Daun 0
(Nishihaka)
Tiga lawan satu.
Dua cowok jangkung berdiri di kanan kiri cowok dengan postur lebih kecil. Mereka merangkul pundak dan berbisik di telinganya, "kita kan teman", "kau tak butuh uang sebanyak itu", "jangan melawan."
Cowok yang dikepung itu berusaha memelas, "aku tidak punya uang", "kumohon jangan."
Tapi permohonannya itu tidak membuat cowok yang satunya lagi urung menggeledah isi tasnya. Ia menemukan dompet dan membukanya. "Hei, kenapa dompet ini kosong?"
"A-aku tidak punya uang."
Cowok tadi memberi sinyal kepada kedua temannya yang lain dan mereka mulai menggeledah saku celananya. "Di sini kan? Ayo keluarkan uangmu."
"S-sungguh. Aku cuma bawa uang untuk bayar bus."
"Eh? Apa kau mau kartu siswamu kubakar?"
"J-jangan."
"Atau fotomu tanpa celana disebar?"
Cowok malang itu mulai terisak. "J-jangan. Kumohon."
"Nah.. Anak pintar."
Adegan ini terjadi di depan beberapa pasang mata siswa-siswa lain yang lewat. Tapi semuanya seakan pura-pura tidak melihat, tidak mau ikut campur, atau menganggap ini cuma kejadian iseng biasa. Entahlah.
Tapi tidak denganku. Kejadian ini malah membangkitkan memori pahit musim panas lalu, dan seakan ada switch yang dihidupkan, aku kalap.
Aku membuang tasku sendiri, lalu berjalan cepat ke arah mereka. Kutarik belakang kerah baju cowok tadi, kulayangkan tinju ke rahangnya. Dua cowok lain hendak membalasku, tapi pukulanku lebih dulu menghantam mereka.
Aku tidak terlalu ingat apa yang terjadi saat aku mengamuk. Yang kutahu berikutnya, ketiga cowok tadi lari terbirit-birit, lalu seorang polisi menahanku.
Sial. Buku jariku sakit sekali.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top