However
Ini ku persembahkan untuk my Otouto Ryu yang baru selesai. Maaf atas keterlambatannya hahahha
Otanjobi omedetou... Segalanya yang terbaik untuk mu. ❤
Sasori x Sakura
Semua ini terasa menyakitkan saat di depannya, tepat beberapa langkah, berdiri seseorang yang sangat di sayangi-nya itu tertahan dengan senyuman lebar namun membuatnya ingin berteriak. Di bawah milyaran butiran air yang kini sedang turun menyentuh tanah, dia tetap terdiam dengan senyuman dan juga hal yang sangat dibencinya, air mata yang mengalir dari mata zamrud indahnya.
"JANGAN MELANGKAH!"
Dia menjerit dengan menggeleng keras mencegah langkah lelaki yang di tungguinya berjam-jam itu untuk datang, mendekat.
"Sakura."
Lelaki itu berseru dengan lirih. Ingin sekali berlari memeluk dan menarik perempuan yang amat di sayangi-nya namun tubuhnya seakan membatu. Dia Haruno Sakura, tunangannya yang tinggal di Korea selama ini dan kini datang namun ia menyambutnya dengan hal mengerikan. Tubuhnya membeku saat teriakan Sakura terdengar jelas walau di sertai hujan yang kini sudah membuat semuanya menjadi basah seperti matanya yang kini pun menangis melihat sang terkasih terluka.
Ini semua kesalahannya, yang tidak bisa menjaga kepercayaan Sakura dan memberikan separuh hatinya kepada orang lain yang beberapa bulan ini selalu ada untuknya. Ia memang berengsek, tidak bisa menjaga satu hati saja dan menghancurkan semuanya.
Sasori berjengit saat ada sepasang tangan memeluknya erat. Dia, Shion Nara yang tidak lain sekretaris nya sendiri yang juga mencintainya. Awalnya Sasori mengabaikannya, namun hampir setengah tahun tidak bertemu dan kehadiran Shion yang selalu memperhatikan hal kecil dan itu membuat Sasori setiap hari yang selalu bersama membuatnya memperhatikan perempuan itu. Awalnya keraguan menghampirinya saat Shion mengatakan mencintainya. Namun melihat kehidupannya yang kesepian dan mereka selalu bersama tidak terasa membuat kisah itu berjalan begitu saja. Dan seakan Sasori melupakan keberadaan seorang Sakura Haruno yang merupakan orang yang sangat berarti selama ini.
"Jangan tinggalkan kami." lirih Shion, perempuan yang memeluk Sasori dengan tubuh yang bergetar.
Kami.
Mendengar itu membuat Sasori mengepalkan kedua genggaman tangannya hingga kuku jarinya memutih. Ini kebodohannya yang fatal. bukan ia tidak mau tapi sangat mengerti apa arti 'kami' yang di sebut Shion. Ya, Shion sedang mengandung darah dagingnya dan hal itu membuat Sasori harus mengambil pilihan. Tapi...
"Maaf Shion," ucap Sasori yang menyesal akan semua yang terjadi dan hal itu membuat Shion kini menangis terisak.
"Aku sangat mencintaimu dan membutuhkan mu."
"Aku tahu tapi Sakura adalah hidupku "
Sasori berusaha melepaskan kedua tangan Shion yang memeluknya semakin erat. Tapi, ia harus memilih dan ia bersedia Sakura memukul, membunuhnya pun asal cintanya tidak pergi dan memaafkan nya.
"Cukup, berhenti di situ, Sasori-kun!"
Lagi-lagi perkataan Sakura membuat Sasori merasakan sakit luar biasa. Di lihatnya wajah yang terlihat buram karena hujan. Tubuh Sakura, kekasih hidupnya semakin bergetar. Sasori menggeleng dan melepas paksa pelukan Shion dan melangkah namun lagi-lagi Skaura berseru untuk nya agar tidak mendekatinya. Sasori mengabaikannya dan terus melangkah dan Sakura mundur mengikuti langkah Sasori yang terus maju.
"AKU BILANG CUKUP DI SITU!"
"Saku--"
"Aku selalu menjaga semuanya demi dirimu. Mencintaimu dan menyiapkan segalanya tentang kita tapi, semakin dalam mencintaimu ternyata sedalam ini pula kesakitan yang ku dapatkan..."
Sakura kembali memperlihatkan senyuman tanpa menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.
"Tidak apa, semua akan baik-baik saja. Mungkin butuh waktu untukku melupakan tentang kita. Semua pasti bisa sepertimu yang bisa melupakan tentang kita."
Lidah Sasori terasa kelu tertahan tidak bisa membalas ucapan Sakura. Walaupun ia masih mencintainya, sangat tapi memang benar kehadiran Shion membuatnya sekan lupa keberadaan Sakura selama ini yang selalu menjadi prioritasnya. Sasori hanya bisa memaki diri sendiri yang seorang pria brengsek yang melukai hati orang tercintanya.
"Jangan membuatmu bingung, mereka membutuhkan mu," Sakura melihat dan mendengar semuanya dan tidak ada lagi alasan baginya untuk tetap bertahan apalagi ada seseorang yang lebih membutuhkan daripada dirinya. Meskipun ia tidak rela, tapi ia tidak boleh egois melihat mereka menderita. Sakura tersenyum getir mengingat dulu pernah berpikir mempunyai anak dengan Sasori namun takdir telah memperlihatkan kenyataan sesungguhnya saat ini. bukan dirinya, tapi perempuan itu yang akan menjadi hal penting bagi Sasori. Jika egois bisa mengembalikan semuanya maka akan Sakura lalukan. Tapi, ini sudah pada akhir jalan dan sakura menyadarinya dan harus menghentikan langkah nya saat ini jika tidak ingin semakin membuat nya dan orang lain merasa dalam keadaan bersalah.
"Cinta tidak salah, kita yang memilih dan melakukan semua dari kehendak dan ini adalah pilihanmu, aku merelakan nya jadi, terimakasih untuk selama ini, kenangan dan cinta yang kuterima. Selamat untukmu, aku melepaskan mu "
Sasori menggeleng dan melangkah, mengejar Sakura yang berbalik setelah mengatakan semuanya namun harus terhenti saat satu tangan nya tertarik oleh Shion yang kini jatuh berlutut dengan tangisan dan permohonannya.
"Tetaplah bersamaku, dia punya segalanya tapi aku hanya memilikimu."
Kehancuran dan Sasori benar-benar merasakannya saat ini. Tidak percaya jika ia yang menghancurkan cintanya sendiri, belahan jiwanya. Dan Sasori hanya berdiri mematung dengan tatapan kehampaan, kehancuran saat ini.
.
.
Napas Sasori memburu sejak tadi, mungkin ia berharap untuk tidak bernapas saat ini juga mengetahui jika satu kalimat yang ia dapat benar-benar menghancurkan pertahanan terakhirnya. Sejak kepergiaan Sakura tadi, ia meminta Shion untuk melepaskannya dan ia bersedia untuk bertanggung jawab atas semua ini. Bermimpi untuk kembali bersama Sakura yang nyatanya itu hanya keinginannya semata. Hancur! Semua karena dirinya yang berengsek dan tidak mungkin Sakura mau kembali bahkan untuk memaafkannya sedikit saja.
Kaki nya secepat mungkin berlari saat pintu rumahnya terbuka. Mana peduli ia dengan keadaannya yang basah hingga membuat semua lantai basah karena jejaknya. Sekali lagi, ia tidak peduli. Tujuannya itu satu, Sakura yang tadi mengirim pesan singkat namun membuatnya ketakutan setengah mati dan serasa nyawanya sedang ditarik keluar melihat deretan kalimat yang membuatnya hancur sehancurnya.
'Aku akan baik-baik saja, semoga kamu bahagia Sasori-kun.'
Hati Sasori merasakan rematan kesakitan tiada kira. Tidak! Sakura tidak boleh pergi.
"Sakura sayang kau dimana?"
Sasori berseru memanggil nama sang terkasih dengan harapan ia masih di sini dan ada bersamanya, menantinya.
'Ini mimpi'
Sasori bergumam dan berdo'a sejak tadi akan apa semua yang terjadi. Tidak mungkin ia menyakiti Sakura-nya seperti ini. Tidak, karena ia sangat mencintai Sakura hingga pada titik gila karena wanita musim semi itu.
Sasori melangkah tergesa membuka lemari dan tatapannya membulat dengan tubuh bergetar saat tidak mendapati pakaian yang biasanya selalu memenuhi di sana. Walaupun Sakura tidak tinggal di sini, ia akan selalu menginap jika mengunjunginya di Jepang dan pakaian itu sengaja di tinggalkannya agar tidak repot membawa pakaian ganti yang berlebihan.
Tidak! Tidak!
Kedua tangannya meremas rambut merahnya kuat. Akal pikiran serta hatinya menolak semua ini. Tidak, Sakura tidak boleh meninggalkannya.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, aku mohon kembali." Sasori berujar lirih dengan tubuhnya yang kini luruh terduduk dengan satu kaki tertekuk menyangga kepalanya yang tertunduk, menangis.
Penyesalan selalu datang terakhir saat semua terjadi dan Sasori menertawakan dirinya dalam kepedihan.
Bodoh.
Ya. Lelaki bodoh yang melukai perempuan yang jelas-jelas di cintainya selama ini dan tergoda oleh sentuhan yang mengalihkannya sesaat. Seharusnya ia menolak. Seharusnya ia sadar. Seharusnya...
"Arrgggghhh!"
Jeritan kekecewaan meraung bersamaan alarm dari ponselnya menyala membuat Sasori menolehkan pandangannya pada benda persegi yang ia lempar ke atas kasur tadi. Ia tertegun saat baru menyadari jika di atas kasur ada satu cake yang masih utuh dengan lilin belum sempat di nyalakan. Ah, alarm di ponselnya mungkin itu ulah Sakura yang membuatnya. Sasori melihat layar ponselnya dan satu kalimat membuatnya dengan segera menyalakan mini proyektor yang memang di pakainya dengan Sakura untuk menonton jika sedang bersama.
"Ne, Otanjoubi Omedetou Sasori-kun."
Sakura mengerjakan matanya lucu dan dia memakai dress putih cantik dengan latar bunga sakura yang sedang bermekaran. Ah, itu di Korea dan Sakura menyiapkan semua ini sudah jauh-jauh hari? Sasori duduk di tepian ranjang dengan mata yang sesekali masih menangis melihat layar menampilkan Sakura yang berjalan-jalan di bawah guguran sakura. Satu kalimat terakhir membuat Sasori menangis kencang, tentang kepercayaan dan perasaan Sakura.
"Aku mencintaimu, selalu."
Ini salahnya dan Sakura-nya telah pergi meninggalkan nya dengan kehancuran yang memang pantas di dapatkannya.
Sasori meringkuk di atas kasur dengan cake cantik yang seharusnya akan menjadi kejutan dari Sakura untuknya berakhir dingin dengan kehampaan.
"Maafkan aku...maafkan aku...maafkan aku."
.
.
.
Suara gemuruh hujan terdengar jelas membuat Sasori yang masih terlelap mulai merasa terusik hingga perlahan ia membuka matanya, menampilkan hazel yang memukau.
Erangan kecil terdengar saat matanya kini sepenuh nya terbuka. Sasori meraba sebelah kasur nya yang seingatnya ada cake di sampingnya dan kini tidak ada?
"Sakura." satu nama yang terucap dan ia ingat semalam yang jatuh tertidur karena meratapi kebodohannya membuat Sakura pergi. Maka, ia bertekad untuk kembali menemui Sakura meskipun kedua orang tua Sakura akan memukulinya, ia akan menerimanya asalkan Sakura kembali kepadanya. Soal Shion, ia sudah berjanji akan bertanggung jawab atas hak asuh kelak.
"Kau harus kembali."
Bangkit, Sasori langsung melangkah menuju kamar mandi,membersihkan diri. Setidaknya jika ingin mengunjungi rumah Sakura ia harus rapih bukan? Calon menantu idaman. Sasori terkekeh saat kalimat itu terlintas di pikirannya tiba-tiba. Oh, manantu yang akan bahagia seumur hidup yakin Sasori.
.
.
"Sebentar."
Sasori berdecak saat terdengar suara bel yang terus berdering dan tentu saja mengganggu nya yang harus bersiap mempersiapkan semuanya, menemui Sakura untuk meminta kembali kepadanya.
Sasori melempar asal handuk kecil yang tadi ia gunakan untuk menggeringkan rambut dan berjalan menuju pintu yang ingin sekali ia hajar jika itu adalah orang yang tidak penting yang berani mengganggu harinya. Apalagi ia akan melakukan hal yang lebih mungkin sangat penting bagi hidupnya.
"Ada ap--"
Perkataan Sasori terhenti saat ia sudah membuka pintu dan melihat siapa yang telah mengganggunya. Niatnya ingin memarahi hancur seketika dengan tubuhnya bahkan tidak bisa bergerak karena terkejut.
"Tidurmu nyenyak eh, Tuan?"
Bahkan suara yang indah itu membuatnya susah bernapas dan heiii, jantung nya pun berdetak kencang saking terkejutnya. Saat orang yang berdiri di depan mengibaskan tangannya, Sasori mengerjap dan refleks langsung menarik tangan itu dan membawanya kedalam pelukan erat.
Perempuan yang di perlakukan itu terkejut sesaat sebelum akhirnya tersenyum dan menepuk punggung pria merah ini.
"Ada apa hm?" ujarnya dengan lembut tak lupa senyuman manis yang mengembang di bibirnya.
"Maafkan aku, jangan pergi."
Perempuan itu mundur untuk melihat wajah lelaki yang di cintainya dengan tatapan bertanya. Sorot prianya sangat tertekan dan terluka hingga membuatnya kebingungan. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Maka dari itu ia menangkup kedua sisi wajah prianya dan menghela napas pelan untuk meminta penjelasan tentang keanehan prianya ini.
"Maaf untuk apa? Apa yang kau lakukan?"
Sasori mendongak dengan bibir berkedut akan menangis, mata hazel itu sudah berkaca-kaca namun segera di hapus nya.
"Aku melakukan kesalahan dan kau meninggalkan ku."ujarnya kemudian menceritakan kejadian yang menimpa keduanya dan Sasori tidak akan pernah mau melepaskan Sakura dalam kehidupannya.
Perempuan yang sejak tadi mendengarkan cerita Sasori tertawa membuat Sasori menatapnya nanar dengan pikiran kalutnya itu.
"Apa kau sudah tidak mencintaiku, Sakura?"
Perempuan dalam dekapan nya ini adalah Sakura dan perempuan itu masih terkekeh dengan air mata menggenang di sudut matanya.
"Sasori-kun," Sakura mengecup sekilas bibir Sasori itu dan kembali berucap. "Itu hanya mimpi dan sekretarismu itu Deidara-san." Sakura menggeleng tidak habis pikir suaminya hilang ingatan hanya karena mimpi itu.
Sasori terdiam mencerna ucapan Sakura dan seketika ingatan tentang masalalu dan pernikahannya seminggu yang lalu berputar membuatnya mengerjapkan matanya lucu.
"Sungguh?" Sasori menarik Sakura dan menatap perempuan musim itu dengan tatapan bertanya. Masalahnya itu seperti nyata dan ia bangun tidur dengan tubuh yang tidak bertenaga.
Sakura menarik hidung suaminya itu gemas. Oh ayolah, Sasori itu menggemaskan. Sikapnya yang dingin tidak berlaku jika sedang bersama nya.
"Tentu saja Anata, kau bangun jam segini ya wajar karena pagi kita baru tertidur."
Sasori kembali mengerjapkan lucu dan Sakura berdecak karena Sasori yang sepertinya masih berada di alam mimpinya. Mendorong tubuh suaminya agar menyingkir, Sakura masuk dan meletakan patung di sudut ruangan.
"Aish, semalam bersama dan memimpikan perempuan lain... Menyebalkan." dumel Sakura yang melangkah masuk namun tiba-tiba tubuhnya berputar di tarik kembali kedalam pelukan erat.
"Maaf dan apapun itu jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu...sangat."suara Sasori parau dan Sakura mengangguk membalas pelukan sang suami.
"Ah, rambutmu masih basah."
Sasori terkekeh. Menghirup aroma Sakura di pepotongan leher sang istri yang selalu menjadi aliran di denyut nadinya.
"Kita bermain?"
"Yak!" Sakura melepaskan pelukan sang suami paksa dan berlari memasuki rumah mereka.
"Hey, sayang tunggu!" Sasori mengikuti Sakura dengan mengejarnya.
"Jangan ikuti aku!"
.
.
Apa yang terjadi dengan mimpi itu membuat Sasori sadar jika Sakura memang segalanya dari dulu saat bertemu dan selamanya akan seperti itu tidak akan berubah. Bersyukur kehidupannya di berkahi perempuan yang selalu ada bersamanya dalam keadaan apapun dan paling berarti adalah mereka saling mencintai. Ah, semua sudah lengkap dan ia harus menjaganya dengan baik apalagi melukai Sakura, ia tidak sanggup. Apalagi harus hidup tanpa Sakura mungkin ia akan mati.
.
.
.
.
End
Heyyy semua apa kabar.... Maaf sudah lama baru muncul 😁 ini udah lana Fict buat special one... Tapi baru terlaksana... Maafkan aniki yg ganteng ini.
Ah... Jika yg sudah tau aku lagi patah hati maafkan ya... I'm VIP. Dan untuk selanjutnya MP sedang di usahakan sebenernya tapi udah wb dgn kejadian skrg tmbh down. 😥
Terima kasih buat semua nya.
💜💜
Wyd Rei kurang Tanaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top