101. Randomness


Ayam Geprek

Waktu itu, ayam geprek lagi booming. Gon sama Killua yang sering lihat ayam geprek di mana-mana pun penasaran bagaimana cita rasanya, apakah rasanya seperti ayam atau seperti digeprek.

Gon sama Killua gak usah pergi ke warung, warkop DKI, warteg, warsun, kafe, restoran, atau pesan Go-Fud untuk beli ayam geprek, karena di rumah ada ibu rumah tangga serbaguna eh maksunya serba bisa.

Kurapika mau bikin makan siang di dapur, udah pake celemek warna pink bergambar kue strawberry shortcake.

Bukan gambar Strawberry Shortcake tokoh kartun, ya.

Gon sama Killua masuk ke dapur. Biasa, deh, mau request menu makan siang. "Kurapika, apa kamu bisa masak ayam geprek?" tanya Gon, air liurnya mengalir sampai jauh saking penasarannya.

Kurapika bingung, baru kali ini dengar ada makanan namanya ayam geprek. "Ayam geprek? Maksudnya ayam goreng?"

"Bukan, ayam geprek beda lagi," kata Killua sambil geleng kepala. "Ayam geprek itu, loh. Makanan yang lagi viral."

Kurapika hela napas. "Aduh, kebiasaan ya kalian kalo makan maunya yang viral. Makan tuh viral."

Dua bocah itu tertawa tanpa dosa. Gon ulangi pertanyaannya, "Jadi, kamu bisa masak ayam geprek?"

"Hm ... bisa gak, ya ...." Kurapika berpikir sejenak. Kurapika mah jago, masak apa aja bisa. Dengan catatan kalo ada bahan sama alat masaknya :v

Sayangnya, tadi pagi Kurapika gak beli daging ayam pas belanja, jadi susah mau masak ayam geprek. Kurapika belum tahu resepnya, daging ayamnya juga kagak ada.

Ting!

Kurapika punya ide. "Aku sih bisa masak ayam geprek, tapi ada syaratnya," katanya sambil mengacungkan jari telunjuk.

Bocah-bocah kelaparan itu pun kompak bertanya, "Apa syaratnya?"

Kurapika tersenyum licik. "Syaratnya, kalian harus bisa menangkap seekor ayam untuk dijadikan korban eh maksudnya bahan masakan."

Akhirnya, dua bocah itu pergi berkelana untuk memenuhi syarat yang diberikan oleh sang mama mia lezatos.

Sebenarnya, dua bocah itu juga kagak tahu mau pergi ke mana. Lantaran gak punya tujuan, jadinya cuma jalan-jalan aja keliling kampung soalnya kalo kota kejauhan.

Di perjalanan menuju ke barat untuk mencari ayam suci, Gon bertanya, "Kita mau cari ayam ke mana, Killua?"

Killua angkat bahu. "Entahlah, aku pun tak tahu," jawabnya cuek bebek. "Lagi pula, kenapa kita gak beli ayam geprek aja? Daripada susah-susah cari ayam hidup, mending beli daging ayam di pasar atau supermarket terus tinggal dimasak."

"Memangnya kamu tahu, daging ayam bagian mana yang dipake untuk bikin ayam geprek?" Gon balik bertanya, Killua pun terdiam seribu bahasa.

Yang tahunya cuma makan diam aja.

Killua bersikeras untuk beli daging ayam. "Beli aja daging ayam utuh, tinggal dipilih bagian mana yang mau dimasak," katanya.

"Tapi kan kita gak bawa uang."

Killua langsung pundung di dekat tempat sampah. "Aduh ... perut udah lapar, malah disuruh cari ayam buat ditangkap," keluh si kucing yang kelaparan.

Gon ketawa nervous, "Anggap aja puasa lagi cari takjil. Yuk, kita cari ayam lagi."

"Cari ayam susahnya kayak cari jodoh :("

Jodoh kok ayam :v

Dua bocah itu lanjut keliling sampe pusing tujuh keliling baling-baling beling. "Gon, kita balik aja, yuk. Aku udah capek," ujar Killua sembari lesehan di pinggir jalan.

Gon ikut duduk berselonjor di sebelahnya. "Kamu gak mau makan ayam geprek?" tanya Gon yang masih berangan-angan makan ayam geprek.

"Mau sih mau, tapi capek cari ayamnya," jawab Killua sambil merengek. "Aku mau pulang aja, gak ada gunanya kita jauh-jauh cuma cari ayam buat ditangkap."

"Hm ... iya, sih. Kita belum cari di dekat rumah, malah udah pergi jauh," tanggap Gon seraya bangkit berdiri. "Ayo, kita pulang, siapa tahu ketemu ayam di jalan."

Ketemu ayam di jalan serasa ketemu artis :)

Mereka pun berjalan pulang, sambil berharap ketemu ayam di jalan. Lebih bagus lagi kalo ayamnya udah jadi ayam geprek siap makan.

Dikira sosis sonais kali, ya, tinggal caplok langsung hap lalu ditangkap.

Gon sama Killua udah di depan gerbang rumah. Gon hendak buka gerbangnya, tiba-tiba cinta datang kepadaku. Ralat, tiba-tiba sebuah keajaiban muncul di hadapan kedua bocah kelaparan itu.

Bukan sebuah, deng. Tapi seekor keajaiban tiba-tiba nongol dari balik pagar tembok rumahnya Pak Haji Ijah, tetangga sebelah.

Ya, keajaiban tersebut berupa seekor ayam, tapi ayam betina. Warna bulunya putih dengan jengger merah.

"Yah :( tadi udah senang, sekarang kzl lagi. PHP banget," gerutu Killua yang semakin lapar sampai ingin makan teman. Waduh.

Btw, makan teman itu maksudnya apa, ya '-')?

"Memangnya kenapa, Killua?" tanya Gon, heran lihat Killua jadi sad boy gara-gara ayam. Killua jawab, "Itu ayam betina, kalo dijadiin ayam geprek nanti ada bonusnya telur geprek."

"Oh, begitu. Terus kamu tahu dari mana itu ayam betina?"

"Dengar aja suara ayamnya."

Si ayam pun berkokok, "Semua cowok sama aja! Cewek selalu benar, cowok selalu salah! Cowok harus mengalah sama cewek! Cowok gak boleh kasar sama cewek, tapi cewek boleh kasar sama cowok! Cowok bisanya cuma bikin sakit hati! Aku gak suka cowok perokok, tapi kalo ganteng gak apa-apa."

Gon sama Killua langsung kabur ke halaman belakang rumah.

"Itu ayam kesurupan kali, ya," kata Killua sambil terengah-engah. "Seram banget."

Gon udah gak bisa ngomong, mulutnya terbuka untuk meraup udara kayak ikan lagi mangap, saking syoknya dengar ayam berkokok begitu.

Mereka duduk bersandar pada pintu belakang sembari memandangi halaman belakang rumah yang agak aneh.

"Gon, kamu merasa ada yang kurang di situ, gak?" tanya Killua, jari telunjuknya mengarah ke tengah halaman.

Gon geleng kepala. "Agak aneh, sih. Tapi, aku gak tahu apa yang aneh," jawabnya. "Memangnya ada apa, Kill?"

"Kurasa ada yang hilang. Seingatku, di situ pernah ada sesuatu, tapi sekarang udah gak ada." Killua beringsut bangun, dihampirinya tempat yang ditunjuknya itu.

"Di sini," kata Killua sambil jongkok. "Aku ingat ada sesuatu di sini."

Keduanya pun diam, sibuk dengan pikiran masing-masing sampe akhirnya lamunan mereka buyar karena Leorio datang tak dijemput, pulang naik unta.

Leorio yang lihat Killua lagi jongkok langsung mencerocos, "Lu ngapain jongkok di situ? Kalo mau defekasi di toilet sana ke kamar mandi, jangan kayak kucing liar buang air sembarangan di mana-mana. Eh, jangan-jangan lu lagi spraying, ya?"

"GUE BUKAN KUCING YA GUSTI!" Killua mencak-mencak terus ribut sama Leorio.

"Eh, jangan berantem dulu," lerai Gon yang muncul di antara Killua sama Leorio untuk menengahi. "Persahabatan bagai kedondong, mengubah ulat menjadi kutu-kutu—"

"Bukan begitu liriknya :)" Killua tempeleng kepala sohibnya itu.

Akhirnya, mereka bertiga duduk melingkar di tengah halaman kayak lagi kemping di hutan sembari mengelilingi hangatnya api kompor lantaran gak bisa nyalain api unggun.

Leorio berdiri terus joget sambil bernyanyi, "Berkemah, berkemah, berkemah sama si Nolep. Si Nolep, si Nolep, anaknya bahenol. Bahenol, bahenol, bahenol, bahenol, bahenol, yeih."

Killua jegal kakinya Leorio sehingga si om jatuh duduk. "Le, gue mau tanya, dah. Di sini pernah ada sesuatu gak sih?" tanya Killua.

"Pernah ada rasa cinta antara kita kini tinggal kondangan—"

"Heh! Jangan nyanyi! Lagu itu akan mengundang beruang laut datang kemari! Jawabnya yang betul, woy!"

"Katanya dulu di sini kuburan, terus rumah kita dulunya bekas rumah sakit."

"BUKAN BEGITU MAKSUDNYA LEONARDO! Lu kayak anak SD lagi cerita horor tentang sekolah angker aja. Maksud gue, di tempat kita duduk ini pernah ada sesuatu gak? Soalnya, gue ingat ada sesuatu yang ditaruh di sini, tapi lupa apaan."

"Oh, iya, dulu di sini tempatnya batu nisan makam Siti Fatimah binti Maimun."

Killua ngegas, "SERIUS NANYA!"

"LU KIRA TWITTER?!" sahut Leorio, ikut ngegas. "Dulu ada kandang ayam di sini, kalo lupa baca lagi chapter Peristiwa Sendal Jepit (Republish)! Puas?!"

"Ogt."

"Kucing keberuntungankacang (bacanya pake bahasa Inggris)."

Gon yang sedari tadi nyimak pun bersuara, "Terus kandang ayam sama ayamnya ke mana?"

"Udah lama dijual ke Pak Haji Ijah, katanya untuk peternakan di kampungnya," jawab Leorio kalem, soalnya si kecil yang tanya.

"Yah :( padahal, kalo masih ada, ayamnya bisa dijadiin ayam geprek," gerutu Gon sambil manyun. Leorio tanya balik, "Ayam geprek?"

"Iya, tadi aku sama Killua minta Kurapika masak ayam geprek untuk makan siang. Tapi, kita harus cari ayam dulu untuk dimasak, baru boleh makan," jelas Gon.

"Kita gak bisa beli daging ayam karena gak punya uang, terus gak tahu daging ayam bagian mana yang dipake untuk bikin ayam geprek," timpal Killua sambil hela napas.

Leorio turut berdukacita. "Sedih banget sih mau makan doang. Lagi pula, memangnya harus makan ayam geprek cuma gara-gara lagi viral? Lama-lama orang bakal bosan juga makan ayam geprek. Jadi, gak usah ikut-ikutan lah kalo gak bisa mah jangan maksa. Bersyukur kita bisa makan nasi lengkap sama lauknya, di luar sana masih banyak orang yang susah cari makan. Ada yang tahan lapar berhari-hari gak makan. Ada pula yang makan dari tempat sampah, cari sisa makanan untuk dimakan. Syukuri apa yang ada."

Dua bocah itu menunduk, merenungkan ceramah Ustaz Abdul Leo yang bikin overthinking.

"Yah, namanya juga pengen," kata Killua sambil mengusap tengkuknya. Leorio hela napas. "Ya udah, ayo, kita cari ayamnya," ajak Leorio seraya bangkit berdiri.

Gon sama Killua menatap si om yang terlihat bagaikan secercah harapan. "Mau cari ke mana? Lu tahu tempat yang ada ayamnya di mana?" tanya Killua, perut keroncongan membuat semangatnya turut bermunculan.

Leorio tersenyum pepsoden. "Cari ayam mah gampang. Pokoknya, ikut aja. Yuk, berangkat."

Jarum jam menunjuk angka satu ketika sang raja siang mulai lengser dari singgasananya. Sepulangnya dari perantauan, Trio Gokil segera menghadap kepada mama Kurapika.

"Kami pulang!" Gon lari-lari ke dapur menghampiri Kurapika yang lagi nonton YouTube di ponselnya untuk cari resep ayam geprek.

Kurapika pun beralih pada anak-anak asu(h)nya. "Dapat ayamnya?" tanya Kurapika sambil senyum-senyum. 'Ternyata jahil asyik juga, sesekali bolehlah, ya,' batin Kurapika yang iseng suruh anak-anaknya berburu ayam.

Killua sama Leorio menyusul masuk ke dapur. "Dapat, dong! Kan, kita hunter profesional, masa memburu ayam aja gak bisa. Gampang itu mah!" sahut Killua sambil kibas rambut ala bintang iklan sampo.

"Dih, nangkap ayam aja sombong," balas Kurapika, si Princess Pirang ketawa pas Killua manyun lantaran tersindir. "Ya udah, mana ayamnya?" tanya Kurapika kemudian.

Gon menunjukkan sebuah kandang ayam kecil pada Kurapika yang berisi beberapa ekor ayam. "Nih, ayamnya :D"

"Wah, ayam apa ...."

Krik krik, krik krik. Jangkrik lewat.

Seketika hening, tidak ada yang membuka mulut setelah Kurapika bertemu pandang dengan para ayam di dalam kandang yang berbunyi, "Cip cip cip! Ciap ciap ciap! Piyak piyak piya—"

"ANAK AYAM WARNA-WARNI MANA BISA DIMAKAAAN!"

Akhirnya, mereka makan Indomie rasa ayam geprek, sementara ayam pelangi calon ayam geprek yang Leorio beli dipelihara sama Gon.

"Untung kagak jadi digeprek :)" –Ayam pelangi.

Eh, besoknya mati.

Bayangan

Tahu, kan, bayangan itu apa? Kalo gak tahu silakan buka Google.

Jadi, bayangan dalam sebuah cerita tuh biasanya digunakan sebagai penggambaran dari kehadiran seseorang atau sesuatu, eksistensi musuh, dan lain sebagainya. Tapi bayangan di cerita ini ....

"Gon, kamu lihat bayangan di balik pohon itu gak?" tanya Killua, peluk Gon yang lagi natap pohon yang ditunjuk Killua.

"Bayangan? Oh, maksudnya setan itu? Iya, aku lihat, kok."

Gon langsung nyeret Killua untuk lari dari sana. "KABUR WOY ADA SETAN!"

Bayi

Jauh sebelum pelajaran ilmu pengetahuan alam materi reproduksi dibahas. Gon lagi lesehan sambil bengong di kamar. Killua masuk ke kamar, terus duduk di sebelah Gon yang masih bergeming.

"Heh, jangan melamun nanti kesurupan," kata Killua sambil tepuk pundak Gon yang baru sadar ada kucing nyasar. "Eh, enggak, aku gak bengong," balas Gon, noleh ke arah Killua sekilas terus natap keluar jendela.

"Kamu lagi mikirin apa?" tanya Killua kepo, udah hafal kebiasaan Gon kalo bingung pasti diam aja. Gon kelihatan ragu mau jawab. Killua bujuklah temannya itu, "Bilang aja, sesat bertanya malu di jalan."

Gon hela napas, memberanikan diri untuk bertanya, "Killua, anak-anak itu awalnya jadi bayi dulu, kan?"

"Iya, kenapa? Kamu pengen punya bayi?"

"Bukan."

"Oh, pengen punya anak?"

"Bukan juga."

Killua mulai berpikir yang tidak-tidak. "Gon, kamu hamil?"

"Hamil itu apa?"

Skakmat.

Tamatlah sudah, telah berakhir misi Killua untuk menjaga kepolosan Gon yang tiada tara. Segala kesuciannya kini ternodai oleh Killua sendiri, yang meracuni Gon dengan kata-kata dari mulutnya yang sungguh tak ada akhlak.

"Killua, hamil itu apa?" Gon mengulangi pertanyaan malaikat mautnya, mendesak jiwa Killua untuk segera melepaskan diri dari raganya dan melayang terbang hingga menyeberang ke alam sana.

'Mau meninggal,' batin Killua ala selebgram makan odading Mang Oleh.

Mompush you.

Killua memutar otak, tapi otaknya diputar terlalu kencang jadi otaknya malah copot dari porosnya terus jatuh. Alhasil, si kucing asal jawab, "Hamil itu kondisi perut ibu-ibu yang membesar karena ada bayi di dalam perutnya."

Gon angguk-angguk paham. "Oh, berarti kalo ada ibu-ibu yang perutnya besar itu lagi hamil, ya?" tanya Gon lagi.

"Ya ... gak semuanya, sih. Ada juga yang perutnya besar karena badannya subur. Jadi, bukan berarti semua ibu-ibu lagi hamil kalo perutnya besar," jelas Killua, berhasil memberikan pencerahan yang luar biasa bagi Gon si polos yang hampir kehilangan kepolosannya.

Gon senyum lebar karena senang dapat wawasan baru, bocah itu makin semangat untuk mencari tahu lebih banyak. "Katamu tadi, di dalam perut ibu hamil itu ada bayi, kan?" Gon mulai tanya-tanya lagi.

Killua mengangguk kaku, sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Gon lanjut nanya, "Bayi itu tinggalnya di mana?"

"Di lambung."

Gon kaget, masa bayinya tinggal di lambung? Apa bayinya gak tercerna? Kan, di lambung ada asam lambung, nanti bayinya ....

Takut membayangkan adegan sadis di dalam perut—tepatnya di lambung—Gon geleng kepala, ngeri sendiri jadinya. Killua pun gak tega bohongin temannya yang innocent itu.

"Gon, aku bercanda. Bayinya bukan tinggal di lambung, tapi di rahim," ralat Killua, terus hela napas untuk menenangkan diri dan hati. Padahal, jantungnya senam aerobik diiringi lagu rock.

Gon langsung semringah, lega rasanya pas tahu si bayi bukan tinggal di lambung. Kalo betulan tuh bayi tinggalnya di lambung, Gon udah gak tahu, dah. Gak ngerti lagi.

"Oh, bayinya di rahim, ya. Untungnya bukan di lambung," kekeh Gon sambil senyum manis, semanis gula darah /g.

Killua juga lega karena Gon percaya. "Udah gak penasaran, kan?" tanya Killua, gantian lah masa Gon melulu yang tanya. Di lubuk hati yang paling dalam, Killua harap Gon udah puas jadi gak nanya aneh-aneh lagi.

Tapi, tidak semudah itu Fergustave Moynier.

Gon cengar-cengir menampakkan giginya yang putih berseri. "Aku masih penasaran, hehe," jawabnya sambil bergaya peace.

Killua nangis dalam hati. Tapi mana tega Killua bikin puppy kesayangannya gak bisa tidur, begadang semalaman memikirkan jawaban dari rasa penasarannya yang tinggi setinggi menara Heaven Arena.

"Apa yang bikin kamu penasaran?" Killua lagi PDKT sama Yang Maha Esa, guys.

Gon sih senang dapat kesempatan untuk tanya banyak hal, Killua yang kewalahan jawabnya. Tapi rapopo, Killua strong :')

"Kalo bayi dalam perut itu asalnya dari mana?"

JLEGEEERRR JDAAARR DUARRR BOOM!

Kira-kira begitulah isi hatinya Killua saat ini, terjadi badai dahsyat yang menghancurkan bumi beserta isinya. Killua menguatkan diri untuk menghadapi pertanyaan si malaikat maut nan imut tersebut.

'Kurapika ... pinjamkan aku kepintaranmu yang luas menuju tak terbatas dan melampauinya!' batin Killua berapi-api.

Di dapur, Kurapika yang lagi goreng ikan asin bersin-bersin. Kembali ke kamar duo Orchidaceae, di mana Killua berusaha meyakinkan dirinya.

Badai pasti berlalu. Habis gelap, terbitlah terang. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Akhirnya, usai dilanda kebingungan, Killua menemukan jawaban dari pertanyaan mematikan.

'Lagi pula ya Gon masa gak tahu sih asal dirinya sendiri dari mana, ada-ada aja pertanyaannya,' batin Killua tak habis pikir.

Killua tarik napas dalam, lalu diembuskan. Kucing putih kerabatnya Hello Kitty itu siap untuk menjelaskan panjang lebar. "Oke, aku bakal kasih tahu kamu tentang asal usul bayi," katanya.

Gon angguk-angguk semangat, siap nyimak ajaran sesat. Dah lah, semoga ilmunya bermanfaat.

"Jadi, awalnya burung bangau terbang bawa bayi untuk dibagi-bagi ke setiap perempuan yang udah nikah. Bayi itu masih berupa sebutir telur seukuran telur penguin. Nah, perempuan yang udah dapat telur itu jadi ibu untuk bayi yang dikasih si burung bangau. Bayinya ibu besarkan sepenuh hati, seperti anak sendiri. Ya, kan, memang anaknya, meski dapatnya dari burung bangau. Seiring berjalannya waktu, telur itu akhirnya netas, deh."

Gon tepuk tangan kegirangan. "Horeee!" serunya heboh sendiri.

Killua jadi tersanjung dengan dada yang membusung. Yah, bikin teori konspirasi aja bangga dasar kucing jadi-jadian. "Terima kasih, terima kasih," ucap Killua seraya bungkuk-bungkuk sebagai formalitas.

Bukannya terkesan sopan malah mirip kakek-kakek sakit pinggang.

Habis dikasih banyak penjelasan, Gon coba bikin kesimpulan. "Kalo telurnya udah netas nanti keluar isinya terus dirawat sama ibunya, ya?"

"Enggak, digoreng."

"Kok, digoreng?!"

"Iya, telurnya digoreng sampe matang, baru jadi bayi, deh."

"Oh, begitu." Gon angguk-angguk paham, percaya begitu aja sama kata-kata Killua yang menyesatkan.

Gon berspekulasi lagi, "Kalo udah jadi bayi bakal dirawat sama ibunya, kan?"

"Enggak, dimakan."

"Hah?! Dimakan?!"

"Iya," jawab Killua, menjerumuskan si bocah polos ke dalam jurang kebohongan. Gon udah gak bisa berpikir, cuma bisa minta penjelasan dari Killua dengan bertanya, "Dimakan sama siapa?"

"Sama ibunya."

"Kenapa ibu itu makan bayinya sendiri?"

"Habis dimakan, bayinya bakal masuk ke perut terus tinggal di rahim, barulah ibunya hamil. Jadi, si ibu makan bayi supaya bisa hamil dan bayinya tinggal di rahim. Tamat."

Keheningan melingkupi kamar selama beberapa detik sebelum Gon tepuk tangan lagi sambil bersorak sorai. "Waaah, Killua jenius!" seru Gon, senangnya kayak bocah dengar cerita dongeng berkedok penipuan publik.

Killua cuma ketawa nervous, dalam hatinya merasa bersalah atas sejuta kebohongan yang jadi dosa untuknya. Oke, habis ini Killua harus taubat supaya gak kualat.

Astagfirullahaladzim kamu ini berdosa banget.

Yah, setidaknya, sekarang Killua udah bebas dari serangan pertanyaan ganas yang diajukan oleh malaikat maut nan cute. Killua hela napas lega, rasanya kayak lepas dari terkaman hewan buas. Untung yang nanya anak manis bukan iblis.

'Untung sayang, kalo gak sayang mah udah kubuang.' Isi hati Killua yang sebenarnya.

Tapi, tidak semudah itu Fergundala :)

"Oya, bayinya kan ada di rahim, terus gimana caranya si bayi keluar dari perut ibunya?" tanya Gon dengan seluruh kepolosannya yang nyaris lenyap.

Killua kembali terancam. Mulutnya bungkam. Killua udah gak sanggup jawab apapun lagi. Biarlah waktu yang menjawab.

"Killua kok malah bengong?" Gon lambai-lambai tangan di depan muka Killua yang diam seribu bahasa. "Hah, apa?" tanya Killua, panik dilihatin sama Gon kayak orang lagi nahan defekasi.

Gon ketawa tanpa dosa. "Tadi aku tanya, gimana caranya si bayi keluar dari perut ibunya? Kamu tahu gak?"

"Mana kutahu! Aku bukan ibu-ibu! Tanya yang lain aja sana!" Killua pun memilih untuk lari, siluman kucing itu melarikan diri keluar kamar. Killua langsung ngebut habis ngegas.

Gon yang ditinggal bersama rasa ingin tahunya cuma melongo natap pintu kamar yang terbuka lebar. Eh, tiba-tiba ada Leorio muncul di depan kamar.

"Killua kenapa?" tanya Leorio sambil tunjuk Killua yang lari bak dikejar deadline tugas. Gon hampiri si bungkus oreoh, ikut natap Killua yang makin jauh sampe sosoknya gak kelihatan lagi.

"Entah," jawab Gon seadanya sambil angkat bahu tanda tak tahu. Leorio yang ketularan kepo nanya, "Kalian ngapain aja dari tadi?"

"Killua tadi jelasin banyak hal sama aku, tapi ada satu pertanyaan yang Killua gak tahu jawabannya."

"Memangnya kamu tanya apaan?"

"Gimana caranya bayi keluar dari perut ibunya?"

Leorio langsung kabur nyusul Killua lari entah ke mana. Akhirnya, si bocah kembali plonga-plongo seorang diri. Tapi, bukan Gon namanya kalo nyerah begitu aja.

"Aku tanya sama Kurapika, deh."

Semenit kemudian, ikan yang Kurapika goreng lompat keluar dari wajan.

Bermesraan

Di teras rumah, Killua lagi duduk santai di kursi. Gon datang-datang langsung duduk seenaknya di pangkuan Killua sambil baca komik Boboiboy.

Killua anteng aja mainin rambut jabrik Gon yang jadi berantakan karena diacak-acak si kucing putih. Yah, udah kebiasaan kucing suka bikin awut-awutan.

Kurapika yang baru pulang belanja dari Warung Abnormal bingung. Biasanya dua anak gokil itu manja-manjaan di kamar, bukan tebar kemesraan di depan rumah. Kurapika nanya, "Lagi ngapain?"

"Cari kutu." –Gon & Killua.

Cuka

Gon sama Killua lagi gabut bareng dengan rebahan di kasur. Gon tiba-tiba cekikikan sendiri, Killua jadi merinding. "Kamu kenapa ketawa, Gon?"

"Gak apa-apa, hehe."

"Oh ... oke."

Gon berguling, mengubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap di sebelah Killua yang berbaring. Gon berbisik memanggil nama Killua tepat di telinga si empunya nama, "Killua."

"Hm ... apa? Eh, eh, kamu ngapain?"

Gon menggusel manja di dada Killua layaknya anak kucing, terus natap Killua dengan sepasang matanya yang gemoy. Killua blushing. "Ada apa, Gon?"

Si bocah tersenyum polos, kedua tangannya bergerak untuk memeluk Killua yang bingung saat bocah itu mengalungkan kedua tangannya. "Killua, kamu tahu gak cuka artinya apa?" tanya Gon.

'Lah kenapa nih anak mendadak bahas cuka?' batin Killua, makin heran sama tingkah laku temannya yang mulai gak waras. "Gak tahu," jawab Killua seadanya.

Gon cekikikan, bulu kuduk Killua meremang dibuatnya. Gon berbisik, "Cuka itu artinya Cuma kamU yang Kusuka dan kucintA."

Brak!

Killua refleks menendang tubuh Gon sampe jatuh terpental dari kasur terus kabur.

"KURAPIKAAA! GON KESURUPAAAN!"

Drama Ojek Online : Cintaku Kepincut Abang Ojek (Minifict Kuroro X Kurapika, special for NadineSafira2)

Jadi ceritanya, Kurapika mau pergi ke salon yang ada di mal naik ojek online. Udah siap dandan rapi sama bawa tas selempang kecil warna merah kayak tasnya Tinky Winky, tinggal buka aplikasi Gerebu di ponselnya untuk pesan driver terus berangkat.

"Moga aja abangnya gak lama, kalo siang salonnya udah rame," kata Kurapika. Selagi aplikasinya proses pencarian driver, Kurapika cek isi tasnya; dompet, power bank, earphone, kunci rumah, lengkap semua.

"Ada yang ketinggalan gak, ya?" Kurapika coba ingat-ingat barangkali ada yang lupa, kalo baru ingat di jalan nanti susah masa abangnya disuruh putar balik ke rumah.

"Hm ... oh, iya! Tiket tim*zone belum dibawa!"

Nah, kan. Hampir aja lupa.

Habis ambil tiket tim*zone di kolong tempat tidur, Kurapika keluar rumah lagi. Eh, ada Leorio di teras. "Kur, perginya naik ojek on road, kan?" tanyanya.

"Ojek online kali. Iya, memang kenapa?"

Leorio kasih Kurapika helm bogo full face warna hitam. "Nih, jangan lupa bawa helm."

"Lah, buat apaan si dodol? Nanti dikasih helmnya sama abang ojek, lah! Ya kali bawa helm sendiri, masa gue jalan-jalan ke mal sambil tenteng helm. Gak banget, deh!"

Leorio garuk-garuk tengkuknya. "Oh, kalo naik ojek on the way helmnya dikasih pinjam, toh. Ya maaf, gue kira mesti bawa helm sendiri. Kali aja abangnya pelit atau gak modal," ujarnya sambil cengar-cengir.

Kurapika tepuk jidat. "Ya iyalah naik ojek online dikasih helm, kalo dikasih payung namanya ojek payung," kata Kurapika, terus hela napas untuk menenangkan jiwa dan raga dalam menghadapi Leorio yang kurang up to date.

"Kalo ojek jas hujan ada gak?" tanya Leorio lagi, gagap teknologi ya begini. "Lu aja deh yang jadi ojek jas hujan," balas Kurapika.

"Hehe :D" Leorio cuma ketawa, tapi habis itu malah curhat. "Yah, percuma gue udah beli helm mahal, nih. Padahal, gue sengaja beli buat lu setiap naik ojek on my way. Tapi, ya udahlah. Gue pake aja kali, ya."

"Lu beli buat apaan, sih? Motor aja gak punya, lu mau pake buat apa coba," ketus Kurapika, mulai bete karena driver yang dicari gak dapat juga, lama kayak lagi cari Bokemon Go, pelampiasannya Leorio.

Astagfirullahaladzim kamu ini berdosa banget, kamu jangan solimi /plak!

"Ya ... kan, bisa numpang motor bebeknya Pak Haji Ijah," sahut Leorio, kebiasaan suka numpang sama orang.

Kurapika malah gagal paham. "Hah? Sejak kapan Pak Haji Ijah pelihara bebek? Bebeknya punya motor pula."

Leorio ngakak, "Bukan begitu maksudnya, Jamilah. Berhubung si Pak Haji Ijah punya motor bebek, gue bisa numpang motornya itu pake helm ini. Paham gak, Maemunah?"

"Dikira gue kembang desa namanya Jamilah binti Maemunah, iyalah gue udah paham." Kurapika blushing malu, sementara Leorio cuma senyum-senyum bak tukang bakso yang dagangannya laris.

Kurapika pun terpikirkan seandainya Leorio naik motor pake helm itu. Helmnya sih keren ala pembalap Yamaap, eh motornya kayak motor tukang sayur keliling kan jadi gak matching.

"Eh, tapi jangan sering-sering numpang, ya. Malu, apalagi lu naik motor bebek tapi helmnya kayak helm pembalap MotoGP, mending helmnya dikasih ke Ronaldo atau Ronaldhinho, Ronaldowato eh Ronaldowati, Messi atau Valentino Roti aja," ujar Kurapika panjang lebar.

Leorio makin geli ketawanya, Kurapika jadi bingung sendiri dibuatnya. "Itu pemain bola semua yang lu sebutin, namanya juga salah. Cristiano Ronaldo, Ronaldinho, Ronaldowati, Lionel Messi, Madun sekalian. Valentino Rossi baru pembalap motor, Rossi namanya bukan Ros, Rossa, apalagi jadi Roti."

Kurapika hela napas. "Ya terserahlah, mau Kolonel Messi, Valentine Rossi atau Rose Blackping namanya yang penting jangan terlalu sering numpang sama Pak Haji Ijah, cuma modal helm sebiji doang."

"Iya, deh, iya." Leorio masih ketawa sambil peluk helmnya. Kurapika sibuk cek ponsel, karena ngobrol sama Leorio jadi gak sadar ternyata udah dapat driver.

Begitu lihat foto sama nama driver-nya, Kurapika merasa familier. Abang ojeknya gak asing, namanya aja kayak orang Barat yang susah disebut. Aneh pula.

Chrollo Aja nama abangnya. Iya, kata 'Aja' termasuk namanya. Mungkin abang ojek itu blasteran; setengah kebarat-baratan, setengah kampungan.

Tapi, pas Kurapika lihat mukanya kok kayak orang penghuni dunia bawah, bawah tanah maksudnya. Putih pucat tidak glowing butuh skincare 'gitu mukanya.

'Wah, kayaknya si Abang mesti diajak ke salon juga, nih,' batin Kurapika, jiwa beauty vlogger-nya mendadak bangkit sehingga ingin menularkan inner beauty miliknya kepada orang lain.

Kalo ada yang ketularan bisa jadi ratu kecantikan kali, ya.

"Eh, itu ada chat dari si Abang," kata Leorio yang tahu-tahu ikut lihat ponsel Kurapika, si empunya ponsel langsung buka fitur chat terus baca.

Chrollo Aja : Posisinya di mana, mbak?

Kurapika K : Di gerbang depan komplek perumahan, mas.

Chrollo Aja : Namanya komplek perumahan Yorkshin City Residence, ya?

Kurapika K : Iya.

Chrollo Aja : Oke, saya ke sana. Tunggu, ya, mbak.

Kurapika K : Iya, mas.

"Bohong mbaknya masih di rumah," kata Leorio sambil ketawa, terus dipukul Kurapika yang senyum-senyum aja soalnya Leorio gak salah, sih.

Kurapika pun gak sadar dipanggil "mbak" sama si abang ojek.

Kurapika pamit, "Ya udah, gue pergi dulu, ya."

"Iya, hati-hati di jalan." Leorio pun lambai-lambai helm.

Sesampainya di luar komplek perumahan, Kurapika cari tempat untuk tunggu abang ojek yang belum kelihatan. Kurapika buka fitur chat di aplikasi ojek online tersebut. Eh, ada chat dari si abang.

Chrollo Aja : Di mana, mbak?

Kurapika K : Saya di depan tiang listrik dekat Indomars.

Chrollo Aja : Mana, mbak? Gak kelihatan, cuma ada tiang listriknya doang.

Jleb.

Kurapika langsung sakit hati baca chat dari abang ojek yang menohok banget.

"Ya gusti, udah berdiri begini masih gak kelihatan. Lama-lama gue panjat juga nih tiang listrik, sekalian aja gue berdiri di atas tiang listrik biar kelihatan," gerutu Kurapika, seketika bad mood gara-gara abang ojek.

Masa abangnya gak lihat Kurapika berdiri di depan tiang listrik? Mentang-mentang tiang listrik lebih tinggi yang dilihat cuma tiang listriknya. Ya di mana-mana juga tiang listrik lebih tinggi daripada orang, kalaupun ada berarti bukan manusia tapi titan.

Kurapika lanjut chatting sama abang ojek.

Kurapika K : Ini saya lagi berdiri di dekat Indomars, posisinya di depan tiang listrik.

Chrollo Aja : Oke, saya ke situ, ya.

Kurapika K : Iya, mas.

Ya, yang penting si abang mau ke tempat Kurapika menanti dengan sedikit emosi. Kurapika tengok kanan-kiri jalan, ada sebuah sepeda motor yang melaju dari arah kanan jalan. Kurapika lihat plat motornya sama kayak plat motor si abang ojek, yaitu B 612 EA.

Benar saja, pengendara motor ninja berwarna hitam itu menepi ke pinggir jalan, menghampiri Kurapika yang speechless lihat penampilan si abang ojek.

'Daripada tukang ojek, abangnya lebih mirip tukang begal,' batin Kurapika.

Ya gimana gak mirip tukang begal, si abang pake kaus putih dibalut jaket kulit hitam yang dipadu celana jeans robek-robek kayak habis jatuh terguling terus gelinding menuruni tebing. Apalagi abangnya pake kacamata hitam.

Motor si abang berhenti di depan Kurapika, jemputan sang putri sudah datang. Panggil aja tukang ojeknya Kuroro, soalnya kalo Chrollo susah disebut.

Abang ojek yang kagak pake helm itu menurunkan kacamata hitamnya sok keren, memperlihatkan sepasang mata beriris hitam kelam yang menatap si Princess Pirang dengan sorot dingin nan tajam.

Kuroro tersenyum miring. 'Cantik juga nih cewek, bolehlah jadi calon istri gue,' pikir si abang ojek yang ternyata seorang fuckboy yang punya pacar sama mantan sebanyak dosanya yang bagaikan buih di lautan.

Kurapika jadi incaran biawak sekarang, tapi Kurapika mah cuek aja masukin ponselnya ke dalam tas tanpa sadar akan bahaya yang mengintainya berupa tukang ojek online.

Kuroro pun mulai memancing mangsanya dengan sapaan ala tukang ojek, "Dek Kurapika, ya?"

"Iya, mas."

Kurapika menyunggingkan senyum manis yang dipaksakan. 'Di chat dipanggil mbak, pas ketemu malah dipanggil dek. Dikiranya gue dek kapal kali ya,' batin si Princess Pirang.

Abang ojek itu menyodorkan helm untuk dipakai oleh penumpangnya. "Ini helmnya, dek."

"Iya, mas ... eh?"

Kurapika langsung ilfeel begitu lihat helm yang dikasih si abang, yaitu helm tabung gas :)


'Tahu begini mah aku pake helmnya Leorio aja tadi :(' Kurapika pun menyesal menolak tawaran Leorio untuk bawa helm sendiri. Apa boleh buat, penyesalan selalu datang di akhir, kalo di awal namanya pendekatan.

Yah, mau tak mau, Kurapika harus menahan malu pake helm tabung gas itu. Tetap utamakan keselamatan :)

Tapi, ternyata susah pake helmnya. Kuroro senyum licik lihat Kurapika kesulitan, memang helm itu susah dipake. Selain gak modal, si abang ojek sengaja kasih helm tabung gas itu untuk para penumpangnya sebagai bentuk modus.

Modus penipuan udah biasa, tapi pernah gak sih kamu modus berupa helm :)

"Susah ya mbak?" Kuroro cekikikan pas Kurapika gelagapan, terus mengangguk malu-malu kucing. Kuroro gemas sendiri lihatnya. 'Manis banget ih lucu jadi pengen bawa pulang,' batin si abang ojek.

"Sini saya pasangin."

"E-eh ... terima kasih ...."

Kurapika menunduk malu, menyembunyikan rona merah muda yang menjalar dari wajah hingga kedua telinganya pas Kuroro bantu memasang helmnya.

'Duh, si abang bikin deg-degan aja,' batin Kurapika, jantungnya berdegup lantaran gugup.

Si abang ikut blushing lihat Kurapika salah tingkah dengan imutnya, tapi Kuroro tetap jaga image supaya stay cool.

"Nah, udah. Ayo naik, mbak."

"Iya, mas."

Kurapika pun berusaha naik, tapi jok motor ninja yang tinggi membuatnya susah untuk duduk. Kali ini, bukan modus atau disengaja. Kuroro memang seleranya motor ninja, jadi ya begitulah.

"Sebentar, mbak. Biar saya bantu," kata Kuroro seraya beranjak bangkit dari duduknya.

"Eh? Gak usah mas, bisa se—EEEHH!"

Kuroro dengan mudah mengangkat tubuh Kurapika yang ringan, sekalian modus untuk pegang pinggang langsing nan ramping si Putri Kemuning. Kurapika digendong ala bridal style sama Kuroro, tapi jadinya kayak lagi angkat besi 🏋🏻‍♂️ untung aja gak dibanting.

Kurapika pun berhasil duduk di jok belakang, sementara Kuroro duduk di depannya. "Pegangan ya mbak. Daripada jatuh di jalan bahaya, mending jatuh cinta sama saya," goda Kuroro sambil cengar-cengir.

'Gombal terus nih kang ojek,' batin Kurapika sambil memutar bola matanya. Kurapika cuma pegang ujung jaket si abang dengan satu tangan, malu-malu mau pegangan.

Kuroro membetulkan posisi kacamata hitamnya, terus bertanya ala Dora, "Mau ke mana kita?"

"Ke mal x² - 6x + 8 = 0, mas."

"Lah, kirain mau ke KUA bareng saya :v oke siap berangkat!"

Broom! Mereka pun melaju di jalan raya dengan kecepatan cahaya. Iya, abangnya ngebut nyalip sana-sini layaknya pembalap.

Saking cepatnya, Kurapika spontan memeluk Kuroro dari belakang dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang si abang ojek yang kegirangan dipeluk anak dara.

'YA GUSTI INI LAGI NAIK MOTOR ATAU NAIK BURAQ?!' jerit hati Kurapika.

Kuroro melanjutkan aksi modusnya dengan ajak ngobrol Kurapika, "Umurnya berapa, mbak?"

Kurapika yang sebenarnya gak dengar Kuroro bicara apa cuma asal jawab setengah teriak, "Iya, hahaha!"

"Oh, 17 tahun. Berarti bisa dipanggil neng, ya," balas Kuroro sedengarnya, terus tanya lagi, "Sekolah di mana, mbak?"

"Iya, mas, wekwekwekwekwek!"

"Saya suka es batu, kalo mbak suka es apa?"

"Akar-akar persamaan kuadrat x² - 8x + 15 = 0 adalah 3 dan 5."

"Saya orang asli Ryūseigai, nama kerennya sih Meteor City."

Contoh percakapan gak nyambung antara tukang ojek sama penumpangnya.

Kuroro melambatkan laju motornya sebelum berhenti di lampu merah. Kurapika hela napas lega, bersyukur nyawanya gak terbang tertiup angin kencang.

Si abang ojek yang udah biasa kebut-kebutan di jalan mah enjoy aja. "Tadi ngobrolnya seru, ya, mbak," katanya santai.

"Iya, hehe." Kurapika mengulum senyum pas Kuroro meliriknya melalui kaca spion, lalu menyandarkan kepalanya di punggung si abang ojek dan mengeratkan pelukannya.

Kuroro makin kesengsem. 'Damage-nya gak ngotak!' pekiknya dalam hati.

Bukan bermaksud bikin baper, Kurapika cuma menutupi wajahnya yang pucat pasi akibat syok. Si Princess Pirang gemetaran dengan peluh bercucuran, jantungnya pun berdetak tak karuan. 'Kapok, deh, gue gak bakal mau naik ojek online lagi habis ini,' sesalnya.

Lampu hijau nyala lagi, Kuroro pun bersiap untuk melaju kembali. Sebelum abangnya ngebut bak kesetanan, Kurapika segera mengingatkan, "Mas, jangan cepat-cepat, ya. Gak apa-apa lambat asal selamat."

"Siap, mbak! Pegangan yang erat, ya. Jangan sampe jatuh, tapi kalo jatuh di hati saya boleh :)"

Motor ninja itu pun melaju dengan kecepatan normal menuju mal yang udah dekat. Kuroro masih ajak ngobrol Kurapika, untungnya kali ini suara keduanya terdengar jadi nyambung.

"Mbak, ke mal mau ngapain?"

"Mau perawatan di salon, mas."

"Buat apa perawatan? Kan udah cantik :)"

'Mas, saya lelaki loh :)' batin Kurapika, baru sadar kalo dari tadi dikira perempuan sama si abang ojek. Mau jujur tapi sekarang bukan saat yang tepat, kalo Kurapika bilang jenis kelaminnya laki-laki nanti abangnya kaget.

Masa lelaki perawatan di salon, siapapun bakal heran. Jarang ada lelaki yang pergi ke salon, kecuali model pria atau orang terkenal lainnya. Eh, tapi Kurapika kan cantik, berarti gak aneh dong kalo pergi ke salon.

Dahlah good looking mah bebas.

"Udah sampe, mbak."

"Eh? Cepat banget, mas."

"Ninja 'gitu loh :v"

Sesampainya di halte depan mal—tempat angkutan umum sama ojek online untuk menaikkan atau menurunkan penumpang—Kurapika hendak turun, tapi kakinya sulit mencapai pijakan. Motor ninja yang tinggi bikin susah menapakkan kaki di tanah.

"Sini, saya bantu," ujar Kuroro, turun dari motornya untuk menurunkan Kurapika dengan menggendongnya lagi.

Kali ini, Kurapika gak protes, cuma blushing karena tahu dirinya gak bisa naik atau turun tanpa bantuan Kuroro, si abang ojek yang berhasil modus pun cuma senyum-senyum sinting.

Mending naik motor bebek aja, dah.

Kurapika akhirnya mendarat dengan selamat. 'Untung masih hidup,' batinnya sambil hela napas lega, terus keluarin ponsel dari dalam tasnya.

"Bintang enamnya jangan lupa, ya, mbak."

"Loh, bintangnya cuma lima, mas."

"Iya, mbak bintang yang keenam :)"

Bisa aja si Pangeran Kodok :)

Setelah membayar dan berterima kasih, Kurapika beranjak meninggalkan si abang ojek bersama motornya di halte. Akhirnya, si Princess Pirang udah lepas dari abang ojek tukang gombal. Kurapika pun bebas dari terkaman buaya darat.

Tapi, tidak semudah itu Fergula :)

Lima langkah dari halte, Kuroro si abang ojek kembali memanggilnya, "Mbak, helmnya belum dilepas!"

Greget

Leorio : "Gue kalo nikah, cincin nikahnya cincin planet Saturnus :)"

Gon : "Aku punya layangan, tapi benangnya benang gigi :)"

Killua : "Rumah mati lampu, gue jadi lilinnya :)"

Kurapika : "Anak gue cari barang, tapi gak ketemu. Pas gue yang cari barangnya langsung ada :)"

Trio Gokil sungkem sama Kurapika : "Ampun, Ndoro."

Mood

Kurapika : "Aku butuh good mood."

Gon : "Nih, good mood :)"

Kurapika : "Bukan minuman good mood juga :("

Thalassophobia

Gon : "Killua, thalassophobia itu apa?"

Killua : "Gak tahu, coba tanya Kurapika atau Leorio, kayaknya mereka tahu."

Gon : "Oke, ayo."

Killua : "Lah, kok, aku ikut diseret?! Oi!"

Akhirnya, mereka ke dapur. Kurapika lagi masak sama Leorio yang disuruh potong bawang sambil nangis.

Gon : "Kurapikaaa."

Kurapika : "Apa? Ya ampun, itu Killua kenapa diseret begitu? Mau dimasak?"

Killua : "KAGAK, WOY!"

Gon : "Enggak, kok, aku cuma mau tanya."

Kurapika : "Oh, mau tanya apa?"

Gon : "Thalassophobia itu apa?"

Kurapika : "Thalassophobia itu salah satu jenis fobia, ketakutan terhadap laut atau samudra. Fobia sendiri artinya ketakutan."

Leorio : "Orang yang punya thalassophobia takut sama bahaya yang ada di bawah permukaan air, bukan takut sama airnya. Kalo takut sama air namanya aquaphobia atau fobia terhadap air."

Gon : "Oalaaah, aku baru tahu."

Kurapika : "Paham tak?"

Killua : "Paham, paham. Paha ayam 🍗"

Leorio : "Ye, si dodol. Btw, kenapa tanya-tanya thalassophobia? Tumben tanyanya yang kayak begitu."

Gon : "Anak tetangga update status WA, screen shot posting-an komentar IG yang di komentar teratasnya itu ada kata thalassophobia, makanya aku penasaran."

Kurapika : "Tumben si anak tetangga statusnya bermanfaat."

Killua : "Iya, biasanya statusnya bahan gosip ibu-ibu komplek sini."

Leorio : "Memangnya kamu kira thalassophobia itu apa?"

Gon : "Kukira thalassophobia itu fobia terhadap talas '-')"

Gubrak! Jatuh semua.

Killua : "Mana ada fobia terhadap daun talas, Gon :( itu cuma tumbuhan."

Gon : "Ya, makanya aku bingung ×~×) jadi, aku tanya kalian aja, soalnya kalo tanya Google malah gak paham."

Leorio : "Setiap ditanyai Gon begini, rasanya kayak jadi orang pintar."

Kurapika : "Iya, orang pintar dukun maksudnya."

Killua : "Kukira rasanya seperti Anda menjadi Ironmen :v"

Gon : "Ikan hiu makan tomat, jadi lapar mau makan juga."

Kurapika : "EH, MASAKANKU!"

Leorio : "Nah, kan, lupa mbaknya. EH, ITU BAWANG BELUM SELESAI DISEMBELIH!"

Killua : "Panik semua."

***

Jumat, 11 Desember 2020.

Poccuchimouse Note 🐹

Hi, long time no see :) how are you guys? I miss you so much

Udah lama banget saya hilang, ya. Pas lihat chapter terakhir yang dipublikasi bulan Juli, wow. Berapa lama saya hilang? Sekitar enam bulan, waktu yang cukup lama. Tapi, yah, apa boleh buat. Banyak banget hal yang terjadi selama enam bulan itu. So many things that I couldn't tell you.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya pada kalian semua. I'm sorry, guys :') udah hiatus berbulan-bulan, chapter barunya cuma segini. Saya minta maaf kepada NadineSafira2 yang request Kuroro sama Kurapika versi rumah tangga karena request-nya belum selesai juga. Idenya udah ada, tinggal diketik aja ceritanya. Mohon bersabar, tunggu beberapa hari lagi, ya. Sebagai gantinya, saya bikin minifict selagi Anda menunggu hasil request-nya jadi. Maaf kalo gak sesuai harapan dan mengecewakan 🙇🏻‍♀️

Itu request dari kapan ya gusti. Request-nya bulan apa, jadinya bulan apa. Maafkan saya 😭

Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk kalian semua yang udah lama menunggu publikasi fanfiksi buatan saya (ada? Kagak). Please, deh, jangan buang-buang waktu kalian yang berharga cuma untuk baca fanfiksi absurd ini. Faedahnya apa, coba :') tapi, tanpa kalian, saya bukanlah apa-apa. Thank you so much, guys. I'm nothing without you

Adakah yang masih bangun selain saya jam segini? Hm, sepertinya tidak. Ya udahlah, selamat tidur untuk kalian semua. Have a nice dream 🌌

Good night 🌙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top