Ruyi berlari, mengangkat bagian bawah roknya agar larinya bisa lebih cepat lagi, disaat orang-orang berlari keluar, dia justru masuk semakin jauh ke dalam.

"Putri kedua.!" Panggil Ruyi setelah menggeser pintu terbuka.
"Mereka sudah masuk ke kota Raja, bersiap mendobrak gerbang istana.
Kita kalah, kita tidak bisa bertahan.!"

Putri kedua dari sang penguasa hanya terdiam, berbalik ke arah jendela membuka, melihat asap membumbung di kejauhan.
"Apakah ini akhir dari hidupku.!?" Lirihnya yang selalu lemah lembut.

"Tidak. Tidak. Mereka tidak membunuh rakyat jelata. Mereka membunuh para bangsawan.
Mereka memusnahkan keturunan raja dan bangsawan saja."
Ruyi menutup jendela, memaksa putri kedua yang bernama sama dengannya melihat matanya.
"Anda tidak akan mati. Saya tidak akan membiarkan anda mati"
Ruyi Chao takkan pernah membiarkan Ruyi Qiang mati meski nyawanya sendiri yang jadi taruhannya.

"Apa yang kau lakukan.?"
Putri kedua, Ruyi Qiang menatap bingung pada sang pelayan yang lebih tua tiga tahun darinya, pelayan yang sudah seperti kakak baginya.
Mereka tumbuh bersama, tidak terpisahkan.
Ruyi akan selalu menjaganya apapun kondisinya.

"Pergilah tuan putri. Pergilah."
Ruyi menelanjangi dirinya, mengumpulkan pakainya menyerahkan pada putri kedua.
"Pakai ini, mereka tidak akan menangkap anda."
Ruyi melihat pintu kamar.
"Para pelayan sudah melarikan diri. Keluarga yang lain sudah berangsur pergi tapi saya tidak yakin mereka bisa keluar mengingat kereta dan pakaian serta barang yang mereka pakai."

"Ayah ibu semuanya.?"
Putri kedua mulai menangis.
"Mereka meninggalkanku.!"

Ruyi menggeleng.
"Jangan takut putri jangan takut. Saya disini, anda pasti selamat."
Dia mulai membuka hanfu yang dikenakan putri kedua.

"Kau mau apa.?" Sang putri bertanya meski dia tidak melarang Ruyi membuka pakaiannya.

"Anda bisa keluar dari kota ini bersama pangeran HaoRan, hiduplah bahagia"
Ruyi mulai memakaikan bajunya untuk sang putri kedua.

Putri kedua melihat baju yang Ruyi kenakan padanya, hidungnya mengernyit.
"Kainnya kasar sekali, kulitku perih"

Ruyi menepuk-nepuk rok yang dipakai putri kedua.
"Sebentar saja putri sebentar saja. Sampai diperbatasan. Saya sudah menyiapkan semuanya.
Anda bisa hidup tenang setelah ini selama anda tidak mengatakan pada siapapun nama anda yang sebenarnya. Jangan pernah memperkenalkan diri sebagai Ruyi Qiang.
Jadilah Ruyi Chao."

"Lalu kau bagaimana.?"
Putri kedua terlihat bingung.

"Saya tetap disini putri. Kaisar HuanRan bukan orang bodoh.
Kita tau tujuannya menghancurkan wilayah ini untuk apa.
Jika dia menemukan anda dan pangeran HaoRan, dia akan membunuh kalian berdua."
Ruyi mulai melepas tusuk konde giok yang menghiasi kepala putri kedua.
"Harganya sangat mahal tapi ini tidak bisa anda bawa. Ini akan membuat identitas anda ketahuan.
Saya akan tetap disini, memastikan semuanya lancar bagi anda."

Putri kedua menggeleng.
"Tidak. Kau tidak boleh tinggal. Bagaimana dengan aku, siapa yang akan melayaniku.?"

"Saya sudah menyiapkan semuanya putri.
Anda ikuti jalan ini. Disana sudah menunggu pangeran HaoRan.
Ada banyak harta yang sudah disiapkan pangeran.
Anda tidak akan kesusahan sampai bila bila.
Kelak Akan ada banyak pelayan lain yang menggantikan saya."
Ruyi menyerahkan kertas yang diambil dari balik baju dalamnya.
"Pergilah. Pergilah.! Kita tidak punya banyak waktu."
Ruyi memeluk putri kedua, untuk pertama dan terakhir kalinya.
"Jangan tinggalkan jejak. Hiduplah, berbahagia lah bersama pangeran HaoRan"
Airmata Ruyi jatuh.

Putri kedua kebingungan melihat kertas ditangannya, saat itu Ruyi memasangkan cadar tipis menutupi wajahnya.
"Jangan biarkan ada yang mengenali atau melihat wajah anda sampai anda mendengar semuanya usai.
Jangan pernah mengungkapkan identitas asli anda pada siapapun.
Anda dan pangeran HaoRan harua hidup dan bahagia ditempat lain.
Pergilah, pergilah yang jauh."
Ruyi menarik lengan sang Putri keluar kamar.
Dia meraih bungkusan yang ada di dekat pintu, meletakan dalam dekapan sang putri.
"Bawa ini, ada makanan dan pakaian sampai anda menemukan tempat baru."
Airmata Ruyi semakin deras.
"Selamat tinggal putri kedua"
Bisiknya menutup pintu mengurung dirinya di dalam kamar.

"Ruyi berjanjilah kau akan mencariku jika semuanya telah usai.
Aku akan terus menunggumu.
Hanya kau yang paling bisa kupercaya.
Aku mau selamanya dilayani olehmu."
Putri kedua bicara dari balik pintu yang tertutup.

"Tuan putri pergilah."
Tekannya menutup telinga mendengar suara ledakan di luar sana.
Ruyi tidak bisa berjanji, dia sudah tau bagaimana akhir hidupnya.

Akhirnya Ruyi mendengar suara derap kaki putri kedua yang meninggalkannya.
Dia baru berani bernapas lega.
Dari jendela dia melihat putri kedua yang berlari kencang menembus taman belakang.
Diujung sana asap semakin tebal, api mulai menyambar.
Pasukan kaisar HuanRan sudah masuk ke dalam gerbang.

Ruyi membersihkan airmata dari wajahnya.
Dia mulai memakai pakaian yang ditinggalkan putri kedua, berhias dan memakai tusuk konde sebagai lambang kedudukan sang putri dalam kerajaan kecil yang sebelum penuh kedamaian.
Dia membuka jendela, duduk bersimpuh menatap keluar dalam hening.

Ruyi mempertanyakan keadaan saat ini.
Apakah jika pangeran HaoRan tidak melamar putri kedua yang terkenal akan kecantikannya, hidup mereka semua akan berjalan baik seperti biasa.

Namun rasanya tidak adil jika menyalahkan sang pangeran yang malang.
Pangeran HaoRan dengan lugunya mungkin berpikir kerajaan DungMin yang terkenal akan kemakmuran dan keamananya bisa melindunginya selamanya dari sang kakak tiri Kaisar HuanRan.
Mungkin juga sang pangeran berpikir jika dia menikahi putri kedua maka otomatis dia akan menjadi Raja mengingat kaisar tidak punya putra yang akan mewarisi tahtahnya sedangkan putri pertama invalid, semenjak dilahirkan.
Pangeran hanya ingin jadi Kaisar, dimana salahnya.?
Dia tidak melakukan cara yang salah kan.!

Apapun tujuan awal pangeran HaoRan tidak penting selama kaisar HuanRan bukanlah orang yang kejam dan pendendam.
Harusnya kaisar HuanRan melepaskan dan membiarkan adiknya menjadi kaisar ditempat lain.
Kerajaan ini terlalu kecil, pasukannya tidak banyak sekali tebas juga habis seperti yang terjadi sekarang, tidak mungkin pangeran HaoRan akan memimpin pasukan menyerang Kerajaan SyaoRan yang luas istananya saja seluas wilayah kerajaan DungMing.

Kaisar HuanRan lah yang bersalah.
Seharusnya dia sudah puas dengan mengusir pangeran HoaRan.
Tapi hanya karena mendengar sang pangeran akan menikahi sang putri kedua lalu jadi pewaris tahta kebenciannya jadi tak terbendung.

Namun apakah kaisar dan permaisuri kerajaan DungMing ikut bersalah.
Andai saja mereka memutuskan pertunangan antara sang pangeran dan sang putri, tidak bertahan dengan kekeraskepalaan hanya karena mereka yakin kerajaan sekeliling akan membantu jika Kaisar HuanRan bertindak.
Seperti nya mereka lupa betapa ganas dan mengerikan kaisar HuanRan yang mendengar namanya saja sudah membuat gentar para kaisar kecil.

Sudah berapa kali kerajaan SyaoRan mengirim utusan meminta agar pangeran HaoRan diusir dari sini tapi malah kaisar mengabaikan dan terkesan menantang.
Ruyi tidak mengerti apa yang dipikirkan Kaisar.
Kalau sudah begini apa lagi yang bisa mereka lakukan untuk mencegahnya.
Percuma saja mereka mencoba lari atau bersembunyi meminta bantuan pada kerajaan Sahabat, mereka semua menutup pintu, memutuskan kontak begitu tau kerajaan SyaoRan menyerang dengan dipimpin langsung oleh Kaisar mereka.

Ruyi tau besok pagi kerajaan DungMing hanya tinggal nama, istana ini hanya akan jadi puing hitam.
Mayat bergelimpangan, dibakar atau menunggu burung pemakan bangkai datang dan menghabisi mereka.
Seratus tahun kemudian tidak akan yang ingat bahwa pernah ada kerajaan bernama DungMing.

Ruyi tidak berdoa untuk keselamatannya.
Dia berdoa untuk keselamatan kaisar dan permaisuri meski terasa mustahil.
Dia berdoa untuk keselamatan putri kedua dan pangeran HaoRan semoga mereka bisa menjalani hidup bahagia diluar sana.
Ruyi yakin semua yang sudah diatur dan direncanakannya dengan baik bersama sang Pangeran tidak akan sia sia.

Semalam saat bertemu dengan pangeran terakhir kalinya, Ruyi terus menolak ajakan sang Pangeran yang memintanya ikut.
Ruyi menolak karena dia tau jika putri kedua tidak ditemukan, sang Kaisar pasti akan mengobrak abrik semuanya sebab dia pasti tau kedua orang itu melarikan diri,
Tapi kalau Ruyi tinggal dan mengantikan sang putri, kemungkinan sang Kaisar tidak akan terganggu sebab sang adik terlunta lunta dan sendirian tanpa teman dan tujuan.

Setelah membaca, mendengar dan melihat semuanya, Ruyi menyimpulkan Kaisar HuanRan tidak pernah berniat membunuh adik tirinya itu, sang Kaisar ingin terus melihat sang Adik menderita.
Dia tidak akan membunuh adiknya, tapi dia akan terus membuat adiknya menderita.

Selagi nama pangeran HoaRan tidak terdengar, selagi itu pulalah kaisara HuanRan tidak akan menggila.

**************************
(22062023) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top