二 The Past
Nada dering ponsel Gun berbunyi. Sebuah panggilan telpon masuk dari teman masa kecilnya, Kenjiro.
"Gun, jam berapa ini? Kau sudah janji mau mengantarku pergi membeli alat-alat pancing. Jangan bilang kau lupa seperti bulan lalu." Suara omelan Ken terdengar begitu nyaring di telinga Gun.
Ia melihat notifikasi reminder menyala di ponselnya, di sana tertulis, "Mengantar Kenjiro shopping pukul 11.00."
"Apa ini dejavu? Aku kembali ke masa lalu?"
"GUNNNNNNN!!" Suara Ken begitu keras mengalahkan gelegar petir saat hujan deras.
Gun memilih menghentikan lamunannya dulu. Mau bagaimanapun ia berpikir atau berusaha untuk bangun dari mimpi dengan mencubiti pipinya, ia tetap berada di kamar apartemennya. Yang ada pipinya malah terasa nyeri karena ulahnya sendiri.
"Iya Ken, aku bangun kesiangan. Tunggu 1 jam la..."
"Mau berapa lama lagi kau buat aku menunggu? Aku sudah di depan apartemenmu. Cepat buka atau kuhancurkan pintu besimu?"
Tiba-tiba sekeping kenangan muncul begitu saja dalam ingatannya. Gun ingat Kenjiro berhasil menghancurkan pintu apartemennya saat itu. Ia harus segera bangun dan berlari menuju pintu depan sebelum hal itu terulang lagi.
"Iya iya maaf." Ujar Gun terkekeh saat membuka pintu.
"Cepat mandi sana. Kalau begini terus kapan kau bisa dapat pacar, dasar pemalas."
Pria yang masih mengenakan piyama biru bergambar tokoh kartun Doraemon itu tersentak dan membalas ucapan Ken dengan lantang. "Siapa bilang aku gak punya pacar. Asal kau tau ya, aku sudah me..."
Kenjiro menatap teman masa kecilnya penasaran. "Kau sudah apa? Jangan bilang kau sudah punya pacar? Kau merahasiakan sesuatu dariku?"
Kenjiro dan Gun sudah berteman selama hampir 15 tahun. Tak ada hal yang tidak Gun ceritakan padanya. Ken sudah seperti kakaknya sendiri. Caranya mengomel dan perhatiannya pada Gun membuatnya merasa aman jika bersama Ken.
Ia masih ingat saat Kenjiro menemui Omi diam-diam. Ken bahkan menangis ketika menitipkannya pada Omi. Padahal sebelumnya Ken mengancam akan membunuh Omi jika Omi membuatnya menangis. Ia tak pernah menceritakan masalah rumah tangganya yang begitu rumit pada Ken. Apa jadinya jika Ken mengetahuinya? Mungkin Omi benar-benar dalam masalah.
"GUNNN..." Ken kembali berteriak tepat di indera pendengarannya.
Spontan tangan mungil Gun menutup kedua telinga dan mengambil beberapa langkah mundur. "Ken, apa kau ingin membuatku tuli?"
"Cepat mandi sana. Nanti kita terlambat ikut open sale."
Ken mendorong tubuh Gun menuju pintu kamar. Ah, Gun ingat sekarang, selama 24 tahun kemarin ia menjomblo dan Omi adalah pacar pertamanya sekaligus menjadi pria yang berhasil merebut hatinya. Entah mengapa ia tiba-tiba jadi rindu dengan Omi. Apa ya yang sedang dilakukan Omi sekarang?
***
Omi memutuskan menyibukkan diri menonton ulang dorama favoritnya, Great Teacher Onizuka 2012. Namanya hampir saja dicoret dari kartu keluarga gara-gara pertanyaan aneh yang ia lontarkan pada sang Ibu.
"Ma, dimana mesin waktunya?" Omi harus kembali ke masa depan sekarang."
Orang lain mungkin akan berpikir dia sudah gila. Tapi apa yang Omi dan Gun alami benar-benar nyata. Mereka kembali ke masa lalu.
Tak ada yang mampu mengalihkan perhatian Omi kecuali suara lembut Ibunya.
"Omi, bisa tolong antarkan Mama belanja?"
"Bisa dong. Mama minta diantar ke Bulanpun, Omi antar." Jawabnya cengengesan.
"Kau ini, sudah sana cepat siap-siap."
"Siap komandan."
Omi mengantar Ibunya menuju sebuah supermarket. Sebuah pemandangan langka seorang pria berusia 26 tahunan menemani Ibunya berbelanja. Anak laki-laki seusianya mungkin akan menyuruh Ibunya pergi sendiri atau mungkin akan menunggu di mobil tanpa mau mendorong kereta belanja di samping sang Ibu.
"Istrimu nanti pasti sangat bahagia." Ucapan Ibunya membuatnya terdiam.
"Mama ini bicara apa sih?"
"Loh, memangnya Mama salah? Coba lihat dirimu, laki-laki yang menghormati Ibunya sudah pasti akan menghormati Istrinya juga, seperti Papamu."
Kali ini ia benar-benar kehabisan kosakata untuk bicara.
"Bagaimana jika ternyata aku tidak bisa menjadi suami seperti yang Mama katakan? Mungkin Mama akan kecewa dan membenciku seperti Gun."
"Ah, bicara soal Gun, sedang apa ya dia sekarang? Aku merindukannya."
"Omi, bisa tolong lihatkan alat pancing untuk kado ulang tahun Papamu?"
Lamunannya tentang Gun buyar. Tanpa banyak tanya, Omi mengangguk dan menjawab, "Omi akan melihat-lihat dan segera kembali. Telpon Omi jika terjadi sesuatu."
Cup. Ia mengecup pipi Ibunya lalu berjalan menuju toko alat pancing yang berada di area supermarket. Sang Ibu terkejut dengan tingkah laku tak biasa anak laki-laki semata wayangnya. Ia hanya tersenyum sambil mengelus bekas kecupan Omi hingga punggung sang anak lenyap dari pandangannya.
to be continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top