BAB LIMA
PRIA ITU MENATAP KEDUANYA DENGAN TATAPAN kosong. Bola matanya terjungkir keatas menampakkan bola putih penuh urat. Di ujungnya, darah kental berwarna hitam mengalir deras bagaikan air keran.
Elena meringis saat pria itu berjalan terseok-seok mencoba menghampiri mereka.
Roni menarik bahu Elena, perlahan-lahan berjalan mundur. Mencoba menghindari mayat yang berjalan itu.
"Saatnya pertunjukan ! Bagi para penonton, harap untuk tetap tenang" teriak Master Puppet dengan lantang.
Tiba-tiba lampu gudang menyala, menampakkan puluhan mayat yang berdiri dengan keadaan berbeda-beda.
Kepala terbelah, dada terkoyak, daging yang teriris memperlihatkan otot-otot dan tulang. Serta darah yang mengalir di tubuh mereka, menimbulkan bau anyir dan tembaga yang khas.
Kesamaan mereka hanya satu : Mereka sudah mati.
÷÷÷÷÷
Master Puppet mengangkat bilah kayu di tangannya dengan gerakan cepat, tangannya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Membuat si pria di tengah itu ikut bergerak.
"Seperti boneka" gumam Elena
"Mereka....para korban Master Puppet. Mestinya mereka ada di kamar mayat !" Seru Roni dengan nada bergetar
"Aku mengambilnya, asal kalian tahu saja" balas Master Puppet sambil tersenyum "akulah yang mengambil seluruh mayat ini dalam waktu satu malam. Hanya untuk pertunjukkan ini" tambahnya lagi
Tiba-tiba seluruh mayat di sekeliling mereka duduk ke lantai. Tangan mereka terangkat dan mulai bertepuk tangan
"Roni, Elena. Saatnya bagi kalian untuk tampil"
÷÷÷÷÷
Pria malang itu berjalan pelan, tangannya terangkat ke atas. Seperti mayat hidup.
Elena meremas bahu Roni dengan kuat. Tubuhnya bergetar ketakutan. Rasa takutnya bahkan melebihi ketakutannya pada ibu asuh yang jelas-jelas sudah menyiksanya sejak tujuh tahun lalu.
"Tenanglah"
Elena mendongak dan menatap Roni yang tersenyum hangat padanya. Pemuda itu menggenggam tangan Elena dan meremasnya lembut.
Master Puppet menyentakkan bilah kayu di tangannya dan mencambukkan benang yang terikat di kayu pada si mayat.
Mayat pria tadi berlari cepat menghampiri Roni dan Elena. Ditangannya tergenggam sebilah samurai.
"Yang benar saja !" Seru Roni "dia berlari ?!"
Elena memekik dan menunjuk kebelakang
"Roni ! Awaass !!!"
Roni menoleh dan melihat si pria yang hendak menyabetkan samurai kearahnya. Roni berhasil berkelit walaupun bahunya tergores.
"Elena cepat pergi dari sini!" Ucap Roni sambil menghindari serangan-serangan si pria.
"Eitt ! Tidak ada yang boleh meninggalkan area sebelum pertunjukkan selesai" ucap Master Puppet
Elena memekik nyaring saat benang-benang nilon melilit kaki dan tangannya membuat dirinya tak bisa bergerak.
Elena tak bisa berbuat apa-apa selain melihat Roni yang masih sibuk menghindari serangan demi serangan.
÷÷÷÷÷
Roni berhasil memiting tangan si mayat dan merebut samurainya. Dengan kekuatan penuh, dia menebas kepala si mayat.
Kepalanya bergulir dan jatuh kebawah. Tubuhnya juga ikut terjatuh ke lantai.
Roni berlari mendekati Elena dengan memakai samurai, dia memotong benang-benang yang melilit tubuh gadis itu.
"Terima kasih" ucap Elena pelan yang dibalas dengan anggukan Roni.
Dibelakang mereka, Master Puppet bertepuk tangan dengan semangat.
"Bravo ! Kalian benar-benar hebat ! Kalian berdualah yang selama ini kucari !"
Roni merasa ingin berteriak saat benang-benang nilon menjerat lengan dan dadanya. Menarik tubuhnya ke arah si pria bertopeng itu. Dia hanya bisa pasrah saat tubuhnya tak lagi bisa digerakkan. Seolah-olah menjadi sebuah boneka.
Master Puppet meletakkan tubuh Roni di tengah-tengah ruangan tepat di tengah lingkaran sihir yang dibuat dari darah.
Roni hanya diam saat Master Puppet menggumamkan entah itu mantra atau semacamnya. Tapi yang jelas pria itu tak berhasil menyelesaikan ucapannya.
Karena Elena menendang selangkangan pria itu.
÷÷÷÷÷
Teriakan kesakitan Master Puppet menggaung hingga terdengar keseluruh area gudang. Bagaimana tidak ? Elena menendang selangkangannya dengan kekuatan penuh.
Master Puppet roboh ke lantai bersamaan dengan para mayat yang ikut terjatuh.
Roni yang melihatnya hanya bisa menganga, tak menyangka jika seorang pembunuh bisa roboh hanya dalam sekali tendang. Roni mengingatkan dirinya sendiri untuk membeli celana dalam dengan perisai pelindung di toko baju.
Benang-benang yang mengikat tubuhnya pun melonggar hingga akhirnya dia bisa membebaskan diri.
Elena sedang membantu Roni berdiri saat lehernya dicengkeram, membuat dirinya tak bisa bernafas.
Master Puppet sudah berdiri dibelakang Elena, tangan kirinya meremas leher Elena membuat gadis itu tak bisa bernafas. Tangan kanannya memegang sebilah pisau.
Elena meronta-ronta mencoba melepaskan diri. Sebaliknya, Master Puppet malah semakin mengeratkan cengkeramannya.
Roni berteriak saat lengan kanannya disayat oleh pisau yang dikibaskan Master Puppet. Darah segar mengalir deras membuat Roni meringis sambil memegangi lukanya.
"Lepaskan dia !" Teriak Roni "Sebagai gantinya bawa aku"
Pria itu tertawa keras "Sayang sekali Roni, tapi gadis ini lebih berguna bagiku"
Roni menggeram marah diterjangnya Master Puppet hingga pria itu dan Elena roboh kelantai. Sesaat cengkeraman pria itu melemah dan disaat itulah Elena melepaskan diri.
Master Puppet berbalik dan melarikan diri keluar gudang.
"Ah ! Dia kabur !" Ucap Elena kaget
Roni tersenyum "biarkan saja dia, polisi ada diluar"
Elena mengernyit "tau dari mana ?"
"Diam dan dengarkan baik-baik"
Elena menajamkan pendengarannya dan samar-samar dia mendengar suara sirene polisi.
"Kau benar Roni ! Ada suara sirene" ucap Elena sambil menoleh kearah Roni
"Baguslah..." ucap Roni lirih. Kakinya serasa melemah dan akhirnya tubuhnya ambruk ke lantai
"Roni, apa yang....astaga"
Elena membelalak saat melihat pisau yang menancap di perut Roni, pisau itu tidak sampai menembus ke belakang. Meskipun begitu, darah mengalir deras dari lukanya.
Elena bersimpuh di samping Roni, laki-laki itu terlihat sangat kesakitan. Peluh bercucuran di keningnya, matanya setengah terpejam.
"Elena, dengarkan aku"
Elena menatap Roni dengan mata yang berkaca-kaca
"Apa Roni ?"
"Jika kau bertemu Budi, sampaikan maafku padanya"
Elena mengenggam tangan Roni yang berlumur darah, kepalanya menunduk dalam-dalam. Mencoba menahan air matanya.
"Jangan pergi" bisiknya di telinga Roni
Roni tersenyum. Rasa sakit sekaligus kantuk menyerang tubuhnya. Membuat pandangannya perlahan-lahan kabur.
"Elena....aku tidur dulu ya"
Elena menatap Roni lalu mengangguk meskipun dia tak paham apa maksud lelaki itu.
"Kau mengantuk ? Apa maksudmu ?" Tanya Elena bingung sambil menatap Roni yang terpejam
Hening.
Roni tak menjawab.
Elena mengecek denyut nadi Roni. Matanya melebar saat dirinya tak merasakan denyut nadi lelaki itu.
Elena menepuk wajah dan menggoyang bahu Roni, berusaha membangunkan lelaki itu.
"Roni ? Woi bangun dong ! Kamu pasti bercanda kan ?"
Tanya Elena sambil menepuk pelan wajah Roni
"Roni !!! Bangun woi !! Udah sahur nehhh" Teriak Elena bergurau, tapi Roni tetap tak bergerak
"Roni ?" Air mengalir dari ujung mata Elena. Air mata yang tak pernah dikeluarkannya sejak kematian kedua orang tuanya.
"Roni, bangun dong ! Masa' aku nangis gini cuman buat orang nyebelin kayak kamu sih ?"
Tetapi Roni tetap diam, Elena menyerah dan akhirnya berhenti menepuk wajah Roni dan membiarkan lelaki itu tertidur.
Tertidur untuk selamanya....
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top