一 Divorce

3 Maret 2020

"Kau benar-benar.."

Telapak tangan pria dewasa bermarga Tosaka hampir saja menyentuh kasar pipi pria di hadapannya. Pria yang kerap disapa Gun itu sudah tidak bisa lagi memahami suaminya. Semakin Gun berusaha, semakin sulit rasanya.

"Aku hanya bertanya apa hubunganmu dengan gadis itu. Mengapa kau harus semarah ini?"

Gun kembali bertanya dengan sedikit terisak. Jemarinya beberapa kali menyeka butiran bening di pelupuk matanya.

"Sudah kukatakan aku tidak punya hubungan apapun dengannya."

"Lalu apa maksud ciuman tadi?"

"Itu bukan ciuman. Aku sudah menjelaskannya padamu 'kan?" Nada suara Omi kembali meninggi.

Entahlah, ini sudah pertengkaran mereka yang ke berapa ribu kali. Sepertinya memang ada yang salah di antara mereka. Pekerjaan Omi yang selalu melibatkannya dengan gadis-gadis muda yang cantik. Dan Gun yang mungkin terlalu bersikap overprotektif padanya. Sejujurnya pria yang berstatus sebagai pasangan hidupnya itu hanya takut kehilangannya. Lebih tepatnya Gun takut Omi tidak mencintainya lagi seperti sebelumnya.

Pertanyaan-pertanyaan Gun tentang hubungan yang Omi miliki dengan para gadis muda itu selalu memicu api emosi dalam rumah tangga mereka. Terkadang Gun rindu Omi yang selalu bersikap lembut padanya. Akhir-akhir ini tangan Omi begitu ringan hingga sanggup membuat pipi Gun memerah. Bukan karena cubitan gemas tapi sebuah tamparan. Omi bahkan hampir tidak pernah memeluk bahkan menyentuhnya. Kini tiap air mata yang jatuh adalah karena kesedihan dan kesalahpahaman bukan alasan bahagia lagi.

"Aku ingin bercerai!" Gun melepas lalu melempar cincin ikrar sehidup semati yang sudah melingkar di jari manisnya selama 5 tahun ini.

Langkah Gun bergerak cepat menuju lantai 2. Suara tangisnya beradu bersama derap langkah kaki saat menaiki tangga. Ia mengunci pintu sebelum membenamkan seluruh tubuhnya di ranjang. Iris coklatnya memandang ke dinding kamar, beberapa bingkai foto berjajar rapi menunjukkan senyum kebahagiaan mereka berdua. Tangis Gun kembali pecah. Apa bercerai adalah keputusan yang tepat?

"GUN!" Ia mendengar suara Omi lirih dari balik pintu namun tak dihiraukannya.

Omi berulang kali mengetuk pintu. Jika Gun boleh kegeeran, ia akan bilang kalau Omi sedang menunggunya membukakan pintu. Nyatanya Gun salah, ia mendengar bunyi gemerincing benda logam terjatuh di lantai. Mungkin Omi juga membuang cincin pernikahan mereka.

"Sepertinya kita memang tak ditakdirkan bersama, Omi."

Cuz I know I want you the same
Every day every night is for you
Cuz I know I made a mistake
Every breath every words are for you

Waktu menunjukkan pukul 11.59 malam namun Gun masih terjaga. Ingin rasanya ia menemui Omi dan meminta maaf namun keegoisan menyuruhnya menunda hal itu. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya.

Omi berbaring di sofa. Kedua tangannya terlipat ke belakang menjadi pengganti bantal. Pandangannya mengarah ke atas. Bukan melihat langit-langit rumah tapi menatap ke arah kamar mereka.

"Gun, apa kau masih belum menyadarinya? Satu-satunya orang yang kusukai adalah dirimu."

***

Sinar mentari mulai menyusup masuk melalui celah ventilasi kamar yang hanya tertutup gorden tipis berwarna krem. Gun merentangkan tangan sambil menguap. Rasa kantuk masih betah tinggal di dalam jiwanya. Butuh waktu 5 hingga 10 menit untuknya bangun dan menyadari sesuatu.

"Mengapa aku ada di kamarku?"

Maksud Gun, ini bukan kamarnya dan Omi melainkan kamarnya di apartemen lamanya sebelum ia tinggal bersama Omi.

"Bukankah semalam aku mengunci pintu? Siapa yang membawaku ke sini?"

Di sudut lain Omi juga terbangun. Matanya menerjap beberapa kali saat dua manik gelapnya menyapu seluruh isi kamarnya.

"Dimana Gun? Bukankah semalam aku tidur di sofa? Apa Gun yang menggendongku? Tunggu, ini 'kan rumah orang tuaku."

Pikiran mereka berdua masih dilingkupi berbagai pertanyaan. Bersamaan dengan tanda tanya besar yang menjadi misteri, mereka meraih ponsel masing-masing dan betapa terkejutnya mereka saat melihat tanggal yang tertera di layar ponsel.

"3 Maret 2013."

Gun menepuk-nepuk kedua pipinya. Ia yakin ini hanya mimpi. Berbeda dengan Omi yang langsung mencari kontak Gun di ponselnya namun tak ada nama 'Takanori Tosaka' di benda segiempat miliknya.

to be continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top