan berbagai genre, terus ketemu novel judulnya "Jodoh Salah Alamat" karya Harry Popstar bin Harry Popcorn.
"Ini kenapa banyak penulis yang namanya Harry dah, gak sekalian ada buku karangan Harry Styles?" Kurapika geleng-geleng kepala, tapi novelnya diambil juga.
"Bukan apa-apa cuma penasaran aja," kata Kurapika tsundere sambil baca sinopsis novelnya.
"Jodoh memang tidak akan ke mana. Ya jangankan pergi ke mana-mana, jodohku ada di mana aja aku gak tahu :("
Kurapika akhirnya beli novel itu sama satu seri buku novel "Harry Potato : Aku Suka Harry Potek tapi Aku Lebih Suka Harry-Harry Bersamamu" yang bergenre horor.
Usai membayar dan mengambil bonekanya yang dititipkan, Kurapika keluar dari toko buku terus lihat namanya, Harry Potapota Bookstore.
"Aku baru tahu ada toko buku ini." Kurapika tepuk jidat, baru sadar belum lihat nama toko bukunya sebelum masuk.
Sekarang udah jam makan siang. Kurapika singgah sebentar di kafe dekat toko buku, namanya Cafe Deh, untuk istirahat sambil main ponsel sama numpang Wi-Fi gratis.
Kurapika memotret pesanannya terus update status, bikin posting-an sama story di setiap media sosialnya dengan caption estetik yang berbeda. Kurapika menikmati waktu senggangnya dengan makan kue tiramisù sembari minum latte.
Ibu-ibu biasanya bakal beli oleh-oleh untuk keluarganya di rumah. Jadi, dengan naluri keibuannya, Kurapika pesan empat cheesecake, dua moccachino, sama dua cappuccino buat dibawa pulang untuk Trio Gokil tersayang.
Setelah membayar, Kurapika beranjak dari kafe tersebut. "Kayaknya masih kurang," gumam Kurapika sambil natap bungkus makanan kafe yang ditentengnya. "Apa aku beli makanan restoran juga, ya? Hm ... aku telepon Gon aja, deh."
Tuuut ... tuuut ... ngek (ceritanya bunyi telepon diangkat).
"Moshi moshi aya naon (ada apa), Kurapika?"
"Gon, aku mau beli makanan di Hola-Hola Bento, kalian mau pesan apa untuk makan siang?"
"Wah, asyik! Aku mau kissu bento :D"
"Oke, yang lain mau apa?"
"Tunggu sebentar, ya. Killua! Leorio! Kurapika mau beli makanan Hola-Hola Bento, kalian mau pesan apa?"
Kurapika terkekeh mendengar keributan Killua sama Leorio yang kegirangan dari telepon, ribut mau pesan ini itu segala macam mumpung dibeliin emaknya.
Seraya menunggu keputusan kedua temannya, Kurapika memasuki restoran terus antre untuk memesan makanan. "Aku udah di restorannya, nih. Ayo, mau pesan apa?"
"Killua mau bento special, Leorio mau omiyage, aku mau kissu bento! Kurapika mau apa?"
Kurapika ketawa, "Aku mau sukiyaki."
"Kurapika habis ini langsung pulang?"
"Rencananya begitu, kenapa? Kamu mau beli sesuatu? Boleh, sini titip sama aku."
"Eh, aku gak minta apapun, kok! Aku cuma mau bilang, pulangnya gak usah buru-buru. Kita belum lapar soalnya tadi makan dorayaki."
Kurapika diam sejenak lantaran kaget. "Dorayaki yang ada di lemari dapur?" tanyanya.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Gon ... dorayaki itu udah basi."
"Oh, ya? Gak apa-apa sih rasanya masih enak, kok. Kita juga udah kenyang."
"Tapi itu udah basi sejak 3 bulan yang lalu."
Kali ini, giliran Gon yang diam beberapa detik. "Kurapika, boleh titip obat sakit perut?"
"Oke, nanti kubelikan. Tunggu aku pulang, ya. Ingat, kalo main jangan bikin rumah berantakan."
"Aye aye, captain!"
"Udah dulu, ya, bye!"
"Bye, Kurapika! Mwah!" Gon kasih kiss bye untuk emaknya sebelum panggilan berakhir. Kurapika ketawa, "Dasar bocah."
"Anaknya, mbak?"
"Iya, mas—eh?"
Kurapika spontan menoleh ke arah asal suara yang terdengar familier di telinganya. Sepasang bola mata biru berkilaunya membulat kala mendapati sosok yang berdiri di belakangnya tampak tidak asing.
Orang itu berpenampilan ala anak barbar dengan pakaian serba hitam, model rambutnya acak-acakan, sepasang netra dengan iris mata hitam pekatnya memandang Si Princess Pirang dengan tatapan elang.
Kurapika menggertakkan giginya. Emosi yang terpendam seketika meluap bersama aliran darah yang mendidih. 'Kenapa nih makhluk ada di sini?!' batinnya jengkol alias jengkel plus dongkol.
Dahinya mengerut dengan kedua alis yang saling bertaut. Kurapika menekuk wajahnya, tak senang melihat kehadiran orang paling terakhir yang ingin ditemuinya di muka bumi, walau sebenarnya Kurapika ogah banget ketemu meskipun cuma makhluk itu satu-satunya yang tersisa di dunia.
'Mending kagak usah ketemu lagi sekalian,' gerutu Kurapika dalam hati.
Kuroro, si abang ojek yang tadi mengantar Kurapika menuju ke mal tiba-tiba muncul kembali di hadapannya. Eh, di belakangnya, deng.
Tukang ojek sok ganteng tapi punya banyak pacar, mantan, bahkan simpanan Pino es cangkir itu tersenyum mencong—karena miring sudah biasa—sembari menyapa, "Selamat siang calon biniku :)"
"Selamat siang calon babuku :)"
Akhirnya, mereka menunggu pesanan masing-masing di satu meja yang sama, karena meja yang lain penuh semua. Kurapika cuek aja main HP sambil numpang Wi-Fi restoran, sementara Kuroro hendak mengabari customer-nya yang pesan makanan untuk menunggu. Kebetulan dapat customer cewek, sekalian modus lah si abang.
Eh, baru aja buka aplikasinya, Kuroro udah di-cancel sama mbak customer :)
Kurapika diam-diam mencuri pandang ke arah Kuroro yang tahu-tahu meneteskan air mata naga bonar. Lantaran kaget sekaligus ngeri lihat siluman kadal lagi nangis bombay, Kurapika tanyalah si abang ojek, "Ada apa, mas? Kenapa nangis?"
Begitu ditanya sang bidadara pelipur lara, hati Kuroro yang bagaikan Pemakaman Jeruk Purut seketika berubah menjadi Taman Safari yang disinari cahaya matahari dengan langit biru berhiaskan indahnya pelangi.
"Saya gak apa-apa, mbak, cuma di-cancel sama customer. Udah biasa, kok, xixixi," jawab Kuroro sambil ketawa ala bapack-bapack pesbuk.
Mendengar curhatan si abang ojek membuat hati Kurapika merasa iba, tapi Kurapika jadi ilfeel dengar suara tawanya. 'Kasihan sih tapi tawanya itu loh,' batinnya, antara sedih sama sebal.
Si Princess Pirang pun diam sehingga terjadilah kontravensi. "Yang sabar, ya, mas," katanya acuh tak acuh, terus lanjut main HP.
Kuroro yang hatinya berbunga-bunga ditumbuhi bunga kuburan cuma angguk-angguk sambil cengar-cengir menatap Kurapika di hadapannya.
'Calon istri idaman ya gusti, jodohnya beruntung banget. Oke, kalo begitu pokoknya gue harus, mesti, kudu jadi jodohnya!' batin Kuroro dengan semangat 45.
Kuroro memasukkan ponselnya ke kantung ajaib, duduk rapi sambil lipat tangan kayak anak SD terus berdeham sok keren akhirnya malah batuk kodok. "Mbak, habis ini mau ke mana?" tanyanya, memulai obrolan untuk pendekatan dengan Si Princess Pirang.
Kurapika melirik Kuroro yang pasang senyum pepsoden. 'Kepo banget nih codot satu,' batinnya risi, berasa diikuti sama anak itik buruk rupa.
Sebelum jawab, Kurapika berpikir untuk cari jawaban yang tepat supaya percapakan dapat segera dihentikan. 'Kalo gue jawab jujur mau langsung pulang karena dia ganggu, nanti dia malah modus antar gue pulang ke rumah lagi meski gak dipesan lewat aplikasi,' pikirnya, merinding bayangin Cinderella diantar pulang sama Ksatria Baja Ringan.
Kurapika mengubah posisi duduk dengan sedikit memajukan tubuhnya, lalu mengaktifkan mode Detektif Pikachu dan mulai menganalisis kepribadian Kuroro yang duduk di hadapannya. 'Bukan apa-apa ya tapi gue udah tahu nih orang tabiatnya gimana. Dia bakal melakukan apa aja untuk mendapatkan apa yang dia mau, pemaksa, tukang modus, modal gombal, kepo, mata keranjang, hidung belang, sok banget, keras kepala juga. Playboy kelas blobfish.'
Kuroro anteng menunggu jawaban Kurapika yang duduk manis sambil menautkan jari jemari kedua tangan lentiknya untuk bertopang dagu, memerhatikan Kuroro dengan saksama layaknya polisi hendak menginterogasi maling sandal jepit.
Kuroro terpaku pada sepasang mata Kurapika yang indah bagaikan batu topas biru, sehingga wajahnya yang pucat bak mayat pun merona. Si Princess Pirang memiringkan kepala, kemudian menempelkan sebelah pipi bakpaonya pada punggung tangan, lalu tiba-tiba mengukir senyuman membuat Sang Pangeran Kuda Laut hampir jantungan.
Sebagai pendukung suasana, radio restoran pun memutar lagu, "Senyuuumanmuuu yang iiindah baaagaikan sabuuu."
Walau nyatanya Kurapika tersenyum licik, namun bagi Kuroro setiap senyumannya selalu tampak cantik ;)
Kuroro mesem-mesem sendiri dipandangi sang pujaan hati. 'Jantung gue mau kabur,' rutuknya, gak kuat dilihat Kurapika yang seolah mengatakan tatap mata Ojan.
Si Detektif Pikachu akhirnya selesai dan menemukan satu jawaban jitu sebagai hasil analisis yang didapatkannya dari berbagai metode penelitian. Kurapika pun menjawab sekaligus bertanya, "Gak ke mana-mana, memangnya kenapa?"
"Berarti kita jodoh, dong. Kan, jodoh gak ke mana-mana ;)"
"Oh, ya udah, kalo begitu saya pergi dulu."
Kurapika lantas beranjak bangkit dari kursi bersama barang bawaannya seraya melenggang pergi meninggalkan Kuroro seorang diri.
Sang Putri pun pamit dengan pahit, sungguh perpisahan yang menyakitkan.
Kuroro melongo, tercengang saat harga dirinya terinjak-injak dengan amat sangat tidak hormat. Sambil menundukkan kepala, Kuroro terdiam membisu, mulutnya yang acap kali melontarkan gombalan itu kini bungkam seribu bahasa.
Pikirannya semrawut, hati dan perasaannya tak luput dari kalut marut. Kuroro jadi merasa ingin hitut (buang gas).
"Pesanan nomor 666 untuk dibawa pulang atas nama Kuroro Jonggrang!"
Akhirnya, nomor antrean Kuroro dipanggil. Usai mengambil pesanannya, anggota tukang ojek pengkolan itu langsung minggat untuk mencari toilet terdekat.
"Ini pesanannya, Kak. Terima kasih banyak!"
Beberapa saat sebelum Kuroro angkat kaki. Setelah mengambil pesanannya untuk dibawa pulang, Kurapika beranjak dari restoran sembari mengulas senyuman sinis.
'Si kancil kena batunya! Berhasil, berhasil, hore! We did it, berhasil! Oh senangnya, aku senang sekali!' Kurapika tertawa penuh kemenangan dalam hati, rencananya untuk mencampakkan Kuroro dengan pretty savage berjalan dengan lancar dan sukses.
Kurapika yang cekikikan di sepanjang jalan jadi pusat perhatian, namun Si Princess Pirang santai aja lenggak-lenggok dengan elok layaknya penari Reog, semoga habis ini pinggangnya gak encok.
"Mumpung lagi good mood, enaknya beli apa, ya?" Kurapika berhenti sejenak, lalu melirik toko baju bernama Ramaarjuna yang berada di sebelahnya. Kurapika pun memutuskan untuk belanja di Ramaarjuna.
Kerja lembur bagai unta—oke, stop.
Jiwa mamah mudanya Kurapika mulai bangkit ya moms. Kurapika asyik lihat-lihat baju, tas, sepatu, sama berbagai aksesoris yang dijual di sana.
Pas lihat baju anak-anak yang lucu bergambar Tweety si burung kenari, Kurapika seketika ingat sama Trio Gokil di rumah. Kayaknya sekarang mereka lagi sakit perut karena makan dorayaki basi, kecuali Killua yang kebal terhadap racun termasuk keong racun.
"Oh, iya, sekalian aja aku beli baju untuk ketiga beruang itu," kata Kurapika seraya mencari baju yang bagus untuk anak-anaknya, khusus untuk Leorio dibeliin kemeja.
'Yah, semoga aja karena dapat kemeja jadi dapat kerja,' batin Kurapika, berharap Leorio punya kerjaan supaya bisa hidup mapan.
Sering marah bukan berarti Kurapika benci Leorio, tapi gak sayang juga, sih. B aja kayak plat motor Jakarta.
Maka mulailah ibu kita Kartiny memilih baju untuk anak-anak dan pembantunya. Tiba-tiba seseorang menghampirinya sambil bertanya, "Boleh, Kak, dipilih bajunya mau yang mana?"
"Yang ini, mas—eh?"
"Ini aja, mbak?"
Si Princess Pirang terdiam membisu, sekujur tubuhnya seolah membeku setelah mendengar suara yang familier itu. Dalam hitungan detik, sepasang mata Kurapika yang semula berwarna sebiru blue morpho berubah menjadi semerah darah muda darahnya para remaja.
Dengan segenap kesabaran yang tersisa, Kurapika menoleh perlahan sambil merapikan helaian rambut pirangnya yang berkibar tertiup embusan angin dari pendingin ruangan.
Efek slow motion dengan latar belakang hujan bunga setaman mempercantik pemandangan kembaran Lala si teletubbies yang mengembangkan senyuman semanis biji duku pada sosok serba hitam yang berdiri di belakangnya.
Kurapika menarik napas lalu mengembuskannya, lantas melayangkan kepalan tangannya ke wajah sosok itu.
"BISMILLAH, HEADSHOT!"
Buagh!
***
Scroll down to continue!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top