Magoa

(n.) a heart breaking feeling that leaves long-lasting, visible in gesture and facial expressions
.
.

Hari itu mendung. Sudah 4 tahun Vernon berpisah dengan tunangannya. Sialnya selama itu pula Vernon tak berhenti memikirnya.

Jujur saja Vernon menyesal memilih pergi saat itu. Ia merasa gagal karena memutuskan pergi begitu saja, padahal pernikahan mereka ada didepan mata.

Tahun itu Vernon memang berada dipuncak stress. Vernon dapat proyek besar yang bernilai ratusan juta poundsterling. Dan lagi ada satu investor penting yang jadi awal mula pertengkarannya dengan tunangannya.

Berkat proyek itu Vernon naik jabatan. Tapi, apalah arti uang saat tak ada orang yang kau cintai untuk mendampingimu.

Vernon hari ini memutuskan untuk pergi ke taman untuk melepas stressnya. Taman yang akan selalu jadi tempat favoritnya. Disana tidak terlalu ramai dan tentu saja banyak sekali kenangannya disini.

Sayangnya hari ini mendung. Sepertinya akan turun hujan lebat. Kecewa. Tentu saja.

Tiba-tiba tangan kirinya ditepuk, membuat Vernon yang sempat melamun terkejut.

"Apa samchon tahu dimana mama?" tanya anak itu sambil menunduk drngan kedua tangan meremas ujung sweater berwarna biru dongkernya.

Vernon pun berjongkok untuk menyamai tinggi mereka. Anak itu memakai beanie kecil berwarna kuning dengan sweater berwarna biru dongker dan celana ketat berwarna abu-abu.

"Ah, tadi mamamu dimana, ganteng?" tanya Vernon.

Lalu anak itu mengangkat kepalanya dan menggelengkan kepalanya. "S-Shane, tidak tahu."

'Anak ini lucu sekali. Mungkin anak dari turis yang kesini' batin Vernon setelah melihat wajah anak itu. Entah kenapa ia merasa anak ini mirip dengannya. Entahlah, semoga saja cuman perasaannya.

"Ok, kalau begitu kita akan mencari mamamu bersama-sama ok? Ayo, jangan menangis jagoan masa menangis." hibur Vernon sambil menggendong anak itu. "Jadi namamu Shane? Apa kau tidak bersama papamu?"

Anak itu menggeleng lagi masih dengan kepala tertunduk, "Kata mama, papa kelja cali uang banyak buat Shane, tapi papa tidak mau lihat Shane ...."

Vernon pun mencubit pipi anak itu, "Ey, mana mungkin papamu tidak mau melihat anak tampan sepertimu, hm? Papamu pasti bangga punya anak tampan sepertimu. Papamu pasti juga senang karena kamu sudah melindungi mamamu selama ini hm."

Tiba-tiba saja hujan turun. Awalnya hanya gerimis tapi, tak lama langsung turun dengan deras. Vernon langsung berlari mencari tempat berteduh. Beruntung ada warung tak jauh dari tempat itu.

Kedua manusia itu masuk dengan keadaan sedikit basah berkat lari Vernon yang lumayan kencang. Vernon pun mendudukkan Shane di kursi dan memesan dua gelas teh hangat.

Dilain tempat seorang wanita berusia sekitar 20 tahunan masih setia berlarian kesana kemari sambil berteriak memanggil nama seseorang. Mau berteriak sekencang apapun suaranya tetap kalah dengan suara derasnya hujan.

Wanita itu berjongkok membiarkan tubuhnya semakin basah. Lagi-lagi ia kehilangan orang yang dicintainya saat hujan. Ia benci hujan. Hujan membuatnya sakit dan menjauhkan orang-orang yang dicintainya.

Andai saja tadi ia memegangi putra satu-satunya itu pasti anak itu tak akan meningalkannya seperti tunangannya dulu. Andai dia benar-benar memegang anak itu.

Wanita itu tak menyerah. Ia berdiri dan mengusap air matanya dan kembali berlari sambil berteriak. Persetanan dengan badannya yang kedinginan. Persetanan dengan tenggorakannya yang sakit. Kali ini ia tak bisa menyerah begitu saja seperti sebelumnya.

"SHANE!!! DIMANA KAMU SHANE!!!" teriaknya lagi.

Masih sama. Sepertinya suaranya memang tidak sekeras itu sampai terdengar telinga anaknya.

"Shane, kamu dimana? Shane janji sama mama tidak akan meninggalkan mama, kenapa sekarang Shane pergi?" gumamnya lirih.

Kepalanya mulai pusing, kakinya mulai terasa lemas. Jauh sebelum pertengkaran itupun dia sudah membenci hujan karena membuatnya demam. "Shane ...."

Berama-lama ditengah hujan seperti ini bisa membuatnya jatuh pingsan sewaktu-waktu tanpa ada yang menolongnya. Wanita itu pun memutuskan untuk berteduh meski dalam keadaan basah kuyup begini.

Ia menemukan sebuah warung. Dengan lemas ia berjalan memasuki warung.

"Mama! Samchon itu mama!" teriak seorang anak laki-laki senang begitu ia masuk.

Wanita itu menoleh ke sumber suara dan mendapati anak kecil kesayangannya itu tengah menggoyang lengan seorang pria yang tengah duduk di sampingnya dengan senang. Pria itu menoleh.

Keduanya sama-sama terkejut. Tak menyangka akan dipertemukan kembali di tengah hujan lebat ini.

"Mama, tangan mama kok dingin?" tanya Shane yang tiba-tiba sudah memegang tangannya.

"Ah, mama tadi cari Shane sampai kehujanan makanya tangan mama dingin, ayo pulang Shane." ajak wanita itu sambil memaksakan senyum dihadapan anak itu.

"Diluar masih deras duduklah dulu, Nara." ucap Vernon dengan wajah bercampur aduk begitupun juga hatinya. Tapi, pria itu masih memberikan senyum yang sama seperti 2 tahun yang lalu.

Rindu, kecewa, terkejut, dan juga kaget bercampur menjadi satu kala itu.

"Tidak apa-apa terima kasih sudah menjaga Shane, ayo Shane." ajak wanita bernama Nara itu sambil menarik Shane.

"Ya ampun, duduklah dulu. Minumlah ini wajahmu pucat sekali. Aku setuju dengan pria itu diluar masih deras jadi, hangatkan tubuhmu disini sebentar." ucap si pemilik warung sambil menyodorkan segelas teh hangat dan menarik kursi yang ada di sebelah Vernon.

Nara mau tak mau akhirnya duduk. Dia juga baru sadar soal hujan belum reda. Nara meletakkan kepalanya di atas meja begitu duduk.

'Pusing sekali ....' batin Nara. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menutupi pundaknya yang kedinginan.

Nara buru-buru bangkit dan menoleh ke arah Vernon dengan tidak percaya. Yang justru malah membuatnya semakin pusing. Nara pun memegang kepalanya yang pusing itu.

"Tidurlah, kalau sudah mulai reda aku bangunkan. Kau pasti pusing, kan? Pakai saja jaket itu, ya walaupun tidak terlalu kering tapi kurasa cukup menghangatkan walau sedikit."

Nara kembali meletakkan kepalanya diatas meja kali ini dengan kedua tangan terlipat sebagai bantalnya. Shane yang daritadi sudah duduk di sebelah Nara pun hanya bisa menatap interaksi dua orang manusia itu dengan bingung.

"Samchon, teman mama?" tanya anak itu dengan polos.

Vernon terdiam dan memasang pose berpikir, "Ya begitulah, samchon dan mamamu berteman tapi kita sudah 4 tahun tidak bertemu."

"Oh, begitu. Samchon, samchon mama dulu apa secantik sekalang?"

Vernon tersenyum mengingatnya, "Ya, mamamu dulu cantik sekali kalau sekarang hm bagaimana ya ...?"

"Mama cantik tau! Apa samchon mau jadi ayah Shane? Ah, tapi Shane belum bilang mama." anak itu menundukkan kepalanya kecewa.

Vernon yang terkejut akhirnya mengelus kepala anak itu sayang. Vernon tahu itu bukan anaknya tapi, entah kenapa dia tak ingin melepaskan anak itu sama besarnya seperti rasa tak ingin melepaskan wanita yang tertidur diantara Shane dan dirinya.

Apa jangan-jangan Vernon suka anak-anak sekarang?! Ah, tidak tentu saja tidak mungkin.

"Kalau mamamu mau samchon juga mau kok, Shane." jawab Vernon masih setia mengelus kepala berbalut beanie kuning itu.

"Shane, suka warna?" tanya Vernon random

"Kuning!" jawab Shane gembira.

"Wah, pantas topinya warna kuning. Em, mama kalau dirumah bagaimana, Shane? Apa dia masih galak?"

Shane mengganggukkan kepalanya. "Ini meanie, Samchon! Umm Shane, selalu dimalahi kalena tidak mau makan sayul apalagi yang namanya caral? Eh bukan namanya calot! Mama juga seling malah kalau Shane lupa buang bungkus snack. Tapi, mama tidak membenci Shane."

"Hm, begitu ya." jawab Vernon sambil mengangguk mengerti. Ternyata Naranya dulu dan Nara yang sekarang tidak jauh berbeda masih saja suka mengomel saat lupa membuang sampah.

Nara bergerak gelisah dalam tidurnya. Mungkin, mimpi buruk.

"Non, maaf ...." gumam Nara dalam tidurnya. Vernon jelas terkejut.

"Mama, juga seling bilang begitu saat tidul. Waktu Shane tanya mama kelihatan sedih. Biasanya setelah ngomong begitu mama pasti bangun." ucap Shane sambil mengelus pipi Nara.

Melihat Shane entah kenapa ia merasa tersentuh. Entah karena cerita Shane dengan nada cadelnya atau karena perhatian Shane pada ibunya yang sangat besar. Ia jadi ingat dulu dia pernah terjaga seharian demi mengawasi Nara yang sempat mimpi buruk selama beberapa hari.

Walau tidak sama persis tapi, anak itu mengamati semua tingkah laku ibunya diam-diam. Mengagumi ibunya yang sebegitu kuat mengurus seorang anak laki-laki tanpa kehadiran ayahnya.

Sesuai dengan perkataan Shane, tak lama setelah Nara menggumamkan perkataan maafnya ia bangun. Shane langsung menanyakan keadaan ibunya yang sebelumnya tidak baik-baik saja.

Nara menjawab pertanyaan itu sambil tersenyum. Hati Vernon menghangat melihatnya. Jujur saja dia masih sayang sekali dengan wanita itu. Melihatnya tersenyum bahagia dengan seorang anak kecil membuat perjuangannya selama 4 tahun untuk melepaskan perasaannya langsung hancur berkeping-keping.

"Mama, apa samchon boleh jadi papa, Shane?" Nara terkejut begitu anaknya melontarkan pertanyaan itu. Lalu Nara menoleh ke arah Vernon. Dan Vernon masih setia dengan lamunannya sehingga tidak sadar dengan kode yang Nara berikan.

"Bagaimana mama apa boleh?" tanya Shane dengan nada memelas.

"K-kalau, samchon mau mama juga." jawab Nara yang membuat Vernon sadar dari lamunannya dan melotot kaget.

Shane bahkan hampir jatuh saking senangnya. Beruntung Vernon cekatan sehingga Shane tidak jadi jatuh dari kursinya.

"Horee, belalti samchon papa Shane sekalang!! Ahjumma, Shane punya papa sekalang!"

"Ah, begitu? Syukurlah aku turut senang mendengarnya." jawab si pemilik warung senang.

"Jadi ... Umm, kita lanjut lagi?" tanya Vernon ragu.

Nara mengangguk. Tak percaya mereka bisa bersama lagi.

"Hm, kalau begitu biar kujelaskan satu hal, ok? Ranni sudah menikah dan dia menyerah, kau tenang saja. Mulai sekarang aku berjanji akan mencintaimu untuk selamanya." ucap Vernon yang terlihat sangat bahagia.

"Ja-jangan berjanji sendirian Vernon kamu takkan kuat menanggung beban sebuah janji sendiri, biar ku-kutemani." ucap Nara gugup. Ia seperti baru saja menyatakan cintanya dan Vernon menerimanya sebagai kekasihnya.

Vernon tersenyum lebar mendengar pernyataan Nara. Naranya manis sekali. Vernon pun memeluk Nara dan mencium pucuk kepala Nara yang masih sedikit basah.

"Ah, aku daritadi penasaran soal satu hal ini, Shane ... anak kandungmu?" tanya Vernon yang daritadi ingin sekali menanyakan hal itu.

Nara menggangguk. "Ya, anakmu juga."

Vernon terkejut, "Wha-,kau serius? Aku tak ingat pern- ah, jangan-jangan sebelum proyek itu dimulai??"

"Kurasa begitu. Mungkin saat kita bertengkar itu karena aku begitu khawatir kau meninggalkanku saat itu, maaf menuduhmu saat itu ...." gumam Nara. Vernon yang mendengarnya sekali lagi memeluk Nara.

"Aku yang harusnya minta maaf karena tak menyadarinya. Maaf juga aku malah meninggalkanmu saat itu. Aku takkan meninggalkanmu dan Shane lagi, terima kasih sudah melahirkan jagoan tampanku." Vernon menangkup kedua pipi Nara dan mencium dahi Nara cukup lama.

"Papa, hujannya berhenti!" Vernon langsung menoleh ke arah anaknya yang dengan semangat menarik bajunya.

"Haha, baiklah tunggu sebentar." ucap Vernon sambil mengelus beanie kuning yang dipakai Shane.

Vernon tersenyum lebar, beruntung Shane tumbuh menjadi anak yang kuat. Ia juga merasa bersalah karena membuat anaknya berpikir ia tak dicintai papanya padahal sebenarnya ia tak tahu. Tapi, kini mereka berkumpul lagi sebagai satu keluarga.

Vernon pun membayar minuman hangat mereka. Dan mengajak kedua orang yang akan mengisi harinya mulai hari ini.

Hari ini akan selalu dikenang keluarga kecil itu. Shane yang setelah sekian lama menginginkan kehadiran seorang ayah hari ini baru saja bertemu dengan ayah kandungnya. Vernon dan Nara yang akhirnya menyelesaikan masalahnya dan memperbaiki hubungan mereka. Sama-sama berjanji untuk saling mencintai untuk selamanya.
.
.
.
.
.
.
THE EI- THE END

AKHIRNYA KELAR NJIRR:'"" monmaap kalo engga ngefeel diriq tida suka angst :'"" vvv malah awalnya pas mereka war mau dibuat kaki si Nara kelindes ban belakang mobil Enon:'"""v kakinya doang ya buqan badannya kek disinetron.

Tapi, setelah banyaq hujatan dari teman yg saia curhati akhirnya tida jadi ditambahkan:'"v monmaap juga kalo mas Enonnya OOC:'"" ini pertama kali biqin ff kuriyah:'"vv terimakasih sudah membaca ff kuriyah pertama saia:""" dan mohon dimaklumi bila ada tipo kalau ada yang bingung silahkan bertanya:'V

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top