Daun 1
(Hayami)
Kesan pertamaku-dan aku yakin seluruh siswa SMA Sanko juga-ketika bertemu langsung dengan Nishihaka Hiroki adalah: sama sekali tak seperti yang aku bayangkan.
Aku pikir cowok pindahan dari Tokyo itu pasti seseorang bertubuh bongsor dan berotot, rambutnya disemir blonde, telinganya ditindik, kancing seragamnya dibiarkan terbuka sehingga terlihat kaos dalaman bergambar tengkorak, napasnya pasti bau rokok, suaranya berat dan mengintimidasi, wajahnya sangar dan siapa yang berani meliriknya harus siap-siap mati.
Tapi cowok yang sedang memperkenalkan diri di depan kelas ini jauh dari itu. Postur tubuhnya cenderung pendek dan ceking, pakaiannya necis, rambut dan poninya yang agak panjang tersisir rapi -dan tentu saja tidak blonde, mukanya tirus dan feminin, suaranya sangat lembut, dan bukannya mematikan tatapannya justru tampak gelisah.
Secara keseluruhan kalau boleh aku bilang, Nishihaka termasuk tipe cowok yang akan menangis di akhir film Stand By Me Doraemon.
Jadi kenapa aku dan teman-temanku punya imej awal yang buruk tentangnya?
Ini berawal dari seminggu yang lalu, di hari pertama kami masuk sekolah pasca libur musim panas. Waktu itu Takaoka-sensei, wali kelas kami, keburu memberi bocoran bahwa ada siswa pindahan yang akan bergabung dengan kelas 1-4. Tapi Nishihaka Hiroki yang sudah kami harap-harapkan itu tidak muncul-muncul juga sampai upacara pembukaan trimester baru selesai.
Ketika Takaoka-sensei sedang mengisi sesi homeroom di kelas kami, beliau mendapat berita bahwa Nishihaka terlibat perkelahian dengan tiga siswa dari SMA lain waktu berangkat sekolah. Sensei dan guru BK langsung pergi ke kantor polisi untuk mengurusnya, sementara kami di sekolah membuat spekulasi sendiri tentang si murid baru.
"Dikeroyok, ya? Anak-anak SMA Niko kan memang terkenal nakal dan tukang malak.."
"Eh? Tapi katanya ada yang lihat justru anak baru itu yang menghajar siswa SMA Niko habis-habisan."
Besoknya, seakan menjadi jawaban bagi desas-desus di sekolah, sebuah lembar notifikasi ditempel di papan pengumuman.
Notifikasi Penyekorsan
Siswa dibawah ini dinyatakan diskors selama satu minggu ke depan:
Nama: Nishihaka Hiroki
Kelas: 1-4
"Betul apa kataku, kan? Dia itu preman."
"Ehh.. Kenapa ada cowok seperti itu pindah ke sekolah ini?"
"Mungkin dia juga bermasalah di sekolah lamanya?"
Begitulah bagaimana desas-desus bahwa Nishihaka Hiroki adalah preman pindahan dari Tokyo menyebar di sekolah kami -terutama di kelas satu. Belum sempat bertemu langsung, anak-anak sudah terlanjur membentuk imej buruk tentangnya.
Kembali ke hari ini. Setelah beberapa saat membuat seisi kelas tercengang, Nishihaka berjalan ke tempat duduk yang ditunjukkan Takaoka-sensei, sembari terus menghindari bertemu pandang dengan siswa lain.
Ia kebagian kursi paling pojok, di samping jendela. Di depannya adalah Aiko -cewek, err, sahabatku yang hobi mengkriting rambutnya dan memoles wajahnya dengan maskara dan lip gloss tebal. Aiko menoleh ke belakang dan menyapa Nishihaka dengan kalimat "yoroshiku ne" yang dibuat semanis mungkin, tapi cowok itu tak bereaksi sama sekali. Gawat, nanti pasti aku yang jadi wadah tumpahan kekesalan Aiko.
Di samping kanan Nishihaka adalah Aoba -cowok, err, sahabatku yang suka mengutip kata-kata dari manga seperti mengutip kitab suci. Eh, tapi begitu-begitu dia ini calon pitcher harapan tim bisbol sekolah kami. Aoba sebenarnya supel, tapi sepertinya gara-gara masih teringat rumor itu dia belum berani menyapa Nishihaka seperti yang dilakukan Aiko.
Di depan Aoba adalah aku. Ya, jadi aku duduk di arah diagonal dari Nishihaka.
Aku, tentu saja seperti yang lain, membiarkan mataku mengikuti gerakan Nishihaka dari mulai ia memperkenalkan diri tadi sampai ia duduk. Tapi, ya, supaya kau tahu saja. Tidak seperti siswa-siswa lain yang memandanginya karena sekedar penasaran, aku memperhatikannya karena..sangat penasaran.
Jangan protes, aku punya alasan bagus untuk itu.
***
Jika dugaanku benar, aku mengenal salah satu siswa yang berkelahi dengan Nishihaka.
Dia adalah Jun, err -inginnya kubilang bukan, kakak lelakiku.
Senin pekan lalu Jun menyumpah-nyumpah ketika pulang ke rumah.
"Sialan! Apes! Hari ini aku apes!"
Aku sedang duduk di depan meja makan, dengan santai mengupas kentang, wortel, dan apel untuk masak kari. Jun langsung membuka kulkas begitu masuk ke dapur. Ia mengambil botol air dingin dan menenggaknya sampai habis.
Kuperhatikan bibirnya lecet-lecet dan pipi kirinya membiru. Ia dan gengnya pasti berkelahi lagi. Sesuatu yang sering ia lakukan semenjak masuk ke SMA Niko. Sesuatu yang membuat aku dan ayah hampir putus asa tentangnya.
"Memangnya sudah berapa kali Niisan membuat masalah? Mungkin itu karma," timpalku gemas.
"Berisik kau!"
Dia sendiri yang ribut.
"Siapa dia? Beraninya tiba-tiba main pukul."
Lihat siapa yang bicara.
"Aku belum pernah melihat seragamnya. Ia pasti bukan siswa sekolah sekitar sini."
Gerakan tanganku terhenti. Aku mengangkat muka dan bertanya pada Jun, "Tidak tahu seragamnya? Apa Niisan tahu namanya?"
"Mana kutahu. Aku belum pernah melihatnya. Lalu ada polisi bersepeda melihat kami. Kalau anak-anak Niko di sana pasti kami yang dikira sedang mengeroyoknya."
Jadi kalian buru-buru kabur sebelum tahu siapa anak itu? Ha-ha-ha.
Wajarnya aku pasti sudah menertawakan Jun pada tahap ini. Tapi tidak. Ini sangat menggangguku. Aku teringat Nishihaka Hiroki yang di hari itu -hari pertamanya -mungkin masih mengenakan seragam sekolah lama. Nishihaka yang seharusnya datang ke sekolah tapi malah Sensei yang dipanggil ke kantor polisi.
Yang berkelahi dengan Jun dan kawan-kawannya ini pasti Nishihaka, kan?
"Kenapa kalian berkelahi? Kalian pasti menodongnya, ya?"
"Tidak."
"Bohong. Jangan pikir aku tidak tahu kalian suka memalak."
"Sungguh. Kami tidak sedang mengganggunya. Tapi tiba-tiba saja dia meninjui kami."
"Satu lawan tiga? Lalu kalian kewalahan?"
"Berisik. Bukannya kami kalah, ya. Kami cuma kaget karena dia seperti orang kesetanan."
Aku mulai merasa tak enak. Bukan karena tiba-tiba kakakku diserang -aku yakin Jun dan gengnya pasti berbuat sesuatu dan sejujurnya aku berharap suatu saat mereka jera.
Aku keheranan orang semacam apa Nishihaka ini. Aku tahu Jun dan yang lain memang tidak mengandalkan otak saat berkelahi-tapi tetap saja mereka ini biasa berkelahi. Belum lagi mereka dua tahun lebih tua jadi mereka pasti berperwakan lebih besar dari anak kelas satu umumnya.
Nishihaka ini pasti orangnya menyeramkan. Pikirku waktu itu.
***
Yang mana..ternyata aku salah.
Kalau dipikir-pikir, waktu kutanyai seperti apa orang yang menghajarnya, Jun tidak mau mendeskripsikan. Ia pasti malu mengaku kalah dari orang dengan penampilan seringkih ini.
Jadi, apa yang membuat cowok ini memulai perkelahian sampai-sampai-aku pinjam istilah Jun-dia terlihat seperti orang kesetanan? Ugh, aku benar-benar ingin membaca isi kepalanya.
Kupandangi terus Nishihaka, cara berjalannya yang seperti berusaha tidak menimbulkan suara. Kuperhatikan mimik mukanya yang datar-datar-gelisah. Karena sepertinya menyadari tatapanku, Nishihaka menoleh padaku. Aku yang sudah kepalang basah menganggukkan kepala sopan. Tapi, ya, seperti yang sudah kuduga. Ia malah memalingkan muka.
Cowok misterius.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top