How is that possible
Sekarang, Jihyo mengumpat kasar kala setibanya di rumah setelah berkunjung ke perpustakaan, orangtuanya ternyata tidak ada di rumah di mana mengartikan, ia ditinggal sendirian---di sore hari menjelang petang. Katanya, mereka sedang berkunjung ke rumah kakek dan nenek dan akan kembali sebelum malam tiba. Tentu saja Jihyo kesal. Ia tidak diajak dan juga, kedua orangtuanya nyatanya meninggalkannya cukup lama---hingga malam tiba tanpa disadari.
Ayolah, begini-begini Jihyo sebenarnya takut jika sendirian. Apalagi, hari yang sudah malam.
"Jihyo, tenangkan dirimu. Lebih baik, kau menyalakan televisi dan kemudian bermain ponsel. Semuanya pasti akan baik-baik saja," gumam Jihyo yang mencoba membuat dirinya mengerti.
Alhasil, Jihyo yang saat ini berada di ruang tengah sontak saja menyalakan televisi dengan mengeraskan volumenya. Bahkan, Jihyo juga bermain ponsel untuk mengalihkan pikirannya yang selalu berpikir aneh.
Akan tetapi, apa yang ia lakukan sedikit tidak membantu, kala Jihyo dapat mendengar suara aneh yang bersumber dari luar. Itu seperti suara entah itu benda atau apa, yang serasa terjebak di tanaman milik ibunya yang sejenis semak-semak.
Jihyo mencoba acuh, walau ia sedikit takut. Tidak lupa, gadis itu melirik ke arah jam dinding dan berharap kedua orangtuanya segera datang.
Namun, semuanya ternyata tidak berjalan dengan lancar kala ia mendengar suara ketukan pintu. Ada sedikit kekesalan dan ingin menumpahkan amarah karena kedua orangtuanya baru tiba, tetapi hal itu sirnah saat ia baru saja menerima pesan dari ibunya.
[Ibu]: Ibu dan Ayah masih ada di perjalanan. Mungkin sebentar lagi akan sampai.
"Tunggu! Jadi ...," ucap Jihyo dengan pelan yang nyatanya dihentikan dengan ketukan pintu kesekian kalinya. Bahkan ini cukup keras.
Alhasil, Jihyo sontak mematikan televisi dan hendak memastikan terlebih dahulu melalui jendela. Akan tetapi, Jihyo malah tidak menemukan seseorang di depan pintu.
Jihyo tersenyum renyah. "Apa ini? Apa seseorang mencoba menakut-nakutiku?" tanyanya pada diri sendiri hingga mengingat satu hal---hampir ia lupakan.
"Hoh, sepertinya ini ulah Jungkook! Aku tahu tabiat lelaki itu! Ini pasti keusilannya agar aku ketakutan! Dasar lelaki bodoh!" ucap Jihyo tanpa berpikir panjang.
Jujur saja, ini bukan pertama kalinya lelaki yang memiliki banyak penggemar karena parasnya---Choi Jung-Kook---membuat tensi Jihyo selalu naik. Bahkan, Jihyo sudah tidak bisa menghitung keusilan yang Jungkook lakukan kepadanya. Manalagi, keduanya bertetangga. Akan tetapi, walaupun begitu, Jungkook sebenarnya tergolong seorang sahabat yang sangat baik dan sering membantunya.
Alhasil, ketakutannya pun mulai menghilang dan langsung saja berkacak pinggang.
"Aku tahu itu kau! Keluar atau kupatahkan kakimu!" ucap Jihyo memperingatkannya.
Namun, tidak ada balasan. Hanya kesunyian yang membuat Jihyo cukup merinding. Bahkan, kala Jihyo sontak mendengar suara dari atap---seakan ada yang memanjat.
"Jungkook! Apa kau sudah gila? Atap rumahku bisa hancur jika kau memanjat--"
Suara genteng jatuh pun sontak terdengar, membuat Jihyo dengan spontan berteriak.
Ayolah, hal itu menurutnya tidak lucu. Sekalipun ia terlihat bar-bar, Jihyo juga memiliki ketakutan tersendiri. Apalagi jika soal begini dan lagi, ia sungguh tidak menyukai Jungkook yang membuatnya ketakutan.
Lihat saja nanti, Jihyo akan menghajar Jungkook, karena membuatnya hampir terkena serangan jantung.
Mungkin ia akan benar-benar terkena serangan jantung saat kini mendengar suara mobil. Pikiran Jihyo pun mendadak kacau. Ia hanya mencoba untuk melindungi diri setelah mendapatkan tongkat bisbol.
Jihyo pun berdiri di belakang pintu dan bersiap untuk memberi pelajaran saat suara mobil itu tiba-tiba hilang dan diganti dengan langkah kaki.
Jihyo memejamkan mata lantas mengayunkan tongkatnya kala pintu terlihat dibuka dan ..., "Yak! Siapa kau--"
"Apa kau sudah kehilangan akal?"
Kata-kata itu, membuat Jihyo sontak memejamkan mata karena itu suara Jungkook.
Jihyo murka. "Kau yang gila! Kau selalu saja mengusiliku! Kau hampir membuatku mati kala kau mengetuk pintu dengan keras terus pergi begitu saja dan bahkan memanjat di atas atap dan membuat gentengnya jatuh. Lihat saja! Akan kuadukan kau kepada ayahku--"
"Apa maksudmu, Jihyo? Jungkook sejak tadi bersama kami. Bahkan itu sebelum mengirimimu pesan karena anak ini sedang menunggu bis," ucap seorang wanita yang tidak lain Ibu Jihyo yang membuat Jihyo sontak terdiam-bingung dengan keadaan.
"Ma-maksud Ibu? Ayolah, tidak benar jika Ibu mengatakan itu. Jungkook mengusiliku--"
"Ibumu benar, Jihyo. Jungkook bersama kita. Sepertinya kau sedang kelelahan," timpal Ayah Jihyo yang membuat Jihyo semakin bingung karena pada dasarnya ia mengalami kejadian aneh.
Jihyo menggeleng. "Ibu, Ayah! Aku bersungguh-sungguh. Lagipula, bagaimana mungkin dan jika memang Jungkook bersama kalian, lantas tadi itu siapa?"
*FIN*
Ceritanya berakhir di sini. Ngegantung plus belum menyelesaikan masalah yah? Maap😅tapi ceritanya memang seperti ini. Aku buat ini sesuai ketentuan dari event komunitas nulis aku. Semoga terhibur dan sampai jumpa dikarya aku selanjutnya😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top