Ahra | Tujuh

Ahra Side




Ahra membuka kedua matanya, pandangannya lurus pada langit langit kamar. Perlahan ia menghembuskan nafasnya, terima kasih Tuhan kau masih mengizinkanku untuk hidup saat ini. Gumam yang selalu ia lakukan setiap bangun dari tidurnya.

Sebab, ia bisa kapan saja meninggalkan dunia ini jika memang Tuhan menginginkannya untuk pulang.



Perlahan Ahra bangkit dari posisi berbaringnya, menurunkan kedua kakinya dari ranjang, lalu menarik pelan kursi roda yang berada di sisi ranjang. Alat geraknya jika ia baru saja selesai melakukan kemoterapi.

Belum tuntas ia memindahkan tubuhnya ke atas kursi roda, kedua lengannya sudah kehabisan tenaga hingga membuat tubuhnya terhempas ke atas lantai.

Kegaduhannya mengundang derap langkah dari arah luar kamar, bahkan tanpa menunggu hitungan menit kamar yang ia tempati sudah dipenuhi oleh ke enam lelaki yang ia tatap sebelum tertidur tadi.

"Kenapa tak memanggilku?" tanya Jimin setelah menggendong tubuh ringkih Ahra dan ia tempatkan di atas kursi roda.

"Suaraku tak akan sampai ke telingamu, Chim." jawab Ahra, yang memang nyata adanya. Suara gadis tersebut seolah ikut terkikis oleh obat obatan kemoterapi.

Seokjin berdeham, "kita sudah menyiapkan banyak makanan untukmu. Ayo kita makan!" serunya dengan semangat, bahkan tanpa rasa bersalah dirinya menyingkirkan Jimin yang berdiri di balik kursi roda.


"Kau suka daging? Sosis atau makanan laut? Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu." tanya Seokjin dengan semangat, bahkan ia melangkah meninggalkan teman temannya di kamar yang mereka siapkan untuk Ahra.


"Sampai kapan dia akan seperti itu?" tanya Yoongi yang menatap lurus sosok Ahra yang masih terlihat dari dalam kamar.

Jimin menghembuskan nafasnya gusar, "biasanya dia akan kembali pulih setelah satu minggu pasca kemoterapi, Hyung.. tapi saat ini.."

"Ada apa?" tanya Taehyung sembari merangkul temannya tersebut. "Saat ini.. Ahra sudah tak ingin meminum obatnya kembali." jawab Jimin lemas.



Ahra tertawa pelan saat Seokjin dan Jimin terus mempermasalahkan posisi kamera agar mendapatkan angel yang bagus.

Bahunya direngkuh seseorang dari sisi kiri, Ahra menoleh sebelum akhirnya mendapati Hoseok yang tengah tersenyum manis kepadanya.

"Ada apa Oppa?" tanya Ahra, yang di balas gelengan kepala oleh Hoseok. "Tidak ada apapa, memang untuk merangkulmu seperti ini harus ada alasan? Bukankah sejak dulu aku memang sering seperti ini?" tanya balik Hoseok dengan panjang, membuat Ahra terkekeh.

"Kau cantik jika tersenyum," ujar Hoseok dengan lembut. "Tapi matamu sembab karena terlalu banyak menangis."

Ahra meringis malu, tak membantah apa yang diucapkan oleh Hoseok.

"Mulai saat ini, kita akan menemanimu melewati semuanya. Kau takkan sendiri lagi, Ra."

Ahra mengangguk, "tapi sudah tak ada rintangan yang akan aku lewati lagi, Oppa." balasnya, "aku sudah berada di ujung jalan."

Mendengar hal tersebut, Hoseok terdiam untuk beberapa saat. Dirinya belum mempersiapkan jawaban jika Ahra mengatakan hal seperti ini.

"Tapi terima kasih sudah mau meluangkan sedikit waktumu untukku, Oppa. Setidaknya, aku tidak kesepian disaat-saat terakhirku ini." Kata Ahra dengan kepala yang ia tolehkan ke arah kamera yang kali ini sudah siap memotret kebersamaan mereka.

Hoseok pun ikut menggerakan kepalanya hingga kini menghadap kamera, tak lupa dengan senyum yang ia pamerkan.

Suara blitz terdengar, menandakan bahwa satu foto sudah berhasil mereka abadikan.

"Mungkin aku bukan seseorang yang kau harapkan kehadirannya disaat saat seperti ini," ucap Hoseok dengan pandangan yang masih mengarah pada kamera.

"Tapi aku ingin kau tahu, aku, Jimin dan yang lainnya akan selalu ada untukmu."

Ahra yang mendengarkan ucapan Hoseok, mengangguk pelan walau ia tak yakin gerakannya tertangkap oleh Hoseok, karena lelaki tersebut masih menatap lurus ke depan.

"Terima kasih.. terima kasih, Oppa," bisik Ahra, "setidaknya aku akan pergi dengan senyuman jika ada kalian disekelilingku."





2020 - 01 - 28

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top