Tips 8
Suasana kelas pagi itu hening dan stres. Ujian akhir semester pun berlangsung tenang, meski diwarnai aksi saling tukar jawaban. Guru pengawas dan CCTV saja berhasil dikelabui oleh ulah tak terduga anak-anak itu. Seyon melirik teman-temannya yang lain sambil menggeleng pelan oleh tingkah mereka. Kai sendiri dari kursi depan begitu serius menulis di lembar jawabannya. Gadis itu mengerutkan alis. Matanya menyusuri lembar jawabannya yang hampir rampung.
Kini hampir semua orang terlihat beranjak dari kursinya dalam waktu yang bersamaan, termasuk Kai. Mereka mengumpulkan lembar jawaban mereka ke meja guru dan berjalan tertib keluar kelas. Seyon jadi gelabakan. Bisa-bisa hanya ia sendiri yang tersisa di dalam kelas.
Tips kedelapan : Telitilah dalam mengerjakan sesuatu. Jangan sampai semuanya kacau hanya karena kesalahan kecil yang tidak sengaja kau lakukan.
Masih banyak waktu yang tersisa. Seyon tidak berniat terburu-buru dan gegabah. Ujian akhir inilah yang menentukan hidupnya ke depan. Ia harus berhasil mendapatkan nilai rata-rata 80 atau masa remajanya akan terus-menerus sengsara. Ia memeriksa ulang hitungannya dengan hati-hati. Begitu ia merasa yakin, baru ia mengumpulkan lembar jawabannya. Saat ia sudah berada di luar kelas, Kai menghampirinya.
"Bagaimana ujianmu?" tanyanya sambil tersenyum.
Sontak Seyon menunduk. Ia meremas roknya salah tingkah dan sejenak tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan pria itu. Wajahnya jelas sekali merona. Bertemu Kai sehabis ujian benar-benar tidak bagus untuk jantungnya. Pria itu malah membuatnya semakin berdebar.
"Ahh, ngg... entahlah! Tapi, sepertinya kali ini aku percaya diri dengan jawabanku. Gomawo," jawab Seyon tersipu dan tersenyum kecil. "Oh, ya! Ayah bilang kau yang akan menjemputnya di bandara. Benarkah?"
"Supirnya sedang sakit. Jadi, aku diminta untuk menjemputnya."
"Aku ikut!" seru Seyon. "Kita ke bandara sekarang?"
Kai mengangguk mengiyakan. Mereka berdua kini meninggalkan koridor kelas menuju tempat parkir. Begitu mobil mereka keluar gerbang sekolah, Sehun yang mengamati mereka dari jauh mulai beraksi. Saat guru pengawas sudah keluar ruangan, ia berseru kepada teman-teman kelasnya.
"Guys, semuanya masuk kelas. Jangan ada yang pulang dulu. Aku ingin menyampaikan sesuatu yang penting!"
Anak-anak itu protes. Melihat Kai dan Seyon yang sudah pulang duluan, mereka komplain bukan main. Sehun yang tertawa-tawa menggiring mereka kembali masuk ke kelas dan mengunci pintu. Saat semua orang sudah duduk di bangkunya masing-masing, Sehun berdiri di depan kelas.
"Hei, kenapa kau mengunci pintu? Biarkan kami pulang!" pinta Baekhyun.
"Sabarlah! Aku mengumpulkan kalian sekarang ini karena ada masalah yang harus kita selesaikan. Ini tentang ketua dan Seyonie."
"Ngg? Ada apa lagi dengan mereka?" tanya Kyungsoo.
"Baiklah, aku ingin menanyakan pada kalian semua," ujar Sehun ragu, berpikir keras. "Menurut kalian, seperti apa hubungan antara ketua dan Seyonie?"
Alis mereka terangkat, saling pandang satu sama lain tidak mengerti. Ada angin apa Sehun tiba-tiba mengangkat topik pembicaraan yang sungguh tidak penting ini. Bukankah sudah jelas?
"Seyonie itu majikannya Kai. Apanya yang bermasalah?" jawab temannya yang lain dengan mantap. "Kita kan sudah lihat sendiri bagaimana Kai melindungi Seyon saat mereka terjatuh dari bukit waktu itu. Kai juga yang menyelamatkan Seyon saat hendak ditikam oleh perampok."
"Itu dia maksudku!" sambung Sehun penuh semangat. "Tidakkah kalian pikir sebenarnya mereka berdua saling menyukai?"
"MWO???"
Reaksi mereka terlontar bersamaan. Mereka semua menatap tidak percaya ke Sehun. Beberapa dari mereka dengan cepat menggelengkan kepala. Ada yang tertawa, berusaha membantah Sehun. Sementara itu, Baekhyun, Chanyeol, dan Kyungsoo cuma diam saja. Mereka bertiga memang sudah mengetahui hal itu dari Sehun. Beberapa dari teman mereka mulai mematahkan pendapat Sehun.
"Maldo andwae! Mana mungkin seorang Jin Seyon yang kita kenal selama ini mau pacaran dengan pembantunya sendiri?"
"Itu benar! Aku yakin Kai juga tidak mungkin suka pada majikannya sendiri. Bukankah itu melewati batas? Kalau kau menanyakan kenapa Kai sangat perhatian pada Seyon, itu memang kewajibannya sebagai pembantu."
"Lagipula, aku juga tidak setuju kalau mereka pacaran. Lebih baik Seyon cari pacar pria kaya saja. Kau tidak lihat banyak gadis di sekolah ini yang mengantri untuk Kai?"
"Aku juga tidak rela kalau Kai pacaran dengan Seyon!!!"
Sehun menatap malas teman-temannya yang sungguh tidak peka. Mereka menolak mentah-mentah, meski sebenarnya mereka tidak punya hak untuk mengatur Kai dan Seyon harus pacaran dengan siapa. Ia memberi kode kepada mereka untuk diam sejenak, menurunkan nada suara.
"Mungkin kalian tidak mengetahuinya, tetapi ucapan kalian barusanlah yang menjadi masalahnya. Kalian selalu mengatakan hal tersebut di depan mereka berdua. Sebenarnya, sudah sejak lama mereka saling menyukai. Tetapi, mereka menahan diri karena ucapan kalian. Itu membuat mereka sakit dan terbebani. Kalian tidak sadar, hah?"
Semua orang tertegun. Mereka menatap Sehun cukup lama, tanpa suara. Beberapa di antara mereka saling melirik. Ekspresi mereka seketika berubah, seakan merasa bersalah pada Kai dan Seyon. Para gadis tertunduk lesu dan cemberut.
Sehun menggaruk belakang kepalanya. "Sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Tetapi, ini demi kebaikan mereka berdua, terutama ketua. Coba pikirkan! Selama ini ketua selalu membantu kita dan mendahulukan kepentingan kita daripada dirinya sendiri. Setidaknya, kita harus lakukan sesuatu sebagai timbal baliknya."
Penjelasan Sehun membuat mereka tersadar. Banyak di antara mereka yang belum sepenuhnya rela dan hanya melipat tangan di dada. Namun, setelah dipikir-pikir, perkataan Sehun ada benarnya juga. Mau tidak mau, mereka semua harus mendukung Kai dan Seyon.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Chanyeol memecah keheningan.
Sehun lalu tersenyum jahil, perlahan diikuti oleh seluruh teman-teman kelasnya dengan penuh semangat. "Di pesta malam tahun baru nanti..."
***
Seyon mengobrak-abrik lemari pakaiannya dan mengepas beberapa stel night dress di depan cerminnya yang lebar. Ia meletakkan bergantian pakaian-pakaian tersebut di bawah lehernya lalu memerhatikan penampilannya dengan seksama. Wajahnya kembali bersemburat merah.
Sekolahnya akan merayakan malam tahun baru. Perayaan itu sudah menjadi tradisi dari tahun-tahun sebelumnya. Akan ada kembang api, terompet, makanan, dan pastinya... pesta dansa di ballroom gedung utama.
Tahun lalu, saat Seyon masih kelas satu, ia ingat dengan jelas bahwa yang pertama meluncur ke lantai dansa adalah ketua OSIS dan pasangannya. Saat itu Suho dan kekasihnya begitu mencuri perhatian. Mereka berdua sangat serasi dan romantis, membuat takjub adik kelas dan murid-murid yang lain. Itu berarti tahun ini... Kai?
Seyon terduduk lesu dan pasrah di tepi tempat tidurnya. Kenapa ia harus panik? Kai tidak pernah menyinggung soal siapa yang akan diajaknya berdansa nanti. Kenapa Seyon harus sepercaya diri itu? Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hati ia sangat ingin Kai yang akan mengulurkan tangan kepadanya, menariknya perlahan ke tengah ballroom, berdansa sepanjang malam hingga tahun berganti.
Sudah pukul lima sore. Acara dimulai pukul delapan malam nanti. Seyon mengintip dari gorden jendelanya di lantai dua ke halaman rumah. Kai masih terlihat sedang menyemprot pupuk cair pada tanaman di tepian kolam pancuran. Seyon mendesah. Pria itu malah asyik bekerja. Seyon menuruni tangga rumah dan keluar menghampiri Kai di pekarangan. Pria itu menoleh ke arah Seyon.
"Ngg? Kau tidak bersiap?" tanya Kai.
"Kau sendiri masih berkebun," balas Seyon ikut berjongkok di sebelah pria itu.
Kai tersenyum lebar, tetap melanjutkan aktivitasnya, dan... hening panjang. Tidak ada yang angkat bicara. Seyon sangat benci dengan situasi seperti ini. Akhir-akhir ini mereka sudah terlalu sering terjebak dalam suasana kaku tersebut.
"Siapa... yang akan berdansa denganmu malam ini?" tanya Kai pelan, nyaris berbisik.
Seyon tersentak. Tak disangka sama sekali, Kai akan menanyakan hal tersebut. Ada beberapa pria yang mengajak Seyon baru-baru ini, namun gadis itu menolak. Berhubung Kai yang memulai topik pembicaraan ini, dalam hati Seyon semakin berharap banyak padanya.
"I, itu... aku belum tahu. Aku... mungkin akan sendirian saja," jawab Seyon berdebar.
Mendengar jawaban Seyon, Kai menghentikan kegiatannya. Ia menelan ludah dengan susah payah. Seakan ada perasaan lega dan kesempatan besar yang terpampang di depan mata. Sebelum keberaniannya benar-benar hilang, ia menoleh ke arah Seyon di sampingnya, menatap gadis itu.
Lagi-lagi Seyon terpaku oleh kedua bola mata Kai. Sepertinya pria itu ingin berkata sesuatu. Kalau Kai tanggap, kalau Kai belum mengajak gadis mana pun, ada kemungkinan pria itu akan mengajaknya malam ini. Oh, Tuhan! Aku mohon...
"Kalau begitu... pergilah bersamaku... berdansalah denganku, Jin Seyon. Apa kau... bersedia?"
Mulut Seyon perlahan terbuka lebar saking terkejutnya. Kedua matanya berbinar cerah. Dadanya bergemuruh. Dalam hati, ia menjerit sekencang-kencangnya. Tuhan baru saja mengabulkan doanya. Gadis itu lama-kelamaan mengembangkan senyum termanisnya.
"Aku tidak keberatan..." balasnya.
Kai terdiam sejenak. Tak bisa dipercaya, ia baru saja mengajak majikannya sendiri. Yang paling membuatnya bersemu adalah gadis itu ternyata bersedia menerima ajakannya. Kai membalas senyuman hangat Seyon. Seakan bebannya terlepas karena sudah sejak lama ia uring-uringan ingin mengajak gadis itu. Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan.
"Wah, serius sekali kalian saling tatap satu sama lain hingga tidak menyadari kehadiranku di sini."
Sebuah suara berat mengalihkan pandangan Kai dan Seyon. Ayah Seyon berdiri tepat di belakang mereka, sedang menikmati suasana sore. Sontak mereka berdua membelalak dan buru-buru berdiri tegap. Kai dengan canggung membungkuk pelan memberi hormat.
"A, aboji!" panggil Seyon kaget.
"Hhh... aku benar-benar rindu suasana rumah," ungkap ayah Seyon sambil memandang sekeliling. "Terima kasih untukmu, Jongin-ah! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana frustrasinya kau mengawasi anak gadisku ini selama aku pergi."
Seyon mengeryit kesal mendengarnya. Ini berarti sama saja sedang mengejek anaknya sendiri, apalagi di depan pria yang disukainya. Sungguh memalukan!
Kai melirik Seyon sejenak dan tersenyum kecil. "Animida, sajangnim. Gwaenchanseumnida."
"Aku dengar dari Seyon, kau diterima di program beasiswamu untuk belajar di luar negeri. Kebetulan sekali malam ini aku ada tamu dari Ohio. Sebagai ucapan terima kasih, aku ingin mengenalkanmu kepada mereka, Jongin-ah. Siapkan dirimu untuk bertemu dan berbincang dengannya malam ini. Mereka akan membantumu kalau saja kau membutuhkan mereka di sana."
Seyuman di bibir Kai dan Seyon memudar. Kalau Kai mengiyakan perintah ayah Seyon, itu berarti malam ini Kai tidak akan pergi ke pesta tahun baru sekolah. Binaran mata gadis itu meredup, seolah-olah mimpi indah yang barusan dialaminya melayang pergi. Seyon tersenyum miris. Ia juga tidak ingin egois dan memaksakan kehendaknya. Ini semua demi kebaikan Kai.
"Ahh... ba, baguslah kalau begitu," ujar Seyon memaksakan seulas senyum.
Kai buru-buru menyela. " Tuan, maafkan aku! Untuk malam ini aku sudah..."
Seyon menahan lengan Kai, mengisyaratkan pria itu untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Seyon kemudian tersenyum tulus.
"Tidak apa-apa, Kai. Aku bisa pergi sendiri," bisik Seyon. "Untuk ajakanmu tadi, gomawo..."
***
Di tengah pesta, diam-diam Sehun memerhatikan Seyon di sudut ballroom. Gadis itu duduk seorang diri, bersandar sambil termenung, menyilangkan kaki. Tangannya memutar-mutar gelas tinggi berisi minuman ringan. Tatapannya kosong. Kai juga sejak tadi belum menampakkan batang hidungnya. Apa pria itu tidak datang? Apa rencananya kali ini harus gagal lagi? Padahal ini adalah momen yang tepat bagi mereka berdua untuk jujur dengan perasaan masing-masing.
Di sisi lain, lampu ballroom yang meredup membuyarkan lamunan Seyon. Saat acara dimulai, semua orang menepi mengosongkan bagian tengah ballroom. Tidak lama kemudian, ia melihat Sehun dan seorang gadis yang digandengnya berjalan ke tengah ballroom diikuti oleh sinar lampu sorot beserta tepuk tangan yang meriah. Berhubung Kai tidak datang, mereka adalah pasangan pertama yang berdansa duluan, disusul oleh para murid yang lainnya. Kyungsoo dan Baekhyun sedang duet menyanyikan lagu ballad di atas panggung kecil menggunakan microphone stands. Suara merdu mereka menambah suasana romantis di pesta. Chanyeol mengiringi mereka berdua dengan alunan piano yang lembut.
Ada rasa perih yang muncul di hati Seyon. Di saat semua orang sedang bersenang-senang, di sinilah ia, duduk sendirian di sofa. Lengannya mulai mengering karena hawa dingin. Dalam hati ia bertanya, mengapa ia masih di tempat itu? Suasana hatinya sedang muram, tidak ada alasan lagi baginya untuk berada di pesta. Seyon meletakkan minumannya di sudut meja dan berniat pulang hingga sesuatu menarik perhatiannya.
Arah pandang semua orang seketika tertuju ke pintu utama. Beberapa dari mereka berbisik kagum, ada yang histeris kegirangan. Seyon tidak mengerti situasi sampai ia ikut menoleh ke pintu utama. Kedua matanya membulat besar. Sosok Kai yang memakai setelan jas sedang berjalan sambil memutar kepala, mencari-cari seseorang. Pandangan pria itu berhenti pada Seyon di ujung ruangan. Gadis itu tercengang.
Kai... dia datang?
Kai tidak melepaskan matanya dari gadis itu. Ia berjalan pelan mengambil jalan pintas menyusuri lantai dansa melewati bagian tengah ballroom untuk menghampiri Seyon. Semua murid yang sedang berdansa perlahan menepi, memberi ruang untuk sang ketua OSIS. Dengan sendirinya, bagian tengah ballroom menjadi kosong. Seyon pun takjub. Kehadiran Kai seakan membelah kerumunan orang-orang. Terlebih lagi, dadanya berdebar kencang saat pria itu berdiri tepat di hadapannya. Malam ini, Kai benar-benar tampan.
"Hey, wallflower (gadis yang duduk sendirian di tengah pesta dansa)," goda Kai menahan senyum.
"Kau yang membuatku seperti itu," jawab Seyon sumringah, masih tak percaya.
"Apakah aku... masih punya kesempatan?" lirih Kai pelan.
Kai mengulurkan sebelah tangannya dan disambut hangat oleh Seyon. Ia menggiring gadis itu ke tengah ballroom, disaksikan oleh seluruh murid sekolah. Gadis itu agak salah tingkah melihat reaksi orang-orang di sekitarnya. Namun, melihat ekspresi di wajah Kai, pria itu sama sekali tidak terbebani. Kai lalu menggenggam kedua tangan Seyon dan mengarahkannya ke bahu. Kini, kedua lengan Seyon melingkar di pundak Kai, membuat gadis itu agak gemetaran dan menegang. Kai meraih punggung Seyon, membawa gadis itu lebih dekat ke hadapannya. Seketika suhu udara di sekitar Seyon meninggi, membuat wajah merona dan napas berderu cepat.
Mereka berdua perlahan larut dalam suasana pesta, tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Keduanya melakukan slow dance mengikuti alunan suara merdu Kyungsoo dan Baekhyun, saling menatap satu sama lain. Seyon tidak mampu berpikir jernih. Pria di depannya benar-benar memenuhi hatinya. Seyon pasti bermimpi.
"Aku menyukaimu, Jin Seyon," bisik Kai tegas.
EHHH?
Seyon terbelalak lebar. Tubuhnya berhenti bergerak, seakan kakinya tak sanggup menopang berat badannya. Seyon seperti ingin pingsan. Ia bersusah payah menghirup napas sambil tetap menatap pria itu dalam-dalam. Tuhan... Apa yang dikatakannya barusan? Benarkah...?
"Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi." ungkap Kai. "Aku... aku sudah menyukaimu sejak dulu... Maafkan aku karena telah lancang mengatakan ini padamu... Maafkan aku karena jatuh cinta padamu..."
Sekilas ada sorot kaget yang terlintas di mata Seyon. Sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. Ternyata pria itu dari dulu sudah menyimpan rasa untuknya. Lagi-lagi Seyon merenungkan kebodohannya. Seharusnya ia bisa tanggap, membaca situasi, mengerti isi hati pria itu. Lama-kelamaan, ia menyunggingkan senyuman lembut.
Perlahan Seyon menyandarkan kepala di bahu Kai dan menutup mata. Saat pria itu balas memeluknya erat, kehangatan seketika menyeruak keluar, menyelimuti mereka berdua. Mata Seyon berkaca-kaca. Setetes air matanya jatuh dari pelupuk. Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa bahagianya ia saat ini. Perasaan senangnya meluap-luap, mengingat betapa tersiksanya ia memendam perasaannya pada Kai selama ini. Kalau tahu akan berakhir begini, sudah sejak dulu ia...
"Nado johahae..." balas Seyon menahan tangis. "Jeongmal gomawo, Kai."
Sementara itu, para murid yang lain ikut tersenyum tulus melihat Kai dan Seyon, ikut merasa senang dan lega. Tidak ada lagi yang perlu mereka berdua sembunyikan, tidak ada lagi beban yang mengganggu. Perasaan mereka telah tersampaikan satu sama lain. Melihat keduanya tersenyum lembut seperti itu, hati orang yang melihatnya pun luluh, turut merasakan kebahagiaan mereka.
***
"Ya! Minggir!"
Sehun menggertak pelan orang yang menghalangi kamera ponselnya yang sedang merekam Kai dan Seyon. Ia tersenyum jahil sekaligus bangga akan hasil kerjanya. "Daebak!"
Sementara itu di atas panggung, Baekhyun, Chanyeol, dan Kyungsoo sudah bersiap-siap menggoda Kai dan Seyon habis-habisan. Mereka berseru menggunakan mic.
"CIEEE!!! YANG BARU JADIAN!!!" teriak Baekhyun dengan nada yang dibuat-buat.
"OMOOOO!!!!" tambah Kyungsoo tidak jelas.
"HEI, YANG LAIN MANA TEPUK TANGANNYA???" seru Chanyeol usil.
Secara serempak teriakan menghiruk pikuk dan tepuk tangan menggema memantul ke segala penjuru ballroom. Teman-teman yang lain menyerbu Kai dan Seyon, menyikut-nyikut lengan mereka berdua, memukul-mukul pundak mereka, bersiul-siul riang. Kali ini, Kai dan Seyon mematung. Mereka berdua hanya bisa diam, mengerjap polos seperti orang bodoh yang salah tingkah.
Malam pergantian tahun yang ditunggu-tunggu pun datang. Mereka menghitung mundur bersama-sama dan menyalakan kembang api, saling mengucapkan selamat tahun baru. Sehun kemudian mengambil alih posisi sebagai DJ. Ia memasang earphone di telinganya dan membuang jasnya begitu saja ke sisi panggung lalu melonggarkan ikatan dasi di lehernya. Alunan musik slow ballad berubah menjadi hip hop, membuat seluruh murid menggila.
"Selamat tahun baru, teman-teman! Malam ini, mari kita bersuka cita tanpa merusak citra dan nama baik sekolah kita!"
Ucapan Sehun disambut antusias oleh para siswa.Dalam kemeriahan musik dan kembang api, Kai kembali mengulurkan tangan keSeyon. Gadis itu meraih tangan Kai dan tersenyum malu. Keduanya turut menikmatimalam pergantian tahun, meski begitu canggung satu sama lain.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top