BAB TIGA

ELENA MEMBUKA MATANYA PERLAHAN-lahan yang pertama dilihatnya adalah langit-langit berwarna biru malam.

"Kau sudah bangun rupanya"
Elena mencoba duduk dan menatap sang sumber suara. Seorang pemuda berambut hitam legam, pupil matanya juga warna hitam, berkulit cokelat muda, dan....tampan?

Elena menganga saat melihat pemuda itu, demi Tuhan dia yakin jika dirinya tidak kuat. Saat ini dia pasti sudah mati muda.

Pemuda itu hanya memakai boxer dengan kemeja putih yang parahnya tak dikancing. Menampakkan tubuh kekarnya dan beberapa luka disana yang berhasil membuat Elena mengernyit

"Kau siapa ?" Tanya Elena

Pemuda itu berhenti minum dan menatap Elena "Roni Siswanto, salam kenal"

"Namaku..."

"Elena Grimm, seorang remaja berumur 16 tahun. Gadis gila yang menjadi saksi atas pembunuhan baru-baru ini. Apa kau cabe-cabean ?" Roni memotong ucapan Elena yang dibalas dengan kibasan selimut dari Elena. Roni menggeram marah saat cangkir berisi es cokelatnya terjatuh kelantai dan menumpahkan seluruh isinya

"Kau menumpahkan minumanku !!" Teriak Roni marah

"Kau mengataiku cabe-cabean !! Apa maumu hah ?!"
Teriak Elena tak kalah nyaring

Roni terdiam "maaf" ucapnya pelan "aku....hanya salah bicara"

Elena mengacuhkan Roni dan mengalihkan pandangannya kesekeliling "ini....dimana ?"

"Underground" ucap Roni singkat sambil menaruh cangkirnya di atas meja

Elena menggaruk kepalanya yang bahkan tak terasa gatal "Underground ? Bawah tanah maksudmu ?"

Roni mengangguk "ya"

"Tidak mungkin !!"

"Mungkin saja kok"

Tiba-tiba Roni melompat keatas kasur dengan kecepatan bagaikan macan kumbang, menahan tubuh Elena di atas kasur agar tak bergerak

"A.... apa yang kau lakukan ?!"
Teriak Elena panik

Roni menatap Elena dengan tatapan tajam

"Diamlah !" Perintahnya dan seketika itu juga Elena berhenti bergerak

"Untuk apa kau ke taman kota malam tadi ?" Tanya Roni

"Aku tak mau menjawabnya" balas Elena

"Jawab !!" Bentak Roni membuat nyali Elena menciut

"Aku....kabur" ucap Elena pelan

"Kabur dari siapa ?"

"A....aku"

"Cepat jawab !!"

"Aku kabur dari ibu asuhku!!"

Mata Roni melebar saat melihat mata Elena yang berkaca-kaca, gadis itu menangis. Tanpa aba-aba Roni memeluk Elena, mencoba menenangkan gadis itu. Elena menyandarkan kepalanya di dada Roni, bahkan dirinya bisa mendengar suara detak jantung Roni yang tak beraturan.

Air matanya terus mengalir, Elena sendiri heran kenapa dia tak bisa menghentikan tangisannya. Dia menatap Roni yang masih memeluknya erat

"Apa kau orang yang menarikku kedalam semak-semak ?"

"Ya, itu adalah aku"

"Kenapa kau membiusku ?"

"Agar aku mudah membawamu dan mengganti pakaianmu"

Sekarang gantian Elena yang terdiam, kepalanya menunduk dan melihat pakaiannya yang sudah berubah. Dari kaos hitam lusuh menjadi kemeja berwarna putih yang ukurannya kebesaran

"Kau....mengganti pakaianku?"

"Ya, memang kenapa ?" Ucap Roni dengan wajah polos

"Apa kau melihatnya ?" Tanya Elena malu-malu

"Melihat apa ?"

"Kau tahu....tubuh perempuan"

"Jika yang kau maksud adalah bra dan celana dalam berwarna biru muda, maka ya aku melihatnya"

"Apaaaa !?!?!" Teriak Elena yang wajahnya sudah memerah

Roni mengernyitkan dahinya "memang kenapa ?"

"Siapa saja yang melihat ?"

"Hanya aku"

"Benarkah ?"

"Aku melarang yang lain untuk masuk"

"Yang lain ? Masih ada orang disini ?"

"Ya, mereka juga anggota UB"

"UB ? Apa itu ?"

"UB adalah singkatan dari Underground Bullet"

"Underground Bullet ?"

"Kau ini terlalu banyak tanya!! Sini, biar kukenalkan kau dengan teman-teman ku" ucap Roni dengan nada jengkel

÷÷÷÷÷

Roni dan Elena menghampiri empat orang yang sedang asik mengobrol, keempatnya sontak menoleh saat melihat Roni dan Elena.

"Hai Roni, dia sudah bangun ya ?" Ucap seorang pemuda berkacamata

Pemuda itu berjalan dan mendekati Elena "Namaku Budi Ramadan, kau bisa memanggilku Budi"

"Atau culun" sahut Roni menambahkan yang dibalas dengan tatapan tajam dari Budi

"Aku Elena Grimm, kau bisa memanggilku Elena"

Budi menatap Elena dari atas ke bawah, matanya seperti bercahaya saat melihat gadis itu

"Kau cantik" ucap Budi

Wajah Elena langsung memerah, baru kali ini dia dipuji seperti itu

"Kata siapa ? Dia cuma cewek dekil dan gila yang berani keluar malam-malam" sahut Roni sambil menatap Elena tajam

Budi mendelik marah pada Roni "kau kejam sekali Roni. Pantas saja Zikri mati karenamu"

Roni mencengkeram kerah baju Budi dan mengangkat pemuda berkacamata itu tinggi-tinggi

"Apa maumu hah ?!" Teriak Roni geram. Matanya berkilat marah 

"Roni, Budi. Hentikan !" Teriak seorang gadis berambut cokelat.

Roni melepaskan cengkeramannya dan membiarkan Budi terjatuh ke lantai

"Kalian ini suka sekali berkelahi dan itu sudah membuat Elena takut" sahut seorang gadis yang rambutnya dikuncir dua

Roni mendengus "terserah kalian saja" lalu dia berbalik dan berjalan pergi. Mereka terdiam dan si gadis berambut cokelat buru-buru mengenalkan dirinya pada Elena

"Namaku Rinka Aurora, kau bisa memanggilku Rinka" ucapnya

"Namaku Kirana Luthfi, Kirana adalah nama panggilanku" sahut gadis berkuncir dua

Lalu seorang pemuda berambut cepak muncul dan mengangkat tangan kanannya ke udara "Namaku Eko Andika, aku sering dipanggil Eko"

Dari arah dapur, seorang pemuda bermata sipit muncul

"Eh, kita ada tamu ?" Tanyanya dengan wajah polos

Eko menepuk dahinya dan merangkul pemuda itu "Kau ini gimana sih ? Ya jelas lah kita ada tamu, kau pikir kita kedatangan hantu ?" Ucap Eko diiringi dengan gelak tawa Budi dan yang lain

"Astaga, aku terlambat memperkenalkan diri" ucapnya sambil menepuk dahi. Kemudian dia menatap Elena sambil tersenyum "Namaku Renaldo, kau boleh memanggilku Ren"

"Oke, jadi semuanya sudah lengkap !" Ucap Eko dengan cengiran lebarnya

"Lengkap ? Apa maksudmu ?"
Tanya Elena, wajahnya terlihat kebingungan

Rinka langsung menjitak kepala Eko hingga pemuda itu meringis kesakitan

"Maksud Eko yang lengkap itu kami, hehehe" balas Rinka cepat-cepat

"Tenang saja, dia sudah tahu tentang kita" ucap Roni yang secara tiba-tiba sudah muncul dibelakang Elena

"Seperti biasa, dia betul-betul gaib" sahut Eko

"Kalian ini apa sih ?" Tanya Elena

Budi tersenyum "Kami adalah Underground Bullet"

"Apa itu ?"

"Bisa dibilang kami adalah tentara gratisan" sahut Eko

"Gratis, yang artinya tanpa bayaran apapun" tambah Budi

"Aku....masih gak paham" keluh Elena

Roni mendengus "Tugas kami adalah memberantas kejahatan yang terselubung di permukaan. Biasanya kasus-kasus yang tidak diketahui publik atau yang ditutup-tutupi"

"Seperti Master Puppet ?" Tanya Elena

Roni mengangguk "Bukannya itu kasus yang sedang terkenal saat ini ?" Tanya Elena lagi

"Untuk yang satu itu adalah pengecualian" sahut Rinka

"Kenapa ?"

"Makhluk yang paling jahat didunia ini adalah orang yang suka mengendalikan orang lain layaknya boneka" sahut Roni tiba-tiba

Budi tersenyum tangannya membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya "Aku setuju dengan Roni"

"Tumben" sahut Ren "biasanya kalian selalu berkelahi"

"Palingan mereka jaim aja didepan Elena" sahut Kirana

"Siapa yang jaim ?!" Sahut Roni dan Budi bersamaan

"Mereka kakak beradik ya ?" Cetus Elena tiba-tiba

"Mana mungkin ?!" Sahut mereka lagi-lagi bersamaan

Ren dan yang lain sudah tertawa terbahak-bahak bahkan Eko sampai berguling dilantai. Gelak tawa mereka terhenti saat terdengar suara getar handphone

"Eh, hape siapa tuh ?" Tanya Kirana

Rinka mengangkat handphonenya "bukan punyaku"

"Hape kalian bunyi ?" Tanya Roni serentak Ren,Eko,dan Budi menggeleng

"Hapeku juga bukan" sahut Roni

Elena berjalan mendekati meja kecil didekat sofa, ada handphonenya disana. Elena melihat nomor yang tertera di layar, nomor tidak dikenal.

Elena mengangkat handphonenya dan membuka panggilan itu

"Halo ?"

Terdengar suara gemerisik dari arah seberang, setelah menunggu beberapa detik barulah terdengar sebuah suara

"Hai gadis kecil"

Elena seketika itu juga merasa kakinya membeku, tangannya bergetar dan lidahnya terasa kelu untuk menjawab suara itu. Dia tahu betul siapa si empunya suara

"Kenapa ? Kau takut ?" Tanya pria itu seolah-olah tahu pikiran Elena

"Kau Master Puppet ?" Tanya Elena pada akhirnya

Sempat ada keheningan sejenak, tak ada suara di kedua belah pihak hingga akhirnya si pria bersuara. Kali ini dengan nada yang jauh berbeda

"Ya, ini aku. Kau pasti kenal kan ? Elena Grimm ?"

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....

Ps: mulmednya siapa hayoo ?? Ada yang tau ?


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top